Renungan Harian Marturia HKBP | Kamis, 31 Juli 2025

Doa Pembuka: Terpujilah Engkau Tuhan yang senantiasa memberkati kami pribadi lepas pribadi dalam setiap aktivitas kehidupan kami. Kami akan memulai segala kegiatan kami pada pagi hari ini engkau yang memberkati kami, terlebih firmanMu yang akan menjadi pedoman bagi kehidupan kami, berkati hati dan pikiran kami supaya kami dipenuhkan oleh hanya karna FirmanMu. Di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa kepadaMu. Amin.

Firman Tuhan yang menjadi pedoman dalam menjalani hari ini di hari Kamis 31 Juli 2025 tertulis di

Habakuk 2:20

“Tetapi Tuhan ada di dalam baitNya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapanNya, ya segenap bumi. Demikianlah firman Tuhan.

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Kita hidup di zaman yang penuh suara. Setiap hari kita dikepung oleh notifikasi, opini, keluhan, berita buruk, dan teriakan-teriakan dari dunia. Di tengah kebisingan ini, sering kali kita kehilangan kemampuan untuk diam, apalagi diam di hadapan Tuhan.
Nabi Habakuk mengajak kita untuk berhenti, tenang, dan tunduk di hadapan Allah yang berkuasa penuh.
Nabi Habakuk hidup pada masa kekacauan dan kejahatan merajalela di Yehuda. Ia mempertanyakan Allah:

  • Mengapa orang jahat dibiarkan hidup bebas?
  • Mengapa keadilan tidak ditegakkan?
  • Mengapa bangsa yang lebih jahat (Babel) digunakan untuk menghukum Israel?

Namun, setelah serangkaian dialog dan teguran Tuhan, Habakuk sampai pada kesadaran penting ini:
Tuhan tetap memerintah. Tuhan tetap ada di tempat kudus-Nya. Maka dunia harus diam dan tunduk di hadapan-Nya. Ini adalah pengakuan iman: bahwa sekalipun dunia kacau, Allah tidak tergeser dari takhta-Nya. Dia tetap berdaulat, kudus, dan layak disembah. Secara retoris, ini menegaskan kontras: berhala tidak bersuara, tetapi Tuhan sungguh-sungguh hadir.
“Diam” bukan berarti pasif, melainkan:
Hormat: mengakui kemuliaan-Nya.
Takut akan Tuhan: menyadari siapa kita di hadapan-Nya.
Percaya: bahwa Allah tahu apa yang Ia lakukan.
Dalam diam, kita mendengarkan suara Tuhan. Dalam diam, kita menyembah dengan kerendahan hati.
Bayangkan seorang pilot di tengah badai. Penumpang mungkin panik, tetapi di kokpit ada kontrol penuh. Bahkan lebih dari itu, pusat kendali di darat tenang dan tahu persis jalur penerbangan, arah angin, dan tempat pendaratan.
Demikian juga dengan Allah. Dunia boleh panik, krisis boleh datang, tetapi Allah tidak terguncang. Dia berada di “pusat kendali” alam semesta—di takhta-Nya, dalam kekudusan dan otoritas.
Kita bisa tahu Allah bekerja bukan karena kita melihat langsung hasilnya, tapi karena kita percaya pada pribadi-Nya.
Habakuk memulai bukunya dengan keluhan dan kegelisahan. Tapi pada akhirnya ia sampai pada diam yang penuh iman.
Bukan karena masalah selesai, Tapi karena dia tahu: “TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus.”

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk FirmanMu yang memberikan pemahaman dan kekuatan untuk memenangkan hari ini di dalam kemuliaan namaMu. Berkatilah setiap pekerjaan kami, lindungi dan jaga setiap orang tua kami, keluarga kami, jemaatmu, anak-anak kami dalam menjalani kehidupannya dan pendidikannya. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan unuk selamanya kedalam tangan pengasihanMu. Di dalam Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Pdt. Pangihutan Hasibuan, S.Th- Pendeta Fungsional di Biro Remaja Naposo HKBP

Scroll to Top