Renungan Harian HKBP | Epistel | 3 Agustus 2025

Syalom, bapak/ibu saudara/i dan seluruh jemaat yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan di hari ini, alangkah baiknya kita siapkan hati dan pikiran kita, marilah kita mengambil saat teduh sejenak, kita bersatu di dalam doa.
Doa Pembuka: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan kita Yesus Kristus menyertai kamu. Amin.
Renungan
Bapak/ibu saudara/i yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, firman Tuhan yang menyapa kita saat ini tertulis dalam:
Pengkhotbah 1 : 12-14
1:12 “Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem.”
1:13 “Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri.”
1:14 “Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”
Bapak, ibu saudara/i yang terkasih di dalam Kristus Yesus, ketika kita sudah melihat banyak hal yang sudah dunia ini capai, termasuk dengan semua hal yang juga telah kita capai dan kita raih dalam hidup ini, pernah kah kita bertanya kepada diri kita sendiri, untuk apa semua ini? Benarkah selama ini saya telah melakukan sesuatu yang bermakna dalam hidup saya? Di masa sekarang ini, banyak orang yang melakukan banyak hal, mengejar ini dan itu, sibuk setiap waktu, tetapi merasa hampa dalam hidupnya. Kenyataannya, banyak orang yang mengalami apa yang dinamakan dengan “existential vacuum”, yaitu kekosongan makna hidup, walau hidupnya mungkin tampak sukses.
Bapak/Ibu saudara/i yang terkasih, nampaknya apa yang dituliskan oleh Pengkhotbah dalam nats ini tidak akan lekang oleh waktu dan akan relevan sampai akhir zaman. Kita bisa melihat melalui nats ini bahwa Pengkhotbah telah sepenuh hati memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Melalui itu Pengkhotbah mendapati bahwa semua tindak, kerja, hikmat, usaha dan kenikmatan yang dilakukan dan diperoleh manusia di bumi adalah sia-sia dan sama seperti usaha menjaring angin. Pertanyaannya, jika demikian apakah kita yang hidup di dunia ini tidak perlu lagi melakukan apa-apa? Nyatanya, Pengkhotbah ingin memberitahukan kepada kita bahwa segala sesuatu yang manusia lakukan dan raih dala hidupnya, jika itu tanpa Tuhan di dalamnya maka akan berakhir dengan kehampaan dan kesia-siaan.
Pengkhotbah mengatakan demikian bukan tanpa dasar. Ia yang adalah seorang raja, dan pasti sudah memiliki banyak pengalaman, banyak kemudahan termasuk harta milik justru mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan dengan jujur dan keras, namun tujuannya jelas yaitu supaya manusia tidak menggantungkan hidupnya kepada sesuatu yang tidak kekal dan tidak bisa digenggam. Sekali lagi, nats ini tidak untuk menyuruh kita supaya berdiam saja tanpa melakukan apa-apa sehingga pasrah pada nasib. Namun, Pengkhotbah justru mengarahkan kita sebagai orang percaya supaya benar-benar mencari apa yang benar-benar bernilai. Dunia mungkin memberi nilai kepada manusia dengan ukuran bahwa semakin sibuk maka semakin bernilai. Tapi nats ini mengajak kita supaya melakukan segala sesuatu, mencari yang penting, sembari memikirkan hal-hal yang kekal, yaitu Allah itu sendiri.
  Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, tanpa hidup yang rohani, dan tanpa pengenalan yang benar akan Allah, semua yang manusia kerjakan dan capai akan sama seperti menjaring angin. Kita sebagai manusia yang dikaruniai akal dan pikiran boleh bekerja keras, dan memang harus demikian. Tapi jangan sampai semua itu tidak berdasarkan firman Allah, hikmat Allah. Karena kalau demikian, semua akan berakhir dengan kehampaan dan kesia-siaan. Di tengah dunia yang menawarkan banyak “kesia-siaan”, kita harus semakin mengimani bahwa mengenal Allah dan hidup dengan takut akan Dia tidak akan berakhir sia-sia. Amin.
Doa Penutup: Marilah kita berdoa! Kami bersyukur ya Tuhan Allah kami untuk kesempatan yang begitu berharga yang engkau berikan kepada kami. Saat ini kami boleh dan telah bersekutu bersama untuk mendengarkan firmanMu yang telah menyapa kami. Biarlah Tuhan rohMu menguatkan kami untuk tetap berdiri dengan teguh di dalam iman kami kepadaMu. Tuhan tolong kami agar mampu melakukan segala sesuatu dengan tetap berdasar kepada yang kekal, yaitu Engkau Allah kami. Biarlah hidup kami ya Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang, lewat pekerjaan, pelayanan dan seluruh cara hidup kami. Tuhan ajari dan kuatkan kami untuk hidup sesuai dengan kehendakMu. Ini lah doa dan permohonan kami, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Pdt. Frans M. Sormin- Fungsional di Departemen Koinonia HKBP
Scroll to Top