Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus
Kristus, sebelum kita beraktivitas hari ini, mari kita awali dengan mendengar
Firman Tuhan.
Doa Pembuka: Kita berdoa! Bapak kami yang di Surga, yang mengasihi kami setiap waktu,
kami bersyukur atas kasihMu yang memberi kami kesempatan hidup hingga pagi ini.
Kami bersyukur karena kami masih dapat menikmati karuniamu terkhusus hari ini.
Biarlah kehendakMu yang terjadi dalam hidup kami sepanjang hari ini Tuhan. Terangi
hati, pikiran kami melalui pemberitaan FirmanMu yang akan kami dengar di pagi
hari ini. Berilah kami kekuatan, semangat agar kami bersukacita sepanjang hari
ini dan penuh pengharapan dalam Engkau. Di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus kami
berdoa. Amin.
Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus
Kristus, Firman Tuhan yang menyapa kita di pagi
hari ini tertulis dalam Kitab AMSAL 15 :
1 “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang
pedas membangkitkan marah”.
Dalam Bahasa
Batak:
Alus na lambok paombun rimas, alai anggo hata na horas mambahen
marsijongjong ateate.
Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus
Kristus, pagi ini kita akan diingatkan kembali
dengan kekuatan dari sebuah perkataan dan efek dari perkataan tersebut. Sering kita
dengan “mulutmu adalah harimaumu”. Tentu kalimat itu sangat mudah kita pahami
karena begitu seringnya kita dengar. Dalam kata lain perkataan itu sangatlah
familiar/ umum bagi kita. Artinya kita bisa dan akan dihargai dengan perkataan
kita terlebih dahulu. Dan sebaliknya, kita bisa mendapat mara bahaya hanya
perkataan kita.
Amang
Inang, melalui nats renungan pagi ini dapat kita lihat bagaimana Raja Salomo
membandingkan antara jalan hidup orang benar dengan hidup orang fasik. Raja
Salomo membandingkan bagaimana orang benar dalam bertutur kata dengan orang
fasik. Sehingga melalui Firman Tuhan ini dapat kita lihat bagaimanakah kita
bertutur kata setiap harinya, apakah perkataan orang benar atau perkataan orang
fasik yang kita miliki setiap harinya. Dan melalui Nats ini, dapat kita lihat
bagaimana perbedaan itu sangat jelas. Orang benar akan berkata lembut dan
jawaban orang fasik sangatlah pedas.
Bapak ibu, saudara/i yang dikasihi oleh Yesus
Kristus, pernahkah kita bertemu dengan seseorang
yang jika dia berkata-kata cenderung menyakiti orang lain? Atau kata-kata yang
diucapkan kedengarannya sangat pedas? Saya yakin, kita pernah bertemu dengan
orang seperti itu. Saya tidak ingin secara gamblang saat ini mengatakan orang
yang berkata-kata pedas itu secara otomatis adalah orang fasik. Tetapi saya
meyakini orang benar sangatlah hati-hati dalam berkata-kata. Orang benar
sangatlah bijaksanan dalam memilih kata
yang akan diucapkan kepada orang lain, sehingga dipastikan tidak menyakiti
orang lain. Sekalipun itu untuk menegur kesalahan orang lain. Tetapi sebaliknya,
orang fasik dalam berkata-kata, dia tidak memikirkan perasaan orang lain, dia
tidak memikirkan sebesar apa pengaruh/ efek perkataannya bagi orang lain, yang
dia pikirkan dan utamakan adalah kepuasan hati, pikiran dan amarahnya saja, dan
kita dapat simpulkan bahwa kecepatan berkata-kata orang fasik cenderung lebih
cepat dibanding kecepatan berpikirnya. Karena dia tidak perlu berpikir,
kata-kata akan mengalir begitu saja dari mulutnya. Orang benar, orang bijaksana
akan cepat mendengar, tetapi lambat berkata-kata, dan juga lambat untuk marah
(Yakobus 1 :19). Dalam hal ini juga, kita dapat memahami dan mengerti mana
orang benar yang bertutur kata lembut dan tulus dan bertutur kata lembut tetapi
tidak tulus (munafik).
