Sekjen HKBP Serukan Transformasi Total, Dorong Gereja Kembali ke Jati Diri dan Hadapi Tantangan Zaman

Dokumentasi Foto

BORNEO (25/8) – Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) didorong untuk melakukan transformasi besar-besaran, tidak hanya dalam struktur organisasi, tetapi juga dalam jati diri dan pelayanannya. Dalam pemaparan yang disampaikan di hadapan 49 peserta Pembinaan Pangula Na Gok Tingki (Pembinaan Pelayan Penuh Waktu – Tahbisan Pendeta, Guru Huria, Bibelvrouw, Diakones serta Calon Pelayan) HKBP Distrik XXVII Borneo yang dipimpin oleh Praeses Pdt. Samuel Ambarita, S.Th., pada 20 Agustus 2025, Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. Rikson M. Hutahaean, M.Th., menyerukan agar gereja kembali pada hakikatnya sebagai “tubuh Kristus”, alih-alih terus dikelola layaknya sebuah organisasi duniawi atau korporasi.

Sekretaris Jenderal HKBP mengibaratkan proses transformasi ini seperti ulat yang menjadi kepompong, kemudian berubah menjadi kupu-kupu—sebuah gambaran dari perubahan yang mendalam dan berkelanjutan dalam kehidupan jemaat. Sekjen HKBP menekankan bahwa tata kelola gereja harus memiliki dua proses bisnis yang sinergis: sebagai organisasi yang profesional dan efisien, sekaligus sebagai tubuh Kristus yang melayani.

Menghadapi Tantangan di Era Digital

Menurut Sekjen HKBP, salah satu pemicu utama transformasi ini adalah tantangan yang dibawa oleh era digital yang sangat cepat. Ia menyoroti bahwa perkembangan teknologi berpotensi memengaruhi cara pandang jemaat dan melunturkan identitas Kristen jika tidak dikelola dengan bijak. Untuk itu, gereja harus merespons dengan melakukan digitalisasi total dalam manajemen dan penatalayanan.

Beberapa langkah konkret yang disebutkan adalah:

  • Mendigitalisasi data jemaat, termasuk data kehadiran (absensi), ulang tahun, dan pernikahan.
  • Memanfaatkan platform digital yang tersedia, seperti Telegram, untuk mempermudah pendaftaran dan interaksi dengan jemaat.
  • Menerapkan sistem informasi terpusat yang memungkinkan pemantauan kinerja pelayan gereja, termasuk pendeta dan majelis, secara real-time.

Kembali ke Peran Historis dalam Membangun Peradaban

Selain fokus pada modernisasi, Sekretaris Jenderal HKBP juga mengingatkan kembali peran historis HKBP dalam membangun peradaban. Pdt. Rikson Hutahaean mencontohkan keberhasilan gereja di masa lalu yang berhasil mengubah daerah-daerah terpencil yang dulu terasing menjadi pusat pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Keberhasilan tersebut, termasuk pengajaran tentang kesehatan reproduksi terlebih kepada kaum ibu, menjalankan hidup bersih sehat, yang disampaikan oleh para misionaris Hester Needham dan juga Elfriede Harder, menjadi bukti bahwa HKBP memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif yang signifikan di tengah masyarakat.

Di akhir diskusi, Sekjen HKBP mengangkat isu-isu sosial yang sangat relevan, seperti kemiskinan dan perampasan tanah yang dihadapi oleh masyarakat Batak. Ia menyebutnya sebagai isu yang berlawanan dengan janji-janji ilahi dan menegaskan perlunya transformasi teologi gereja agar menjadi lebih kontekstual dan relevan dengan realitas sosial lokal.

Secara keseluruhan, pemaparan Sekretaris Jenderal ini merupakan seruan untuk beradaptasi dengan zaman, memastikan setiap tindakan pelayanan dilakukan secara profesional, dan memulihkan kembali hakikat gereja sebagai wadah spiritual yang relevan bagi jemaat dan masyarakat. Transformasi ini bukan hanya tentang perubahan struktural, tetapi juga tentang memulihkan kembali jati diri gereja sebagai representasi Kristus di dunia.

Scroll to Top