Renungan Harian HKBP | Epistel | 24 Agustus 2025

1 Tesalonika 5:12-24
12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;
13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.
14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.
15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
16 Bersukacitalah senantiasa.
17 Tetaplah berdoa.
18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
19 Janganlah padamkan Roh,
20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.
23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.
24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.

Sikap hidup orang percaya dalam bergereja maupun kehidupan sehari-hari begitu penting. Hal itu bertolak dari kesadaran akan kasih setia Tuhan yang tak terbatas. Ketika Paulus menulis surat ini, jemaat di Tesalonika mengalami pergumulan dari orang-orang Yahudi yang menolak Yesus sebagai Mesias, bahkan orang non Yahudi yang tinggal di Tesalonika juga memusuhi mereka (lihat Kisah Rasul 17:5-9). Dalam mengakhiri suratnya kepada jemaat di Tessalonika, rasul Paulus memberikan panduan tentang bagaimana seharusnya orang Kristen hidup dalam persekutuan, dalam pelayanan, dan dalam hubungan dengan Allah. Hidup dalam sukacita, doa, dan syukur, serta menjaga kekudusan hidup adalah bagian penting dari kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dan menantikan kedatangan-Nya.
Pertama, agar memiliki sikap yang benar terhadap pemimpin mereka dengan menghormati, menaati, mengasihi, dan mendoakan mereka (12), karena para pemimpin telah bekerja keras dalam memimpin dan melayani mereka. Sikap demikian akan membuat persekutuan mereka hidup dalam damai. Kedua, dalam hubungan dengan saudara seiman, mereka harus saling peduli dan menguatkan. Mereka harus berani dan penuh cinta kasih menegur mereka yang berbuat onar dan salah; menghibur mereka yang sudah bertobat agar tidak tawar hati dan terpuruk dalam rasa bersalah mereka; membela dan menguatkan jemaat yang putus asa dan lemah iman (13-14). Sabar terhadap semua orang, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan (15).
Ketiga, dalam hubungan dengan diri sendiri, mereka harus hidup penuh sukacita, tetap berdoa, dan bersyukur apapun masalah dan kesulitan yang mereka alami (16-18). Sikap demikian jelas berkenan kepada Allah. Dalam kehidupan kerohanian, mereka tidak boleh memadamkan karya Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui mereka (19); tidak menolak firman Tuhan, dan harus menguji segala ajaran yang muncul (20); memegang yang benar dan menjauhi segala kejahatan (21-22). Untuk menguatkan dan meneguhkan mereka, Paulus memohon agar Allah menguduskan dan memelihara totalitas hidup mereka, sehingga sempurna dengan tidak bercacat cela sampai Kristus datang kembali (23).
Dalam dunia yang semakin tinggi rasa individualisme, kita sebagai umat pilihan Tuhan tetap belajar menghormati, menaati, mengasihi, dan mendoakan para pemimpin rohani kita. Peduli terhadap saudara seiman agar mereka terus bertumbuh serupa dengan Kristus. Kita secara pribadi senantiasa berdoa, bersyukur, serta belajar firman Tuhan setiap hari. Amin.

 

Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., M.Th- Kabiro Ibadah Musik HKBP

Scroll to Top