Renungan Harian HKBP | 4 Agustus 2024

EPISTEL

Firman Tuhan yang
tertulis di dalam Injil Yohanes 6: 24-35 ini merupakan kelanjutan dari
peristiwa Yesus bersama dengan ribuan orang yang mengikutiNya. Pada saat itu,
banyak orang dan semakin bertambah jumlahnya begitu kagum dengan kuasa Yesus
yang mampu melakukan pelbagai mujizat. Salah satunya adalah ketika Yesus
memberi makan 5.000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan (Yohanes 6: 1-15).
Mereka terus mengikuti Yesus dan menginginkan agar Yesus menjadi raja bagi
mereka dan memenuhi segala keinginan mereka. 

Yesus mengetahui
isi hati setiap orang. Ia pun sempat menyingkir dari ribuan orang tersebut.
Akan tetapi, ribuan orang tersebut begitu gigih mencari Yesus dan akhirnya
mereka menemukan Yesus, Ketika mereka menemukan Yesus, mereka langsung
menyanjung Yesus dengan memanggilNya dengan sebutan “Rabi” yang berarti Guru.
Gelar tersebut termasuk dalam golongan orang yang sangat dihormati. Mereka
berpikir bahwa Yesus akan langsung senang dan merasa bangga mendapat panggilan
tersebut. Akan tetapi, Yesus mengenal dan mengetahui isi hati setiap orang yang
mengikutiNya tersebut. Kekaguman dan penghormatan orang banyak kepada Yesus
tidak dengan sepenuhnya disertai keinginan untuk mengikuti pengajaran dan
kehendak Allah Bapa yang mengutus Yesus ke tengah-tengah dunia. Mereka
terkesima dengan kuasa mukjizat yang dilakukan Yesus dan ingin terus menerima
kuasa tersebut. Mereka ingin dilimpahkan dalam urusan kedagingan, misalnya
makanan, minuman, kekayaan, kehormatan, dan lain sebagainya. Mereka percaya
bahwa mereka dapat menerimanya dari kuasa yang dimiliki oleh Yesus. Artinya,
mereka mempercayai dan menyangjung Kuasa Yesus bukan karena ingin lebih taat
memenuhi keinginan Allah namun karena ingin memenuhi keinginan dirinya sendiri.

Yesus dengan tegas
menegur mereka. Yesus mengatakan bahwa mereka seharusnya mencari diriNya karena
percaya pada Allah Bapa yang mengutus Yesus ke tengah-tengah dunia. Allah Bapa
menghendaki agar mereka taat pada segala ketetapanNya yang menuntun mereka keselamatan
dan kehidupan yang kekal. Yesus mengatakan kepada mereka agar “bekerja” dalam
artian agar berusaha mencari dan mengikuti Allah di dalam segala Firman, Hukum,
dan KehendakNya. Ketika mereka dengan sungguh bekerja, yakni setia dan taat di
dalam Firman, Hukum, dan Kehendak Allah maka mereka akan dikenyangkan dengan
roti yang hidup. Jika orang yang mengaku dirinya percaya namun hanya mencari
dan hanya mau dikenyangkan dari hal-hal dunia ini maka mereka hanya akan terus
merasa lapar karena tidak pernah dipuaskan. Itulah yang dimaksud dengan
perbedaan antara Roti yang Hidup, yakni Yesus, dengan roti yang akan dapat
binasa, yakni hal-hal dari dunia ini.

Ketika orang
banyak tersebut mendengar teguran Yesus tersebut, mereka justru menguji Yesus.
Mereka menguji Yesus dengan ajaran dari Taurat yang menjelaskan bahwa sejak
dulunya, umat telah diberi makan roti dari sorga, yakni Manna (Keluaran 16).
Mereka mengetahui bahwa Allah berkuasa mencukupkan segala kebutuhan mereka dari
sorga. Akan tetapi, pemahaman mereka menjadi keliru adanya. Mereka jadi hanya
berfokus pada keinginan mereka yang harus dipenuhi. Mereka juga jadi
beranggapan bahwa segala kebutuhan mereka seharusnya dipenuhi oleh pemimpin
mereka dan mereka hanya tinggal menerima. Seperti bangsa Israel yang dulunya
menerima Manna ketika mereka dipimpin oleh Musa dan Harun. Pernyataan ini
diujarkan mereka agar Yesus pun melakukan hal yang sama bagi mereka, yakni
memenuhi segala hal yang mereka perlukan. Yesus pun menjawab mereka bahwa Allah
Bapa akan selalu memelihara umatNya. Mereka tidak perlu khawatir karena Allah
memeliharan mereka. Namun demikian, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa setiap
orang yang mengaku percaya harus taat dan setia di dalam segala Firman, Hukum,
dan KehendakNya. Iman percaya bukan ditujukan untuk memenuhi keinginannya
sendiri namun hendaknya untuk memenuhi kehendak Allah. Iman percaya akan
menuntun setiap orang untuk menerima Roti yang Hidup. Orang percaya yang setia
dan taat tidak akan merasa lapar dan haus. Orang percaya akan menerima
kehidupan yang kekal. Itulah yang harusnya menjadi dasar iman percaya.

