Doa Pembuka:
Mari kita berdoa! Puji syukur kepada-Mu ya Allah Bapa kami yang menyelamatkan
kami di dalam Yesus Kristus. Pada hari yang baru ini, Engkau masih memberikan
kami napas kehidupan, kesehatan, dan kesempatan menikmati kehidupan. Agar kami
beroleh kekuatan dalam menjalani kegiatan/pekerjaan/pelayanan kami sepanjang
hari ini, berkatilah pembacaan firman Tuhan yang akan kami renungkan sebentar,
biarlah Roh Kudus-Mu bekerja menerangi hati dan pikiran kami semua, baik yang
menyampaikan firman-Mu maupun kami semua yang mendengarkan, beroleh kasih
karunia melalui firman-Mu yang kudus. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan
Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin.
Selamat pagi Bapak/Ibu, semangat Hari Senin bagi
saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Salam sejahtera bagi kita semua.
Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil
dari Galatia 4:7 “Jadi
kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah
ahli-ahli waris, oleh Allah”.
Saudara/i terkasih, apa yang terpikirkan oleh
kita ketika mendengar kata “ahli waris” ? Tentu, kita punya banyak penafsiran
tentang apa itu “ahli waris”. Bagi saya sendiri, mendengar beberapa kasus di
antara keluarga Batak bahwa akhirnya hubungan antara abang dan adik, parhahamaranggion,
menjadi rusak karena masalah warisan. Mungkin kita pernah juga mendengar kasus
seperti ini di sekitar kita. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa warisan
membuat keluarga berjauhan dan bermusuhan? Siapa yang salah? Apakah ini
kegagalan orangtua yang terlalu bangga dan fokus menyiapkan warisan tanah dan
harta, hingga lupa atau mengesampingkan bahwa warisan yang teramat berharga
adalah iman kepada Yesus Kristus Tuhan?
Saudara-saudari terkasih, bersyukurlah bahwa
hari ini firman Tuhan sedang mencerahkan dan menguatkan kita bahwa ketika Anda
dan saya sungguh-sungguh menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
dalam setiap langkah kehidupan kita, maka kita yang percaya dijadikan Allah
menjadi ahli waris seluruh kekayaan surgawi. Mungkin
saudara bertanya, apa gunanya kekayaan surgawi bagi kami karena yang kami
butuhkan saat ini adalah harta duniawi? Kami butuh harta duniawi untuk makan,
minum, membeli pakaian, menyekolahkan anak, menabung, dan sebagainya. Benar.
Selagi kita masih hidup di dunia ini, kita memerlukan harta untuk menunjang
semuanya itu.
Namun, apabila kita mengesampingkan atau menyepelekan bahwa
kita adalah pewaris Kerajaan Sorga, hal ini akan berdampak buruk bagi kita.
Sesuai dengan kitab Galatia yang kita baca pada hari ini. Kalau kita lupa bahwa
kita adalah Anak Allah, kita akan terjebak pada rutinitas yang mengejar harta
duniawi yang pada akhirnya kita tinggalkan juga pada waktu kita mati.
Sejak kita percaya penuh bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan
dan Juruselamat, kita dikarunai oleh Roh Kudus untuk memanggil-Nya, ya Abba,
ya Bapa! Artinya sejak saat itu, kita dijadikan ahli waris yang sah atas
harta yang tak ternilai mahalnya dibanding seluruh harta dunia yang dapat kita
kumpulkan semasa kita hidup. Beberapa di antara harta surgawi itu adalah damai
sejahtera penuh, sukacita yang sempurna, dan kehidupan kekal selama-lamanya
bersama Allah dan seluruh orang percaya dari segala tempat dan sepanjang zaman.
Wow! Dapatkah saudara membayangkan betapa mahalnya harta warisan surgawi
yang diberikan kepada kita? Saya berharap saudara dapat membayangkan dan
merasakannya dalam kehidupan saudara.
Jikalau demikian, apa relevansinya dengan kehidupan kita di
dunia ini? Minimal ada dua. Pertama, seperti Galatia 4:1-6, tidak ada
lagi perhambaan kecuali kepada Kristus Tuhan. Jangan lagi kita merendahkan
martabat kita sebagai Anak Allah dengan menghambakan diri pada ilah-ilah dunia
dan kemilauan harta dunia. Kalau harta atau warisan itu adalah pemberian dari
Tuhan maka pastikan bahwa harta atau warisan yang kita terima bukanlah hasil
curian, tetapi jerih payah kita yang diberikati oleh Tuhan. Kita tidak boleh
mengatakan harta atau warisan sebagai berkat Tuhan apabila harta atau warisan yang
kita terima adalah hasil curian. Tuhan tidak memberkati hasil curian, malahan
Tuhan mengatakan “Jangan Mencuri” pada Titah Kedelapan.
Relevansi yang kedua adalah bagi para pendengar
firman Tuhan saat ini sebagai orangtua, mari persiapkan dan turunkanlah warisan
yang paling berharga tadi, yakni iman kepada Kristus Tuhan. Warisan tanah dan
harta akan mendatangkan sejahtera bagi seluruh keluarga bila warisan iman lebih
dahulu diturunkan. Sebaliknya, warisan tanah dan harta akan mendatangkan
keserakahan, pertengkaran, dan permusuhan jika seluruh anggota keluarga tidak
menghidupi iman dengan benar. Bahwa melalui Yesus Kristus, kita adalah
anak-anak Allah yang diangkat menjadi ahli waris harta surgawi, harta yang
teramat mahal dan tak ternilai. Maka harta duniawi tidak boleh membutakan mata hati
dan pikiran. Kiranya Yesus Kristus menolong kita sekalian. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Allah yang kami kenal di dalam Yesus Kristus. Kami
sungguh bersyukur atas firman-Mu yang menegur dan meneguhkan kami bahwa kami
adalah anak Allah. Bahwa sebagai anak Allah, kami Engkau wariskan segala
kekayaan surgawi yang tak ternilai dibanding harta duniawi yang sementara dan
akan kami tinggalkan di dunia ini. Ingatkan kami setiap saat melalui Roh
Kudus-Mu, agar jangan harta duniawi membutakan mata hati dan pikiran, sehingga
menyebabkan keserakahan, pertengkaran, dan permusuhan di antara kami. Tolong
dan mampukan kami melakukan firman-Mu, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat
kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin.
Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di Biro Personalia HKBP