Doa Pembuka: Kristus Tuhan, kami mengucap syukur untuk penyertaan-Mu di dalam keseharian hidup kami. Kami akan membaca firman dan mendengarkan renungan
pada hari ini, mampukanlah kami
melalui Roh-Mu untuk selalu melakukannya di dalam keseharian hidup. Di dalam
nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
Yakobus 2:26
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah
iman tanpa perbuatan- perbuatan adalah mati.
Iman dalam Perbuatan
Ibu, bapak, saudara, dan saudari yang terkasih, pembacaan
ayat pada hari ini diangkat dari
surat Yakobus. Yakobus menuliskan suratnya tidak hanya bagi sekelompok orang atau jemaat, melainkan
kepada “seluruh umat Allah yang telah menyebar
di seluruh penjuru dunia dalam sepanjang waktu”. Salah satu ciri dari surat Yakobus adalah
menggunakan berbagai peribahasa yang dapat menuntun
dan membimbing jemaat untuk
semakin mampu hidup sesuai dengan kehendak Allah dalam berbagai realitas pergumulan dan perjuangan. Tidak hanya
itu, surat ini juga menekankan keseimbangan dan relasi yang kuat antara iman dan perbuatan.
Salam suratnya, Yakobus menegur banyak orang yang begitu
terlena hanya oleh iman. Mereka
begitu bangga dengan iman yang mereka miliki, namun lupa untuk menyatakannya dalam keseharian hidup.
Sebagian umat merasa
begitu hebat dalam
melakukan berbagai urusan agama dan
ritual di dalamnya, tetapi gagal mewujudkan
perilaku yang penuh kasih kepada sesama yang berkekurangan dan membutuhkan pertolongan (bnd. ay. 15-16).
Yakobus melihat kenyataan tersebut sebagai
iman yang mati (ay. 17); iman yang tidak memiliki makna dan arti dalam kehidupan nyata. Itu sebabnya Yakobus
kembali menguatkan pernyataan tersebut dalam
bacaan pada hari ini, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah
iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah
mati”.
Saudari, saudara yang terkasih, pernyataan dalam surat
Yakobus mengajak kita untuk melihat
bahwa iman atau kepercayaan kepada Allah bukanlah sesuatu yang super, hebat atau istimewa. Iman atau
kepercayaan bisa dimiliki siapa saja. Hal ini
dapat kita lihat dalam Yakobus
2:19, “Engkau percaya,
bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun
juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Iblis dan setan ternyata memiliki kepercayaan kepada Allah, namun perbuatan mereka bertentangan
dengan kepercayaannya itu. Bahkan dalam kuasa
dan kemampuannya, mereka memengaruhi manusia
untuk melakukan berbagai
hal yang bertentangan atau berlawanan dengan
kehendak Allah. Hal ini dapat
kita lihat, rasakan, bahkan lakukan dalam berbagai
cara dalam kehidupan nyata. Misalnya ketika
kita memelihara rasa benci, melakukan kekerasan, penindasan, diskriminasi, ketidakadilan, dan peperangan dalam
keseharian hidup. Ketika kita bekerja, misalnya,
kita melakukan tekanan-tekan terhadap sesama kita dan menyebarkan fitnah akan orang-orang yang menyakiti dan
bertentangan dengan diri kita. Di dalam
rumah tangga, kita juga menjelekkan keluarga kita kepada orang lain. Kita merasa puas dan senang ketika kita
melakukan hal tersebut. Dengan pengaruh iblis,
kita melakukan dusta dan berbagai kebohongan yang mengaburkan keadilan, kebenaran, dan kenyataan itu sendiri.
Apa yang kita lakukan di atas berlawanan dengan pokok dari
“iman Kristen” yang kita miliki
serta kesetiaan melakukan firman-Nya. Iman Kristen memiliki makna dan arti yang mendalam jika dinyatakan dalam tindakan yang dipenuhi penuh rasa cinta dan ketulusan kepada Allah.
Sebaliknya, kita mengingkari hal tersebut ketika kita melakukan perbuatan yang melanggar kesetiaan dalam kasih
dan ketulusan kepada Allah dalam
kehidupan bagi sesama secara nyata. Hal ini menyimpulkan bahwa, hakikat iman itu adalah kasih Allah kepada manusia dan
manusia kepada Allah dan sesama.
Singkatnya, iman tanpa perbuatan dalam kasih adalah keseia- siaan, perbuatan tanpa didasari iman akan
menjadi hampa tanpa arti. Orang-orang percaya
yang menghidupi imannya melalui perbuatan-perbuatan yang nyata akan menerima
anugerah dari Allah untuk diperkenankan dan dibenarkan.
Selanjutnya, perbuatan dalam iman atau iman dalam
perbuatan akan teruji kebenarannya ketika
kita dapat terus menyatakannya dalam berbagai tantangan
dan perjuangan hidup. Kesetiaan iman kita kepada Allah juga akan nyata ketika
kita mampu melakukan perbuatan baik
kepada setiap orang dalam berbagai realitas yang
mereka hadapi dan orang-orang yang telah menyakiti hati kita. Allah akan menyertai
dan menguatkan kita untuk senantiasa memiliki iman dalam pebuatan.
Amin.