Renungan Harian HKBP | 23 September 2025

Doa Pembuka: Terpujilah Engkau Tuhan yang senantiasa memberkati kami pribadi lepas pribadi dalam setiap aktivitas kehidupan kami. Kami akan memulai segala kegiatan kami pada pagi hari ini engkau yang memberkati kami, terlebih firmanMu yang akan menjadi pedoman bagi kehidupan kami, berkati hati dan pikiran kami supaya kami dipenuhkan oleh hanya karna FirmanMu. Di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa kepadaMu. Amin.

 

Firman Tuhan yang menjadi pedoman dalam menjalani hari ini di hari Selasa 22 September 2025 tertulis di Yesaya 54:10 “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN yang mengasihani engkau.”. Demikianlah firman Tuhan.

 

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan. Pasal 54 adalah bagian dari nubuat pemulihan yang Tuhan sampaikan kepada Israel setelah masa pembuangan di Babel. Mereka merasa ditinggalkan, dipermalukan, dan hancur secara bangsa maupun iman. Namun melalui Yesaya, Tuhan menegaskan kembali identitas mereka sebagai umat pilihan yang dikasihi dan dipulihkan. Ayat ini menekankan kekekalan kasih Tuhan. Gunung dan bukit adalah simbol hal-hal yang kokoh dan sulit berubah. Namun, sekalipun yang paling kokoh di dunia ini bisa runtuh, kasih setia Tuhan tetap tidak tergoyahkan. Tuhan menjanjikan bahwa perjanjian damai-Nya (shalom) dengan umat-Nya adalah abadi.

 

Pesan Utama Ayat Ini

a. Kasih Tuhan Tidak Tergoncangkan

Gunung dan bukit adalah simbol dari sesuatu yang kelihatan kuat dan tak tergoyahkan. Namun Tuhan mengingatkan bahwa bahkan yang dianggap paling kokoh di bumi bisa bergoyang. Tetapi kasih-Nya justru melampaui ketidakpastian dunia. Kasih itu tidak bisa dipatahkan oleh krisis, penderitaan, atau masa lalu yang kelam.

b. Perjanjian Damai Tuhan Bersifat Kekal

Kata “perjanjian damai” (Ibrani: berit shalom) bukan hanya sekadar keadaan tanpa konflik, tetapi mencakup keselamatan, kelimpahan, kesembuhan, dan keutuhan hidup. Tuhan berjanji bahwa shalom-Nya akan selalu menyertai umat-Nya, bukan tergantung pada situasi eksternal, tetapi pada kesetiaan Allah sendiri.

c. Sumber Kasih Itu adalah Belas Kasihan Allah

Ayat ini ditutup dengan: “firman TUHAN yang mengasihani engkau.” Pemulihan Israel bukan karena kebaikan mereka, melainkan karena belas kasihan Tuhan. Demikian juga, kita menerima kasih setia Tuhan bukan karena kita sempurna, tetapi karena Ia penuh rahmat.

 

3. Relevansi Bagi Kehidupan Kita

Dalam Krisis dan Goncangan Hidup

Hidup manusia sering mengalami “gunung dan bukit bergoyang”—pekerjaan bisa hilang, kesehatan bisa terganggu, relasi bisa rusak. Namun janji Tuhan adalah bahwa kasih dan damai-Nya tidak pernah goyah. Ini menjadi dasar pengharapan sejati kita.

Menghadapi Rasa Bersalah atau Ditolak

Seperti Israel yang merasa ditinggalkan, kita pun kadang merasa tidak layak atau ditinggalkan karena dosa dan kegagalan. Tetapi Tuhan berkata: kasih-Nya tidak ditarik kembali. Perjanjian-Nya tetap berlaku dalam Kristus.

Menjadi Saksi Hidup

Kasih Tuhan yang setia bukan hanya untuk kita nikmati, tetapi juga untuk dibagikan. Ketika kita mengalami kasih yang tidak tergoncangkan, kita dipanggil untuk hidup sebagai pembawa damai (shalom) di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.

 

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk FirmanMu yang memberikan pemahaman dan kekuatan untuk memenangkan hari ini di dalam kemuliaan namaMu. Berkatilah setiap pekerjaan kami, lindungi dan jaga setiap orang tua kami, keluarga kami, jemaatMu, anak-anak kami dalam menjalani kehidupannya dan pendidikannya. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan untuk selamanya ke dalam tangan pengasihanMu. Di dalam Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Pdt. Pangihutan Hasibuan, S.Th- Fungsional di Biro Remaja-Naposobulung HKBP

 

Scroll to Top