Firman Tuhan yang
menjadi Nats Epistel pada minggu ini mengajak kita untuk merenungkan kembali
keberimanan kita. Sudahkan keberimanan kita didasari pada kesetiaan dan
ketaatan mengikuti Firman, Hukum, dan Kehendak Allah Bapa di Surga yang kita
kenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus? Ataukah kita beriman karena hanya
ingin Allah memenuhi keinginan kita dan menyelesaikan permasalahan kita saja?

Dalam perziarahan kita di tengah-tengah dunia ini,
kita seringkali kehilangan kendali karena hal-hal yang kecil, keinginan yang
sesaat, masalah, dan lain sebagainya sehingga kita terkecoh dan goyah untuk
tetap teguh di dalam iman. Kita memohon kepada Allah untuk terus memelihara
hidup kita, namun kita kerap lupa agar Tuhan menolong kita untuk memelihara
iman kita kepadaNya. Seperti orang banyak yang mengikuti Yesus dalam Firman
Tuhan pada hari ini. Mereka percaya pada kuasa Yesus namun mereka terjatuh pada
keinginan agar kuasa Yesus dinyatakan untuk memenuhi kehendak mereka saja,
yakni dijauhkan dari rasa lapar dan haus. Pun seperti bangsa Israel di dalam
Nats Evangelium (Keluaran 16: 2-8) yang mengikuti Allah melalui tuntunan Musa
namun bersungut-sungut karena khawatir mati kelaparan dan kehausan. Nats
evangelium dan epistel pada minggu ini menjelaskan bahwa manusia terkecoh pada
hal yang sebetulnya kecil, yakni makanan, namun kita lupa pada besarnya Kuasa
Allah di dalam kehidupan kita. Rasa kekhawatiran menjadi lapar dan haus maupun
rasa tidak pernah puas padahal kita tidak tidak lapar dan haus lagi menjadi
sumber goyahnya iman kita kepadaNya. Akan tetapi, ingatlah bahwa Allah jauh
lebih besar dari persoalan yang kita hadapi dan Allah berkuasa penuh mengatasi
segala sesuatunya. Bertekunlah mencari dan mengikutiNya di dalam segala Firman,
Hukum, dan KetetapanNya. Itulah roti yang menuntun kita pada kehidupan yang
kekal. Amin.

 

EVANGELIUM

Shalom!

Sebelum kita merenungkan Firman Tuhan,
kita berdoa!

 

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang
melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita.  Amin.

 

Saudara-saudari
yang dikasihi oleh Kristus Yesus, Firman Tuhan pada hari Minggu X setelah
Trinitatis
tanggal 04 Agustus 2024 tertulis di dalam Kitab Keluaran 16:
2-8. Firman Tuhan berkata

“Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah
Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka: “Ah, kalau kami mati
tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali
berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke
padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.” Lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit
hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari
sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup
menurut hukum-Ku atau tidak. Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak
yang dibawa mereka pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat
banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari.” Sesudah itu berkatalah
Musa dan Harun kepada seluruh orang Israel: “Petang ini kamu akan mengetahui
bahwa TUHANlah yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Dan besok pagi
kamu melihat kemuliaan TUHAN, karena Ia telah mendengar sungut-sungutmu
kepada-Nya. Sebab, apalah kami ini maka kamu bersungut-sungut kepada kami?”
Lagi kata Musa: “Jika memang TUHAN yang memberi kamu makan daging pada waktu
petang dan makan roti sampai kenyang pada waktu pagi, karena TUHAN telah
mendengar sungut-sungutmu yang kamu sungut-sungutkan kepada-Nya – apalah kami
ini? Bukan kepada kami sungut-sungutmu itu, tetapi kepada TUHAN.”

