Riau (7/7) PEKANBARU – Ephorus HKBP dalam kanal medsosnya menginformasikan kegiatan seluruh pelayan penuh waktu dan keluarga HKBP Distrik XXX Riau Pesisir, yang menurutnya akan menyegarkan kembali “Transformasi HKBP”, sebuah upaya menuju perubahan yang lebih baik dalam tuntunan Tuhan. Inisiatif ini bertujuan memperkuat pelayanan dan kehidupan rohani di lingkungan distrik. Selain itu, Distrik XXX Riau Pesisir juga mencanangkan pelaksanaan bank sampah. Program ini berfokus pada pengubahan sampah menjadi berkat, sebagai wujud tanggung jawab gereja dalam merawat alam ciptaan Tuhan. Distrik XXX Riau Pesisir menjadi distrik kedua yang meluncurkan bank sampah, menyusul HKBP Distrik XXII Riau. Distrik-distrik lainnya di lingkungan HKBP direncanakan akan segera mengikuti jejak ini.
Jetun (9/7) – Jetun Silangit Eco Park dan Retreat Centre tengah dipersiapkan secara komprehensif untuk menjadi perkampungan pemuda. Berbagai fasilitas sedang dibangun, termasuk penanaman sekitar 1.000 pohon yang bibitnya sudah disiapkan. Selain itu, pelebaran jalan masuk Jetun dan pembangunan jalan lingkar untuk kendaraan ATV juga sedang dikerjakan, memungkinkan pengunjung menjelajahi area Jetun dengan mudah. Semua kegiatan ini langsung ditinjau oleh Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. Rikson M. Hutahaean, didampingi Kepala Pengelola Jetun, Pdt. Rein Justin Gultom. Kunjungan Sekjen HKBP ini bertepatan dengan pelatihan pembuatan pupuk bagi jemaat sekitar Jetun, yang dilaksanakan pada 9 Juli 2025.
PEKANBARU – Pada 6 Juli 2025, HKBP Resort Agave Sukatani resmi menjadi resort ke-844 setelah diresmikan oleh Praeses HKBP Distrik XXX Riau Pesisir, Pdt. German Butarbutar. Peresmian ini merupakan hasil kerja keras dan kebersamaan antara jemaat (ruas) dan pelayan gereja (parhalado) yang bersatu hati mempersembahkan yang terbaik. Upaya tersebut membuahkan hasil dengan diresmikannya bagas huria (rumah ibadah) dan kantor resort pada hari yang sama. Seluruh jemaat bersyukur kepada Tuhan atas pencapaian ini, dan berharap agar parhalado serta ruas HKBP senantiasa bersatu hati dalam memenuhi tugas panggilan Tuhan, dari dulu hingga kini, dan sampai akhir zaman.
JAKARTA (5/7) – Ephorus HKBP menyampaikan selamat atas terpilihnya pimpinan GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) yang baru (periode 2020-2025), Ephorus Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba dan Sekretaris Jenderal Pdt. Dr. Paul Ulrich Munthe. “Tuhan memperlangkapi hambaNya, Bapak Ephorus dan Sekjend GKPS terpilih dalam mengemban tugas pelayanan nantinya. Ikut mengucap syukur atas pelayanan hambaNya, kedua sahabat saya, Ephorus Pdt Dr Deddy Fajar Purba dan Sekjend Pdt Dr Paul Ulrich Munthe (2020-2025)” ungkap Ephorus.
Berita Terkini HKBP
Update Renungan Harian HKBP
Renungan Terkini
Renungan Harian HKBP | Jumat 11 Juli 2025
Doa Pembuka: Bapa kami yang di Surga, Bapa yang Maha Kasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, kami datang ke hadirat-Mu dengan hati yang penuh syukur. Kami percaya bahwa setiap nafas yang kami hirup adalah anugerah dari-Mu. Saat ini, ketika kami merenungkan firman-Mu, biarlah Roh Kudus bekerja di dalam hati kami, sehingga kami mengerti, merasakan, dan mengalami kebenaran-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Renungan
Kolose 3 : 16
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.”
Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus. Hari ini hidup kita rasanya makin sibuk. Pagi-pagi belum sempat berdoa, sudah sibuk lihat HP. Buka berita, isinya bikin cemas. Lihat media sosial, orang pamer bahagia, kita malah merasa gagal. Di rumah capek, di luar stres. Pikiran penuh, tapi hati tetap kosong. Kita hidup seperti itu setiap hari, sampai-sampai lupa apa yang sebenarnya paling penting dalam hidup ini.
Tuhan tahu persis keadaan kita. Karena itu, lewat Kolose 3:16, Ia berkata:
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu…”
Artinya begini, biarkan Firman Tuhan tinggal di dalam hati kita, bukan cuma lewat sebentar. Bukan cuma didengar tiap hari Minggu, lalu hilang. Tapi benar-benar tinggal, mengisi, dan memberi arah. Karena kalau yang mengisi hati kita hanya omongan orang, kecemasan, iri hati, dan amarah, maka hidup kita akan terus terasa berat dan kosong. Tapi kalau hati ini diisi dengan Firman Tuhan, dengan kasih-Nya, pengampunan-Nya, dan pengajaran-Nya, maka hidup kita akan lebih ringan, lebih tenang, dan penuh syukur.
Firman Tuhan bukan hanya untuk orang yang pintar. Bukan hanya untuk pendeta. Tapi untuk siapa saja yang mau membuka hati. Untuk ibu rumah tangga yang sedang lelah, untuk bapak-bapak yang sedang bingung mencari nafkah, untuk anak muda yang sedang gelisah tentang masa depan. Tuhan ingin Firman-Nya tinggal di hati kita dan saat itu terjadi, kita akan mulai berubah. Kita akan lebih sabar, lebih bijak saat menegur, lebih lembut saat berbicara. Bahkan kita bisa menyanyi dan memuji Tuhan bukan karena semua baik-baik saja, tapi karena hati ini tahu bahwa Tuhan tetap setia.
Saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus. mungkin hidup tidak akan jadi lebih mudah besok. Dunia akan tetap ribut. Masalah akan tetap datang. Tapi kalau Firman Kristus sudah tinggal dalam hati kita, maka tidak ada satu pun yang bisa mengosongkan sukacita kita. Jadi mari hari ini! Bukan hanya dengar Firman, tapi biarkan Firman itu tinggal di hati kita. Biarkan itu yang mengatur pikiran, kata-kata, dan tindakan kita. Maka dunia boleh tetap ramai, tapi hati kita akan tetap damai. Amin.
Doa Penutup: Tuhan Yesus yang penuh kasih, kami bersyukur atas Firman-Mu hari ini. Ajarlah kami untuk tidak sekadar mendengar, tetapi membuka hati kami supaya perkataan-Mu tinggal dan hidup di dalam kami. Isi setiap ruang hati kami dengan kasih-Mu, hikmat-Mu, dan kebenaran-Mu, agar hidup kami memancarkan pujian, syukur, dan damai di tengah dunia yang bising dan letih ini. Biarlah lewat hidup kami, orang lain pun boleh melihat terang-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
C.Pdt. Johannes Sibarani, S.Th – LPP II di Biro Ibadah Musik HKBP
Renungan Harian HKBP | Kamis 10 Juli 2025
Doa Pembuka: Kita berdoa! Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Amin.
Nas renungan kita hari ini tertulis dalam Mazmur 48:11. “Seperti Nama-Mu, ya, Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung bumi; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.”
Bapak, Ibu dan Saudara-Saudari yang terkasih, ada satu pepatah ‘unik’ yang pernah saya baca dari sosial media mengatakan: “Hidup itu adil karena semua orang mengatakan hidup ini tidak adil.” Artinya, semua orang pernah punya pengalaman pahit mengenai ketidakadilan di dalam hidupnya. Hak yang diambil, usaha yang tidak dihargai, diperlakukan berbeda dari yang lain, dibanding-bandingkan, atau bahkan dihukum padahal tidak bersalah. Ketidakadilan seperti bagian dari hidup yang tidak bisa dihindari. Namun, kita harus bisa bertahan di dalam kepahitan ini dan mampu melaluinya.
