Renungan Harian HKBP | 2 Maret 2023

Doa pembuka: Allah bapa yang maha Kuasa. Terima
kasih atas berkat dan kasih karunia yang dari pada-Mu, yang telah menyertai
kehidupan kami hingga saat ini. Kami masih boleh hidup dan melakukan aktivitas
kami hingga saat ini. Ya Tuhan, saat ini kami ingin mendengarkan firman-Mu
melalui renungan kami di pagi hari ini. Untuk itu, sertailah kami dan ajarlah
kami, agar kami boleh mengerti dan memahami firman-Mu, sesuai dengan yang
Engkau kehendaki. Didalam nama Yesus Kristus. Amin.

 

Nas Renungan : Matius 5: 10 Berbahagialah orang yang
dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga..”

 

Bapak, ibu saudara-saudari yang terkasih di dalam
Yesus Kristus. Tentu sebagian banyak dari kita sudah mengetahui, siapa itu
Yohanes Calvin. Di adalah seorang tokoh reformasi protestan yang berasal dari
negara Prancis. Bapak, ibu yang terkasih, perjalanan hidup calvin sejak ia
kecil hingga dewasa tidaklah mudah. Ia telah melewati berbagai penderitaan dan
kesakitan hidup yang luarbiasa sejak ia kecil. Ia menjadi yatim piatu sejak
umur 5 tahun. Anaknya meninggal dunia setelah lahir beberapa hari, yang
kemudian disusul oleh istrinya. Penderitaannya tidak cukup sampai di situ,
sebab sepanjang hidupnya, ia harus bersahabat dengan berbagai penyakit yang ada
di dalam tubuhnya. Bahkan semasa hidupnya, banyak orang yang tidak menyukainya,
dikarenakan prinsip hidup dan ajarannya yang tidak bisa berkompromi dengan
kejahatan, ketidakbenaran dan ketidakbaikan. Ia harus dimusuhi oleh banyak
orang dan bahkan oleh rekan sasama teolog roma katolik akibat prinsip dan
ajarannya yang benar tersebut.

Tetapi yang luarbiasanya adalah meskipun ia
mengalami penderitaan dan kesakitan hidup yang luarbiasa. Namun itu tidak
membuat ia, mengurung niat untuk berbuat baik dan mengajarkan hal kebenaran di
dalam hidupnya. Itu dapat terlihat dari kebiasaan hidupnya, yang selalu hidup
disiplin dan hemat untuk kehidupannya. Ia lebih cenderung mempergunakan apa
yang ia miliki untuk membantu banyak orang. Ia lebih memilih memakai uangnya
untuk menolong banyak orang, ketimbang untuk memikiri dirinya sendiri. Dan
itulah kebahagiaan bagi Calvin.

Bapak,  ibu
yang terkasih di dalam Yesus Kristus. Mungkin Sebagian dari kita akan
bertanya-tanya, bagaimana caranya Calvin dapat hidup seperti itu. Bagaimana
caranya, hidupnya dapat berpengaruh bagi dunia, terutama kehidupan orang Kristen
dan bahkan non Kristen sekalipun. Bukankah akan lebih masuk akal, jika ia
menyerah akan hidupnya dan memilih untuk mengakhiri hidupnya saja?

Bapak ibu, Calvin sendiri tidak membantah, akan
pemikiran itu. Sebab ia mengatakan “bagi orang yang tidak mengenal Tuhan, akan
lebih masuk akal, jika ia megeluh dan bahkan memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Tetapi itu akan berbanding terbalik kepada orang yang telah mengenal Tuhan,
seberapa sulit dan sakitnya, hidup yang ia alami, itu tidak akan membuat ia berputus
asa, apalagi memilih untuk mengakhiri hidupnya”.

Bapak ibu yang terkasih, perjalanan hidup Calvin,
dapat kita jadikan sebagai pembelajaran hidup yang luarbiasa bagi kita. Dibalik
keterpurukan dan kesakitannya, Calvin menjadi bukti dan pertanda, bahwa orang
yang percaya kepada Tuhan, memang akan berbahagia, meskipun di hidupnya, penuh
dengan kesakitan dan penderitaan.

