Renungan Harian HKBP | Epistel | 14 September 2025

SUKACITA ATAS KEMBALINYA ANAK YANG HILANG

(Ep. Yeremia 3 : 14 – 18)
“UMAT YANG AKAN DATANG DI SION.”
[14] Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman Tuhan, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari stiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion.
[15] Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian.
[16] Apabila pada masa itu kamu bertambah banyak dan beranak cucu di negeri ini, maka orang tidak lagi berbicara tentang tabut perjanjian Tuhan. Itu tidak lagi akan timbul dalam hati dan tidak lagi diingat orang; orang tidak lagi akan mencarinya atau membuatnya kembali.
[17] Pada waktu itu Yerusalem akan disebut takhta Tuhan, dan segala bangsa akan berkumpul di sana, demi nama Tuhan ke Yerusalem, dan mereka tidak lagi akan bertingkah langkah menurut kedegilan hatinya yang jahat.
[18] Pada masa itu kaum Yehuda akan pergi kepada kaum Israel, dan mereka akan datang bersama-sama dari negeri utara ke negeri yang telah Kubagikan kepada nenek moyangmu menjadi milik pusaka.
Judul perikop ini: “Sukacita Atas Kembalinya Anak Yang Hilang” yang diambil dari Topik Minggu XIII Setelah Trinitatis tgl 14 September 2025. Topik Minggu tersebut diambil, dikutip dari nas khotbah Evangelium, yaitu Injil Lukas pasal 15:11-32, tentang sukacita seorang bapa/ayah menyambut kembali anak yang dikasihinya, anak yang telah menyakiti hatinya dan pergi meninggalkannya. Intinya adalah sukacita karena pertobatan.
Demikian juga dalam nas Epistel ini, Yeremia 3:14-18, di mana Tuhan melalui Nabi Yeremia, menyerukan kepada bangsa Israel agar mereka kembali kepada Tuhan, agar mereka bertobat, memperbaharui diri ke arah yang lebih baik. Mengapa demikian? Karena umat Israel telah jatuh ke dalam dosa dan kejahatan, mereka berbalik meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada berhala. Kehidupan sosial di Yehuda yang menjadi tempat pelayanan Nabi Yeremia, juga mengalami kemerosotan, terjadi penindasan oleh yang kuat terhadap orang yang lemah, oleh penguasa terhadap rakyat jelata (7:5-6), hingga terjadi kesenjangan sosial di tengah-tengah umat tersebut.
Kita tahu bahwa bangsa Israel Adalah umat pilihan Allah, yang seharusnya mereka hidup seturut dengan kehendak Allah, namun dalam kenyataannya tidak demikian. Justru, sikap, perilaku dan tindakan mereka sering mendukakan hati Tuhan. Kita tahu bahwa upah dosa adalah maut (Rm.6:23), hukuman Tuhan. Namun Tuhan tidak selalu dalam amarahNya terhadap umat Israel yang berdosa. KasihNya jauh lebih besar dari pada amarahNya. Allah adalah kasih (1 Yoh.4:8). Karena Allah adalah kasih, sehingga Ia melalui Nabi Yeremia menyerukan pertobatan kepada bangsa Israel. “Betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah itu” (Ef.3:18).
Tidak selalu Tuhan Allah menghukum umat yang melakukan dosa dan kejahatan, namun Tuhan memberi waktu dan kesempatan bagi umat yang berdosa untuk memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik. Walaupun Tuhan menjatuhkan hukuman juga kepada bangsa Israel yang berdosa, dengan maksud dan tujuan, menyadarkan mereka akan dosa yang mereka perbuat, agar mereka mengalami pertobatan. Tuhan pun melakukan hal yang sama dengan manusia yang berdosa di masa kini. Tuhan tidak langsung menghukum, tetapi Tuhan memberi kita masa anugerah, waktu, kesempatan untuk memperbaiki diri, memperbaharui diri ke arah yang lebih baik, bertobat. Maka, jangan sia-siakan waktu dan kesempatan yang Tuhan anugerahkan kepada kita.
Tuhan Allah memanggil umatNya untuk kembali kepadaNya. “Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah Firman Tuhan. Karena Aku telah menjadi tuan atas kamu!” (ayat 14). Lebih jauh Allah berjanji, bahwa di masa yang akan datang Tuhan akan menghimpun dan mengumpulkan umatNya, dan akan menggembalakan mereka dengan pengetahuan dan pengertian (ayat 15). Bahkan Yeremia juga bernubuat akan zaman Mesias, di mana Yesus Kristus akan menggembalakan, memimpin dan memerintah umatNya. Pada zaman Mesias, tabut perjanjian yang dahulu dalam Perjanjian Lama (PL) merupakan simbol atau lambing kehadiran Allah, tidak lagi diperlukan. Mesias akan hadir secara nyata di tengah-tengah dunia ini, di tengah-tengah umat manusia (ayat 16).
Pertobatan tidak akan mungkin terjadi hanya dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, melainkan karena peran Roh Kudus yang menggerakkan hati manusia untuk kembali kepada Tuhan. Kalau terjadi pertobatan, maka akan ada sukacita. “Demikian juga akan ada sukacita di sorga, karena satu orang berdosa yang bertobat” (Luk.15:7). Amin.

 

Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th – Bendahara Umum HKBP

Scroll to Top