Inter Faith Dialog HKBP Tahun 2019


Bogor
(14/11), Kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt. Dr. Anna Ch. Vera Pangaribuan
resmi membuka kegiatan Inter Faith Dialoh di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor
dari tanggal 13-15 Nopember 2019. Ibadah pembukaan dilayani oleh Pdt. Statistik
Siahaan, melayani liturgi dan Pdt. Banner Siburian menyampaikan Firman Allah
yang tertulis dari 1 Petrus 1:25: Tetapi Firman Tuhan tetap untuk
selama-lamanya. Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu. Penjelasan
khotbah dimulai dari pengalaman yang bersaudara dengan yang tidak satu iman
dengan keluarga kita. Persekutuan ini ternyata membawa dampak yang positif
mulai dari kebiasaan hidup sampai kepada rasa kekeluargaan yang begitu indah.
Namun itu semua akan berlalu, seiring waktu yang berjalan maka itu semua
berubah karena banyak factor. Tetapi hari ini kita dengarkan satu hal yang
tidak akan berlalu, yaitu: Firman Allah tetap untuk selam-lamanya.

Pdt.
Dr. Anna Ch. Vera Pangaribuan menyampaiakan sesi pertama kepada peserta dengan
judul: Membangun kerukunan/perdamaian antar umat beragama di Indonesia. Secara
khusus ibu kadep menjelas dasar dari kerukunan umat beragama ini adalah
Pancasila, tepatnya sila yang pertama: Ketuhanan yang maha esa. Sila pertama
ini memberikan 4 point penting yang wajib dilakukan warga negara sebagai warga
yang meneladani Pancasila:
 Pertama, 
ercaya
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Kedua, h
ormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. Ketiga, s
aling
menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya. Keempat, t
idak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.


Hal
ini juga sambut dengan baik oleh bapak Khamid Anik Khamim Tohari (Tokoh Islam)
yang menerangkan tulisan: Jokowi dan Radikalisme (Masa depan kerukunan umat
beragama di Indonesia). Potensi radikalisme sosial-keagamaan mencakup
partisipasi dan atau kesediaan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang
melibatkan atau berpotensi melibatkan kekerasan atas nama agama. Di antara
peristiwa yang terbukti melibatkan kekerasan adalah razia (sweeping) terhadap
tempat-tempat yang dipandang bertentangan dengan syariat Islam dan penyerangan
terhadap rumah ibadah pemeluk agama lain. Peristiwa yang lebih lunak adalah
demonstrasi terhadap kelompok-kelompok yang dinilai menodai kesucian Islam.
Tidak selalu menyertakan kekerasan, tetapi tidak sedikit kejadian demonstrasi
yang berujung atau dibarengi dengan tindak kekerasan pesertanya. Untuk itu ada
beberapa solusi yang ditawarkan beliau, yaitu: m
emperkuat literasi
keagamaan, be
ragama secara rileks
dan terbuka, m
enemukan kembali
kohesi sosial, m
embangun jejaring
pengaman sosial, ke
luar kandang (zona
nyaman)-eksistensialisme, m
elatih sensitivitas
sosial-politik, 
Interfaith encounter, Interfaith networking, Kampanye dan Advokasi. 

Sedangkan
pembahasan dari bapak Pdt. Dr. Dr. Richard Daulay, MA (Tokoh Kristen),
menerangkan : Lonceng Peringatan kepada Pengawal Pancasila. Pertama Pendidikan
harus menjadi prioritas utama. Tanpa Pendidikan Indonesia akan semakin
tertinggal dan terpuruk. Pemerintah harus konsisten, dimana anggaran untuk
Pendidikan dialokasikan 20 persen dari APBN untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kedua, kesejateraan masyarakat harus diperbaiki dan dipacu terus. Korupsi
adalah kanker yang menggerogoti tingkat kesejateraan sebuah bangsa. Kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan tidak akan dapat diatasi kalua akar penyakit
tidak diangkat yaitu korupsi. Ketiga, adalah masalah penegakan hukum dan
pemajuan Hak Azasi Manusia (HAM) dan kebebesan beragama. Indonesia terkenal
sebagai masyarakat majemuk yang telah ratusan tahun berpengalaman hidup
berdampingan dengan rukun antar agama-agama. Tetapi, belakangan ini Indonesia
mendapat stigma di dunia internasional sebagai negara yang banyak mengalami
kekerasan agama, intoleransi yang ditandai dengan penutupan rumah ibadah oleh
masyarakat yang melanggar hukum.



Seminar interfaith dialog
ini berlangsung dengan diskusi kelompok yang dibagi tiga bagian untuk membahas
masing-masing materi. Hasil kelompok dirumuskan dalam sebuah Deklarasi Cisarua:
dialog antarumat beragama (Interafaith Dialog) membangun kerukunan umat
beragama dalam kemajemukan. Penyerahkan sertifikat disampaikan langsung oleh
ibu kadep dan praeses, kemudian kegiatan ini ditutup dengan ibadah yang
dipimpin oleh Pdt. Hotman Marbun pelayan liturgi dan Pdt. Statistik Siahaan
menyampaikan firman Allah. Dalam khotbah yang tertulis dari Yohannes 15:16,
Bukan kamu yang memilih Aku, tetepi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itutetap,
supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu. Pendeta
mengajak untuk memahami bahwa Allah berkuasa atas apa yang telah diciptakanNya.
Kita dipanggil: bahwa Tuhan yang memilih kita bukan kita yang memilih Dia,
bukan karena kehebatan dan kemampuan kita. Tetapi itu semua karena kasih
karunia Allah dan mempunyai tanggungjawab untuk berbuah. Itulah yang menjadi
bukti dari iman kita, siapa yang memanggil kita? Siapa yang memelihara hidup
kita? (JS)











Scroll to Top