Demikianlah Firman Tuhan. Syukur kepada
Allah.

 

Jemaat yang
dikasihi oleh Kristus Yesus, di dalam perziarahan kehidupan beriman kita, kita
dituntun untuk mengimani Allah yang Maha Kuasa dalam segala hal. Kita dituntun
untuk mengimani Allah yang sanggup menciptakan juga sanggup untuk memelihara.
Kita juga dituntun untuk mengimani Allah yang akan selalu mencukupkan segala
keperluan kita. Oleh karena Allah adalah Allah yang tidak akan membiarkan
umatNya berkekurangan. Dalam bahasa Ibraninya, kita menyebutnya dengan “Jehovah
Jireh” yang memiliki makna Allah yang selalu menyediakan bagi umatNya.

Akan tetapi, pada
kenyataannya tidaklah mudah untuk meyakinkan umat Allah mengimani Kuasa dan
Kebaikan Allah di dalam kehidupannya. Apalagi ketika suatu masalah menerpa
dirinya, keluarganya, pekerjaannya, dan lain sebagainya. Seperti Firman Allah
pada hari Minggu ini yang menceritakan sungut-sungut Bangsa Israel kepada Musa
dan Harun sebagai pemimpin mereka. Mereka bersungut-sungut pada saat mereka
sudah berhari-hari berada di padang gurun Sin setelah mereka keluar dari perbudakan
di tanah Mesir. Ketika itu, persediaan makanan mereka tersisa tidak banyak lagi
sedangkan jumlah mereka sangatlah banyak. Mereka menjadi khawatir, takut, dan
cemas kalau nantinya mereka dapat mati kehausan dan kelaparan.

Dalam
sungut-sungutnya, bangsa Israel menyatakan bahwa lebih baik tetap berada di
tanah perbudakan di Mesir daripada dibawa keluar namun mereka mati kehausan dan
kelaparan di padang gurun. Sungut-sungut mereka tersebut menandakan bahwa
mereka sangat kesal jika nantinya harus kelaparan dan kehausan. Mereka lebih
merasa takut pada pikiran mereka sendiri yang sebetulnya belum terjadi. Ya, mereka
belum mengalami kelaparan dan kehausan sampai berhari-hari. Ketakutan mereka
timbul karena persediaan makanan dan minuman mereka semakin berkurang. Mereka
menjadi lupa pada penyertaan Allah di dalam kepemimpinan Musa dan Harun
sebelumnya. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan dan berjalan menuju Tanah
Perjanjian yang sejahtera, subur, dan akan menjadi milik mereka. Mereka lupa
pada kuasa Allah di dalam Musa yang membelah laut Teberau agar mereka dapat
menyebangi lautan tersebut dan terbebas dari pengejaran pasukan Firaun.
Seketika saja, mereka lebih percaya rasa takut karena masalah yang mereka
hadapi daripada percaya pada kuasa Allah yang begitu besar dan sudah nyata
mereka rasakan.

Lalu bagaimana
Allah menyikapi sungut-sungut bangsa Israel tersebut? Apakah Allah langsung
murka dan membiarkan umatNya mati kelaparan dan kehausan? Apakah Allah
meninggalkan umatNya? Jawabannya tentu tidak.

Jemaat yang
dikasihi oleh Kristus Yesus, ketika Allah mendengar sungut-sungut bangsa Israel
yang disampaikan kepada Musa dan Harun, Allah memahaminya. Allah memahami
dengan kasih dan kebaikanNya. Allah menanggapi sungut-sungut bangsa Israel
dengan berfirman bahwa makanan akan dicurahkan dari langit seperti hujan.
Makanan tersebut kemudian dikenal dengan Manna. Bentuknya seperti benih kecil
yang bila dikumpulkan dapat diolah menjadi roti atau makanan yang mengenyangkan
dan bermanfaat bagi bangsa Israel pada masa itu. Allah akan mencurahkannya
selama enam hari lamanya sehingga semua orang akan mengambil menurut
kebutuhannya tanpa ada yang berkekurangan. Pada hari yang keenam, ketika bangsa
Israel mengolah Manna tersebut maka banyaknya akan menjadi dua kali lipat.
Allah tidak hanya mencukupkan namun Allah juga melimpahkan. Hal tersebut
terjadi keesokan harinya dan seluruh bangsa Israel menerima kelimpahan berkat
yang sama.

