PURWAKARTA (12/10) — Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Purwakarta merayakan Jubileum ke-50 dalam suasana penuh sukacita dan rasa syukur. Ibadah syukur ini dipimpin langsung oleh Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST, dan dihadiri ribuan jemaat serta para tokoh masyarakat, termasuk Gubernur Jawa Barat, Bapak Dedi Mulyadi, SH, MM, dan Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein.
Perayaan jubileum kali ini mengusung tema “Memberitakan Injil dengan Segenap Hati”, yang menggambarkan semangat gereja untuk terus melayani dan menghadirkan kasih Kristus di tengah masyarakat. Dalam sambutannya, Ephorus Victor Tinambunan menekankan bahwa ulang tahun ke-50 bukan hanya perayaan usia, melainkan juga kesempatan untuk memperdalam komitmen pelayanan.
“Meski disebut Rumah Duka, sesungguhnya ini adalah Rumah Penghiburan,” ujar Ephorus. “Kita tidak berdoa agar rumah ini ramai dikunjungi, melainkan agar seluruh jemaat sehat, panjang umur, dan bersukacita dalam pelayanan. Namun kita juga sadar, akhirnya semua akan kembali ke kewargaan surgawi kita (Filipi 3:20).”
Dalam kesempatan itu, Ephorus juga membacakan pantun penghormatan kepada Gubernur Dedi Mulyadi:
Gunung Geulis diselimuti mega,
Angin subuh sejuk terasa.
Kinerja Gubernur Jabar luar biasa,
Kiranya Tuhan selalu menjaganya.
Perayaan ini menjadi istimewa karena HKBP Purwakarta memilih memperingati usia emasnya dengan cara yang berbeda: bukan membangun gedung megah, melainkan mendirikan Rumah Duka dan menyediakan lahan pemakaman seluas hampir satu hektar.
Langkah ini lahir dari kebutuhan nyata jemaat, mengingat sebagian dari sekitar 800 kepala keluarga HKBP Purwakarta tinggal di lingkungan padat dengan akses terbatas. Rumah Duka tersebut menjadi jawaban atas kebutuhan pastoral, sekaligus wujud nyata kepedulian terhadap ketenangan warga sekitar — termasuk yang berbeda agama.
Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan apresiasi mendalam terhadap langkah HKBP Purwakarta yang memilih merayakan jubileum dengan pelayanan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Saya melihat bahwa gereja ini tidak hanya bicara tentang surga, tetapi juga menghadirkan kasih Tuhan di bumi,” ujar Dedi Mulyadi. “Ketika gereja menanam pohon, membangun rumah duka, dan memelihara kerukunan dengan tetangga, itulah bentuk Injil yang hidup. Saya bangga karena Jawa Barat memiliki warga gereja yang menjadi teladan dalam cinta lingkungan dan toleransi.”
Sebagai tanda syukur, jemaat bersama pimpinan gereja juga melakukan penanaman pohon di area gereja dan lahan pemakaman. “Iman yang hidup bukan hanya memelihara jiwa, tetapi juga merawat bumi,” tambah Ephorus, menegaskan makna tindakan ekologis itu.
Ibadah syukur berlangsung dengan khidmat dan hangat. Jemaat memanjatkan doa agar HKBP Purwakarta terus menjadi berkat bagi masyarakat Purwakarta dan sekitarnya.
“Kiranya Parhalado dan seluruh Ruas tetap dalam pemeliharaan Tuhan,” tutup Ephorus Victor Tinambunan, “dan semakin teguh menjadi terang Kristus di tengah dunia.”