Disebutkan Pada Gerakan Masyarakat Tutup TPL : HKBP Pro-Kelestarian Alam Dan Lingkungan Hidup

Sekitar 600
orang yang menamakan dirinya “Gerakan Masyarakat Tutup TPL” datang
dan berorasi di depan Kantor Pusat HKBP, Pearaja Tarutung (7/7/2021). Gerakan
masyarakat mengakui HKBP sebagai gereja dan organisasi keagamaan selalu di
depan dalam pelestarian alam. Kehadiran mereka meminta dukungan dan doa
Pimpinan HKBP atas aksi mereka.   

Kepala Biro
Jemaat, Pdt. Tumpak Siahaan, S.Th mewakili Pimpinan HKBP didampingi
kepala-kepala biro lainnya datang menemui ratusan massa. Pdt. Tumpak menyapa
massa yang hadir dengan mengucapkan “salam sehat.” Sebab situasi kondisi
masyarakat Indonesia beberapa pekan terakhir banyak terpapar Covid-19.  Pdt. Tumpak mengatakan “HKBP terus mengacu
kepada Konfesi HKBP tahun 1996, Pasal 5 mengenai Kebudayaan dan Lingkungan
Hidup dan Pimpinan HKBP akan tetap di depan untuk kemajuan, kesejahteraan
masyarakat.”

Ketika para
jurnalis dari beberapa media mempertanyakan sikap HKBP terhadap aksi Gerakan
Masyarakat Tutup TPL, Pdt. Tumpak dengan tegas menyebutkan landasan teologi
HKBP sangat jelas, yaitu HKBP mendukung pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Demikian Kepala Biro Pembinaan, Pdt. Dr. Enig S Aritonang dengan lugas
menyebutkan “HKBP bertanggungjawab 
memelihara lingkungan dan itu tidak perlu diragukan.” Saat itu juga,
Pdt. Enig mengajak rekan-rekan media berkenan menyuarakan kepada masyarakat
agar ikut berpartisipasi menjaga dan melestarikan alam.

Sebenarnya sikap
pimpinan HKBP saat ini sangat jelas. Pada  pers realease Ephorus usai banjir bandang di
Parapat (14/5/2021) disebut, “sesuai konfesinya, HKBP pro lingkungan hidup.
Ephorus di sana mengajak dan mendorong semua pihak untuk melestarikan hutan di
sekitar Danau Toba. Perihal menegakan  hukum pada pelanggar kelestarian lingkungan
merupakan tugas, tanggung jawab, hak dan kewenangan pemerintah.

Aksi gerakan
masyarakat diakhiri doa yang dipimpin oleh Kepala Biro Ibadah, Pdt. Eden Ramses
Siahaan, S.Th, M.Min. Dan sebelum beranjak pulang, para kepala biro dan  massa 
secara serentak mengucapkan “horas….horas…horas”. Itu pertanda, masyarakat
Batak dalam setiap aksinya  tetap
menunjukkan kultur budayanya (B-TIK)

Scroll to Top