Mazmur ini adalah nyanyian Syukur atas pemeliharaan Tuhan bagi Sion (Yerusalem) sebagai tempat kediaman-Nya. Pemazmur menyatakan bahwa kemasyhuran nama Tuhan dikenal sampai ke ujung bumi bukan hanya karena kemenangan atau muzizat-Nya, tetapi karena tangan kanan-Nya yang penuh dengan keadilan.
Dalam konteks Israel, keadilan Tuhan berarti:
- Tuhan menegakkan yang benar pada waktu-Nya.
- Tuhan menjaga umat-Nya meskipun mereka dikepung bangsa lain.
- Keadilan Tuhan adalah bagian dari kesetiaan-Nya kepada umat-Nya.
Sampai saat ini, Allah juga masih dan akan selalu berlaku adil kepada umat-Nya. Keadilan yang dimaksud bukan berarti Dia melihat apa yang sedang kita alami, lalu akan bertindak saat itu juga. Melainkan, Ia Tuhan yang akan bertindak seturut dengan waktu-Nya.
Tuhan tidak pernah tutup mata dengan apa yang kita alami. Dia tidak tinggal diam ketika kita disakiti, diabaikan, atau dirugikan. Mungkin sekarang kita belum melihat keadilan itu, tetapi itu bukan berarti Tuhan tidak adil. Keadilan Tuhan sering bekerja secara diam-diam, menguatkan kita untuk bertahan, menjaga hati kita agar tidak keras dan tawar hati, juga mengingatkan kita untuk tetap memilih dan berjalan di jalan yang benar.
Kita memiliki Tuhan yang bukan hanya jauh di Surga, tetapi juga dekat dengan kita yang sedang berjuang di bumi ini. Tuhan Yesus sendiri pun pernah mengalami ketidakadilan terbesar saat Dia dihukum padahal tidak bersalah. Karena itu, Dia mengerti rasa sakitmu. Dia tahu rasanya difitnah, disalahpahami, dan dikhianati. Dan Dia tetap setia berjalan dalam kebenaran sampai akhir.
Melalui nas ini, Tuhan mengajak kita untuk tetap memuliakan nama-Nya dengan cara kita yang memilih untuk tetap jujur, tetap baik, dan tetap mengandalkan Dia. Kita boleh marah, menangis, kecewa, karena semua itu adalah emosi yang valid dan harus dirasakan. Tetapi jangan berhenti percaya bahwa Tuhan tetap dan akan selalu bekerja dalam hidup kita. Keadilan Tuhan bukan hanya soal membela kita saat ini, tetapi juga tentang membentuk kita menjadi pribadi yang kuat, sabar, dan semakin dekat dengan-Nya. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Kami puji dan agungkan nama-Mu Tuhan untuk kasih karunia-Mu yang selalu menyertai kami waktu demi waktu. Tuhan, terima kasih karena Engkau adalah Tuhan yang adil dan setia. Beri kami kekuatan untuk tetap berjalan dalam kebenaran dan pengharapan, serta ajari kami untuk menyerahkan semua yang tidak bisa kami kendalikan ke dalam tangan-Mu. Terima kasih karena Engkau memegang hidupku dan tidak pernah meninggalkan aku. Di dalam Nama Anak-Mu, kami telah berdoa dan mengucap syukur.
Anugerah dari Tuhan Kita Yesus Kristus, kasih setia dari Allah Bapa, dan persekutuan dengan Roh Kudus, itulah kiranya yang menyertai Saudara sekalian. Amin.