Jemaat yang
dikasihi oleh Kristus Yesus, Firman Tuhan pada hari ini juga adalah gambaran
kita sebagai orang-orang percaya. Kita mengimani Allah yang memelihara,
menyediakan, dan menolong kita. Akan tetapi, ketika masalah datang menerpa kita
atau kita berada dalam keadaan yang pelik, kita cenderung menjadi lebih mudah
digoyahkan pada rasa takut yang kita ciptakan sendiri daripada tetap teguh pada
kuasa dan kebaikan Allah yang tidak ada bandingannya. Kita mudah lupa pada
Kuasa Allah yang mampu menyelesaikan segala perkara kita. Pun tidak jarang,
kita mengujarkan sungut-sungut pada kesulitan yang sedang kita hadapi. Dalam
Firman ini dinyatakan juga bahwa ada masanya Allah menempatkan umatNya pada
suatu ujian untuk meneguhkan ketaatan umat pada Hukum Allah. Allah memang tidak
melarang kita untuk merasakan ketakutan, kekesalan, kekhawatiran pada kesulitan
yang sedang kita hadapi. Akan tetapi, Allah tidak berkenan jika dalam masalah
yang sedang kita hadapi, kita menjadi goyah di dalam iman kita kepadaNya
seakan-akan Allah tidak mampu menyelesaikan perkara kita tersebut. Ingatlah
bahwa Allah tidak akan dengan mudahnya meninggalkan, mengabaikan, bahkan
membinasakan umatNya. Perhatikan kehidupan bangsa Israel, yang selalu
dilindungi dan dipelihara. Jika memang Allah berencana jahat kepada bangsa
Israel maka Allah dapat menenggelamkan bangsa Israel bersama dengan pasukan
Firaun di Laut Teberau. Akan tetapi, Allah terus menyelamatkan mereka bahkan
Allah tetap membuktikan cinta kasihNya dengan segala kelimpahan di dalam
kehidupan bangsa Israel. Sekalipun, bangsa Israel justru bersungut-sungut dalam
perjalanan mereka.

Jemaat yang
dikasihi oleh Kristus Yesus, cinta kasihNya melampaui segala hal. Allah akan
selalu memelihara, menyediakan segala hal, dan menolong umatNya. Kita sebagai umatNya
hanya diminta tetap tenang, kendalikan diri, memperteguh iman kepada-Nya.
Bersyukurlah dalam segala proses yang kita lalui. Allah pasti akan memelihara,
menyediakan, dan menolong kita. Ingatlah, ketika suatu masalah yang kita anggap
besar atau berat menimpa kita, tidak akan ada yang mampu memisahkan kita dari
cinta kasih Allah. Ketika masalah yang besar datang, ingatlah bahwa kita
memiliki Allah yang jauh lebih besar dari segala-galanya. Kiranya Firman Allah
ini semakin meneguhkan kita ketika masalah yang pelik sedang kita hadapi dan
tetap tabah menapaki perziarahan kita di dunia ini. Amin.

 

Doa Penutup: Kita berdoa! Dengan penuh sukacita, kami sudah mendengarkan
FirmanMu pada hari ini. FirmanMu yang meneguhkan kami untuk tetap percaya bahwa
Engkau adalah Allah yang selalu menyediakan, mencukupkan, bahkan melimpahkan
segala hal yang baik di dalam kehidupan kami. Kami menyadari bahwa seringkali
kami merasa tidak yakin, bersungut-sungut, dan tidak bersyukur pada proses yang
sedang kami jalani. Ampunilah kami, ya Allah. Ajarilah kami semakin teguh
mengimani pemeliharaanMu di dalam kehidupan kami. Ya Allah, kiranya Engkau
menolong saudara-saudari kami yang pada saat ini mungkin sedang bergumul dengan
berbagai perkara. Ada yang mungkin nyaris berputus asa, ada yang kehilangan
sukacita di dalam menjalani harinya, dan lain sebagainya. Namun, pada hari ini,
nyatakanlah kuasaMu di dalam kehidupan mereka. Rangkullah mereka, bukalah hati
dan pikiran mereka untuk menyaksikan kuasa dan kebaikanMu. Engkau adalah Allah
yang mampu mengatasi segala perkara hidup kami. Dalam Kristus Yesus kami
berdoa. Amin.

 

Anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus,
kasih setia Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus. Kiranya menyertai kamu
sekalian. Amin.



Pdt. Serly Octarina Tampubolon,
S.Si.(Teol) – Pendeta Fungsional Biro Jemaat HKBP


Scroll to Top