Jemaat yang dikasihi oleh Yesus Kristus, baik perkataan lembut ataupun perkataan pedas sebenarnya
cerminan hati kita. Jika hati kita rusak maka semuanya tidak akan baik. Setiap
perkataan itu merupakan cerminan hati. Kualitas seseorang itu terlihat dari
ucapannya. Jika ingin mengetahui seberapa besar kebodohan seseorang, maka
lihatlah seberapa sering dia menyakiti orang lain dengan kata-katanya (ayat
2-15). Amang inang, Nats ini menjelaskan bagaimana hati orang benar adalah hati
yang bersih, tulus dan baik. Maka perkataan yang dimiliki adalah perkataan yang
lembut. Sedangkan hati orang fasik adalah penuh amarah, penuh dengki dan jahat
sehingga perkataan yang dia miliki setiap harinya adalah pedas.
Bapak
Ibu, kualitas diri dan hati kita diuji setiap hari. Perlu kita menjaga hati
kita setiap harinya. Hati kita sangat menentukan kata-kata yang akan kita
utarakan. Jika kita memiliki hati yang jahat maka kita menjadi pemarah, maka
kita sangatlah mudah menyakiti dan menghakimi orang lain melalui kata-kata
pedas bahkan akan menyulut emosi/ amarah orang lain yang menimbulkan
pertengkaran. Kata-kata pedas itu cenderung merendahkan orang lain, cenderung
tinggi hati dan sombong. Tetapi jika kita menyadari sebagai orang percaya haruslah
melatih dan membiasakan lambat dalam amarah karena memiliki hati yang bersih
dan kita tidak cenderung berkata pedas. Sering kali pertengkaran dan
perselisihan terjadi karena kata-kata pedas. Senyaman apapun pembicaraan yang
ada, ketika diantaranya ada yang selalu berkata pedas, maka pertengkaran akan
terjadi. Dan sebaliknya, sekacau apapun keadaan, tetapi ketika ada yang betutur
lembut akan menemukan titik terang, menemukan solusi, kekacauan itu akan
berangsur hilang. Kegeraman hati akan hilang. Tentu orang yang baik hati dipenuhi
cinta kasih kepada sesama dan takut akan Tuhan.
Oleh
sebab itu, amang inang marilah kita bertutur kata dengan bijaksana dan penuh
cinta, menghindari kata-kata pedas yang merendahkan dan menyakiti orang lain
dan mengundang amarah orang lain. sebagai orang percaya, kita harus mampu
mengendalikan perkataan kita ketika amarah kita memuncak, dan memikirkan dampak
dari kata-kata yang akan kita ucapkan. Karena itu adalah cerminan hati yang
sesungguhnya. Perkataan yang lembut bukanlah tanda kelemahan kita, tetapi tanda
daripada kebijaksanaan dan kekuatan, kebaikan serta ketulusan hati. Sehingga
kebaikan dan ketulusan hati terpancar perkataan lembut yang akan menyembuhkan,
menghibur, dan memberi pengharapan kepada orang lain, meredakan kegeraman dan amarah
dan bahkan memberikan titik terang/ solusi dalam permasalahan. Perkataan lembut
akan membawa kedamaian dan sukacita di tengah-tengah kita. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Allah Bapa yang penuh kasih yang telah menganugrahkan
kehidupan kekal bagi kami melalui Yesus Kristus. Kami bersyukur untuk kasihMu
yang luar biasa hingga saat ini. Engkau memberikan kami kesempatan mendengar
FirmanMu di pagi hari ini. Kami telah dicerahkan oleh FirmanMu. Tuhan biarlah kami
selalu mencintai dan merindukan FirmanMu itu, sehingga hati kami selalu terjaga
dari segala bentuk kejahatan. Dengan itu kami mencintai kedamaian, mencintai
tutur bahasa yang lembut. Dan kami membenci pertengkaran, amarah dan kedengkian
terhadap sesama kami. Biarlah Roh KudusMu menaungi dan memimpin hati kami
setiap harinya dan kami berpengharapan hanya kepadaMu. Di dalam Nama AnakMu
Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Bvr. Tioma Debataraja- Staf di Kantor Sekretaris Mitra HKBP