Pdt. Veronica Manurung, S.Th – Pendeta Fungsional Biro Pembinaan HKBP
Renungan Harian HKBP | Rabu 9 Juli 2025
Syalom, bapak/ibu saudara/i dan seluruh jemaat yang terkasih, sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan di hari ini, alangkah baiknya kita siapkan hati dan pikiran kita, marilah kita mengambil saat teduh sejenak, kita bersatu di dalam doa.
Doa Pembuka: Bapa yang baik, bapa yang kami kenal melalui anakMu Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan juruselamat kami, kami bersyukur untuk penyertaan dan kebaikanMu yang mengantarkan kami boleh ada hingga saat ini. Saat ini ya Tuhan, sebelum kami melanjutkan kegiatan dan aktivitas kami di hari ini, kami terlebih dulu akan menyerahkan diri kami untuk mendengarkan firmanMu yang akan menyapa dan menguatkan kami. Karena itu, kami siapkan hati dan pikiran kami sepenuhnya ya Tuhan, kiranya engkau berkati agar kami dapat dengan sukacita menerima Firman Tuhan. Kami sambut Kasih setia Tuhan di dalam sukacita. Amin.
Renungan
Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, firman Tuhan yang menyapa kita saat ini tertulis dalam:
1 Korintus 10 : 13
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Bapak/ibu saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus, tidak usah dipertanyakan lagi, kita semua tentu pernah mengalami masa-masa susah, bingung dan sulit dalam hidup kita, dan mungkin saja ada di antara kita yang sedang mengalaminya saat ini. Masalah atau godaan itu bisa datang dari luar ataupun dari dalam diri sendiri, dan tentunya berbeda antara seorang dengan yang lain. Bagi setiap orang yang mengalaminya, kemungkinan besar akan menghadapi setidaknya dua pilihan, yaitu pilihan untuk tergoda, menyerah dan jatuh ke dalamnya, dan pilihan untuk bertahan karena iman percaya. Yang memilih untuk menyerah dan tergoda mungkin akan berkata, “godaan ini terlalu kuat, aku tidak bisa melawannya, aku cuma manusia biasa, atau semacamnya”, namun yang memilih untuk bertahan akan berkata kepada diri sendiri, “cobaan ini memang berat, tapi saya tahu Tuhan tidak meninggalkan saya, Dia akan membuka jalan.” Ada kalanya ketika cobaan itu terasa begitu berat, seseorang malah bergeser kepada kekuatan duniawi dan memilih menjauh atau meninggalkan Tuhan. Ketika nanti suatu waktu kita mungkin akan digoda oleh keadaan untuk menyerah, mari kita ingat firman Tuhan yang menyapa kita saat ini. Seberat apa pun masalah yang mungkin akan kita hadapi, meninggalkan Tuhan bukanlah solusi.
Nats yang menyapa kita saat ini adalah bagian dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus yang tengah tergoda oleh cobaan untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari ajaran Kristus, seperti penyembahan berhala dan berbagai tindakan amoral. Paulus memandang hal ini adalah bagian dari pencobaan di tengah dinamika kehidupan manusia. Kita harus akui, memang sangatlah berat untuk bertahan dalam berbagai pencobaan, baik dari godaan dunia ataupun tekanan dan berbagai masalah yang datang bertubi-tubi. Namun, Paulus melalui nats ini menaruh sebuah harapan yang membangkitkan harapan setiap orang percaya, yaitu kenyataan bahwa setiap pencobaan yang mungkin terjadi tidak akan melebihi kekuatan manusia. Ia katakan bahwa itu adalah pencobaan-pencobaan yang biasa. Mengapa disebut “biasa”? Biasa yang dimaksud disini adalah “bersifat manusiawi” atau sederhananya semua itu masih di dalam kapasitas kemampuan seorang manusia.