Namun yang perlu kita garis bawahi adalah kata
“berbahagialah” di dalam teks ini, bukan sembarang merujuk kepada semua orang
yang menderita dan mengalami kesakitan di dalam hidupnya. Seperti yang tertulis
di dalam 1 Petrus 2:20a “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita
pukulan karena kamu berbuat dosa?
.” Bapak ibu yang terkasih, bukan berarti
segala penderitaan dan kesakitan hidup yang pernah atau sedang kita alami saat
ini, lantas kita sebutkan karena kita melakukan kebenaran Tuhan, karena kita
melakukan perintah Tuhan.

Kita juga perlu mengevaluasi diri, apakah kesakitan
dan penderitaan yang kita alami itu, datang karena perbuatan baik dan kebenaran
yang kita lakukan di dalam hidup kita. Atau justru sebaliknya, kita harus
mengalami penderitaan dan kesakitan hidup tersebut, dikarenakan, kesalahan dan
dosa yang kita perbuat.

Jangan kita mengatakan, kita mengalami penderitaan
karena taat kepada Tuhan. Tetapi kenyataannya tidak. Misalnya, Kita merasa
bahwa anak-anak kita, sifatnya sangat bandal dan selalu membuat masalah, lantas
kita mengatakan bahwa ini adalah cobaan dan penderitaan didalam hidup kita,
tetapi sebenarnya, hal tersebut terjadi, karena kita selaku orangtua,
kenyataannya tidak benar-benar menjadi sosok orangtua yang mendidik anaknya
dengan baik.

Contohnya, kita selalu mengajarkan anak kita untuk
selalu bersikap baik, rajin, hormat dan taat beribadah. Tetapi kita sebagai
orangtua, tidak pernah melalukan hal yang kita ajarkan tersebut. Sehingga,
bagaimana mungkin anak kita itu, dapat menjadi baik, sedangkan kita saja belum
menjadi orangtua yang baik.

Lalu ketika anak itu, menjadi pribadi yang kurang baik,
dikemudian hari, lalu pantaskah kita mengatakan, bahwa itu adalah pencobaan
dari Tuhan, atau penderitaan yang kita alami, karena ketaatan kita kepada
Tuhan. Tidak. Untuk itu, bapak ibu, dan saudara-saudari yang terkasih di dalam
Yesus Kristus. Kata “dianiaya”, di dalam teks firman hari ini. Tidak
semerta-merta bermaksud untuk segala jenis penderitaan dan kesakitan yang kita
alami di dalam hidup kita. Kita juga harus mampu untuk melihat kembali, apakah
cara dan prinsip hidup yang ada pada kita saat ini, sudah benar-benar sesuai
dengan ajaran Tuhan.

Sehingga, Kata “penderitaan” yang dimaksud di dalm
teks kita, harus benar-benar kita kaji di dalam kehidupan kita. Apakah
penderitaan itu datang, karena keberanian kita untuk berbuat hal yang benar dan
menegakkan kebenaran Tuhan di tengah-tengah kehidupan kita, atau justru
sebaliknya.

Oleh karena itu, bapa ibu dan saudara-saudari yang
terkasih, kitab boleh belajar dan mengambil hikmah yang luarbiasa dari
kehidupan Calvin. Meskipun ia harus menderita sepanjang hidupnya, dari kacamata
dunia ini. Tetapi itu, tidak membuat dia untuk berhenti melakukan pekerjaan
Tuhan di dalam hidupnya. Dia tetap setia dan taat kepada Tuhan, hingga akhir
hidupnya.

Jika Calvin dengan segala kesusahan dan penderitaan
hidup yang luarbiasa, dimampukan Tuhan untuk berbuat baik, menegakkan kebenaran
Tuhan, melakukan ajaran Tuhan. Maka kita juga harus yakin dan percaya, bahwa
Tuhan akan memampukan kita. Dengan cara, kita harus melihat dan menyadari
apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu, benar-benar untuk kebenaran Tuhan
dan KemuliaaNya. Amin.

           

Doa Penutup: Bapa, terima kasih atas penyertaan-Mu
di dalam hidup kami. Kami boleh mendengarkan firman-Mu pada hari ini, dengan
penuh syukur dan rasa bahagia. Biarlah firman-Mu yang telah kami dengar pada
hari ini, dapat mengajari kami dan menuntun kami untuk mejalani hari-hari kami
sesuai dengan rancangan-Mu. Terima kasih, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin


Cln. Pdt. Febri Setiadi Hutapea, S.Th- Staf Biro Kategorial Ama-Lansia 

Scroll to Top