Nah, dalam hal itu lah kita bisa melihat kesetiaan Allah. Ia membolehkan pencobaan dialami oleh manusia, namun tetap tidak akan di luar kemampuan manusia. Allah melihat, Allah tau, dan Allah memperhatikan. Bentuk kesetiaan Allah juga terlihat dari kemurahatiannya untuk menyediakan dan memberikan jalan keluar kepada manusia yang mengalami pencobaan. Artinya, Tuhan tidak akan lepas tangan, dan yakinlah bahwa akan “selalu ada jalan”. Jalan keluar bukan berarti hilangnya pencobaan, tapi bentuknya terlihat dari kekuatan untuk tetap setia dalam pencobaan itu sendiri. Kita menanggung setiap cobaan tidak sendiri, tetapi kita menanggungnya bersama Allah.
Bapak/ibu saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus, ayat ini mengajarkan kita untuk melihat berbagai pencobaan ataupun penderitaan dengan kacamata iman. Paulus melalui nats ini mengajak kita:
- Untuk percaya bahwa tidak ada pencobaan atau masalah yang dibolehkan Allah terjadi di luar kemampuan manusia, karena sebesar apa pun masalah dan cobaan itu tidak akan lebih besar dari Allah itu sendiri;
- Allah mengenal kemampuan kita bahkan lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri.
- Jalan keluar bukan berarti jalan pintas. Itu bisa berarti bahwa kita bisa berproses untuk lebih kuat dan teguh dalam iman untuk bertahan dan melewati setiap cobaan dan masalah.
Marilah kita semakin mengimani bahwa Allah tetap menyertai kita dalam suka dan duka kita, Ia bahkan ikut menanggung beban kita, Ia akan tetap setia memberikan jalan keluar sekalipun kita merasa tak ada lagi jalan. Sekalipun dunia ingin menjatuhkan kita, Ia tidak akan membiarkan kita jatuh. Kesetiaan Allah adalah jaminan bahwa pencobaan tak pernah melebihi kemampuan kita. Amin.
Doa Penutup: Marilah kita berdoa. Kami bersyukur ya Tuhan Allah kami untuk kesempatan yang begitu berharga yang engkau berikan kepada kami. Saat ini kami boleh dan telah bersekutu bersama untuk mendengarkan firmanMu. Tolong kami untuk semakin mengimani bahwa tidak ada pencobaan dan masalah yang Engkau bolehkan terjadi di luar kemampuan kami. Kami yakin Tuhan bersama dengan kami baik dalam suka, duka dan setiap dinamika kehidupan kami. Biarlah rohMu ya Tuhan menguatkan kami untuk tetap berdiri dengan teguh di dalam iman kami kepadaMu. Biarlah hidup kami ya Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang, lewat pekerjaan, pelayanan dan seluruh cara hidup kami. Tuhan ajari dan kuatkan kami untuk hidup sesuai dengan kehendakMu. Inilah doa dan permohonan kami, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Pdt. Frans M. Sormin, S.Th – Pendeta Fungsional di Departemen Koinonia HKBP
Renungan Harian HKBP | Selasa 8 Juli 2025
Doa Pembuka: Bapa kami yang di Surga, terpujilah Engkau yang telah memelihara kehidupan kami hingga saat ini. Terimakasih atas setiap berkat dan karunia yang senantiasa Engkau limpahkan kepada kami. Tuntun serta bimbinglah hati dan pikiran kami supaya Firman-Mu yang hendak kami renungkan juga akan kami hidupi. Biarlah Roh-Mu yang kudus senantiasa berdiam dalam hidup kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Imamat 19: 13
“Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.”
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Kita Yesus Kristus. Saat membaca nats renungan kita hari ini, hal pertama yang terbersit dalam benak kita mungkis sama, yaitu: hidup kudus dan selalu berbuat baik. Berbuat baik dalam hal ini lebih spesifik lagi, yaitu: tidak mengambil hak orang lain dan bahkan mudah memberi. Memang, jika kita baca keseluruhan perikop dari Imamat 19 ini, kita diajarkan untuk hidup kudus, karena Tuhan Allah kita adalah kudus. Seluruh bagian dari kehidupan kita diajak dan diajarkan agar terjaga tetap kudus. Baik hubungan kepada Allah itu sendiri maupun hubungan sesama manusia, haruslah tetap terjaga kekudusannya.
Namun, ditengah-tengah zaman yang semakin tidak terkendali saat ini. Masa dimana hidup manusia itu terlihat saling tidak peduli, jauh dari rasa empati dan simpati. Hal yang begitu sering terjadi saat ini adalah, rasa sakit hati dan seakan makan hati saat berbuat baik kepada orang yang tidak tahu diri. Keadaan ini tidak dipungkiri lagi, dimana orang yang berhutang lebih kejam dari pada yang memberikan kesempatan berhutang, terlebih itu akan terlihat jelas saat terjadi penagihan janji. Hal ini sering sekali terjadi, dan tak jarang mereka yang berhutang memakai kalimat seperti pada nats ini untuk membela diri. Padahal pada kenyataannya jelas-jelas salah dan tidak tahu diri.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Keadaan zaman yang begitu tak menentu tersebut, harusnya tidaklah membuat upaya pengudusan diri kita luntur. Sebenarnya, kata “Kuduslah kamu” pada perikop ini (19:2) dalam bahasa Ibrani bukanlah sebuah kalimat perintah melainkan sebuah kalimat pernyataan. Maka harus ditafsirkan demikian: Tuhan, Allah umat Israel, itu kudus. Oleh karena Allah itu kudus, maka umat-Nya juga akan menjadi kudus, atau lebih tepatnya, umat disertai oleh Tuhan untuk berproses menjadi kudus. Proses menjadi kudus ini bukanlah usaha manusia sendiri, melainkan anugerah Tuhan. Proses ini merupakan sebuah proses “pembaruan budi” seperti yang diberitakan Paulus di Roma 12:1-2.
Kita diajak agar tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Jika dunia ini dan seluruh ketidakbaikannya sudah kita saksikan bahkan rasakan. Janganlah kiranya kita menjadi salah satu dari antara semuanya itu. Jika, hati dan perasaan kita terlanjur pernah terluka akibat ketidakbaikan dunia ini. Jadikanlah itu pelajaran untuk mengenal mana yang sepantasnya menerima kebaikan dan kekudusan itu. Agar kita semakin bijak dalam membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Oleh karena itu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Kita Yesus Kristus. Oleh anugerah Tuhan, kita telah diselamatkan dari hukuman dosa. Atas anugerah-Nya pula, kita disertai dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat hidup kudus. Jadilah pribadi yang lebih baik lagi, yang tidak mengambil atau menahan hak orang lain. Menjadi pribadi yang lebih bijak sana dalam menjalankan kehendak Allah ditengah dunia yang tidak menentu. Amin.
Doa Penutup: Terima kasih Bapa atas firman Mu yang telah meneguhkan hati dan iman percaya kami pada-Mu. Tuntunlah kami agar senantiasa berserah pada kehendak-Mu saja. Bimbing kami, kiranya hidup kami mampu menjadi kudus sama seperti Bapa yang Kudus. Kiranya kami mampu untuk tidak menjadi sama seperti dunia ini. Kiranya Roh Kudus-Mu yang berdiam dalam hidup kami, agar kami tetap setia pada terang Kasih-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Pdt. Filemon F Sigalingging – Staff Kantor Ephorus HKBP
Renungan Harian HKBP | 7 Juli 2025
Doa Pembuka: Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Baik, kami berterima kasih untuk setiap waktu dan masa yang Engkau berikan kepada kami. Kami juga mengucap syukur untuk penyertaan-Mu di dalamnya. Jika sebentar kami akan membaca dan merenungkan firman-Mu, mampukankanlah kami untuk memahami, menghayati, dan melakukannya secara nyata dalam keseharian hidup yang penuh pergumulan dan perjuangan. Di dalam nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
Ibrani 1:1-2
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
Selamat Mewariskan Iman
Ibu, bapak, saudari/a yang terkasih, kitab lbrani adalah sebuah khotbah yang menjelaskan iman Kristen dalam tradisi bangsa Yahudi. Di dalamnya kita melihat dua hal penting, Pertama, iman Kristen berasal dari pemahaman dan tradisi Yahudi, namun memiliki perbedaan bahkan mengkritisi pemikiran dan tradisi Yahudi itu sendiri. Singkatnya, iman Kristen adalah iman yang lahir dari sebuah pemikiran dan kebiasaan, namun mampu mengkritisi pemikiran dan kebiasaan itu sendiri agar terus diperbarui sesuai dengan kehendak Allah. Kedua, pemikiran dan tradisi keristenan tersebut perlu “diserahkan”, “diwariskan, atau “diteruskan” kepada setiap generasi orang percaya sesuai dengan konteksnya agar menjadi relevan dan mengena.
Iman Kristen yang diwariskan melalui pengalaman dan nilai masa lalu turut membentuk iman dan hidup di dalamnya bagi kita pada masa kini. Karenanya, iman Kristen perlu menghargai masa lalu, namun tidak menganggapnya sebagai kebenaran yang mutlak. Singkatnya, iman yang dimiliki pada masa kini adalah iman yang senantiasa hidup dan diwariskan dari orang-orang percaya pada masa lalu. Kitab Ibrani mengajak kita untuk mampu mendialogkan iman masa lalu dan masa kini bagi perubahan dan pembaruan hidup.
Ayat bacaan bagi kita pada hari ini hendak menunjukkan karya Allah yang telah terjadi di masa lalu dalam perantaraan para nabi, kini hadir dalam karya Allah itu sendiri dengan perantaran Yesus Kristus, Sang Anak, Yang adalah Allah itu sendiri. Ia telah ada dan berkuasa sejak awal. Dalam setiap tradisi orang-orang percaya kita perlu menghadirkan karya Allah agar dapat terus diperbarui untuk menjadikan hidup kita lebih baik lagi.
Di dalam keseharian hidup, sebagai orang Kristen kita perlu mengajarkan tradisi iman mewaris kepada generasi penerus agar iman Kristen semakin mengakar dan bertumbuh, terlebih di dalam pelbagai tantangan dan pergumulan hidup kita yang kadang begitu berat dan menyakitkan. Selamat meneruskan, memelihara, dan mewariskan iman percaya kita. Amin.
Doa Penutup: Allah Yang Maha Baik, kami mengucap syukur karena penyertaan, pertolongan, kasih karunia, dan damai sejahtera-Mu yang telah ada sejak awal, masa kini, dan masa depan kami. Engkau begitu setia mengasihi, menuntun, menopang, dan menyertai kehidupan kami dalam segala masa yang terjadi. Karenanya, ya Tuhan, jadikanlah kami kuat dan mampu diperbarui menjadi manusia baru, sesuai dengan kehendak-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
Pdt. Franciska Marcia J. Silaen– Pendeta Fungsional Biro Sekolah Minggu HKBP
Evangelium Renungan Harian HKBP, Minggu III Setelah Trinitatis 6 Juli 2025
MENJADI CIPTAAN BARU
(Ev. GALATIA 6 : 11 – 18)
Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.
“PERINGATAN DAN SALAM.”
[11] Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.
[12] Mereka yang secara lahiriah suka menonjolkan diri, merekalah yang berusaha memaksa kamu untuk bersunat, hanya dengan maksud, supaya mereka tidak dianiaya karena salib Kristus.
[13] Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki, supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah.
[14] Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.
[15] Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.
[16] Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.
[17] Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus.
[18] Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin.
Latarbelakang anggota jemaat di Galatia tentu beranekaragam atau majemuk, berasal dari berbagai macam suku dan bangsa. Karena jemaat Kristen itu berdiri di Galatia, tentulah sebagian anggota jemaat di sana adalah orang-orang Galatia. Sebagian lagi dari latarbelakang Yahudi; yang dulunya, sebelum menjadi Kristen, merupakan penganut Agama Yahudi; dan mungkin juga dari latarbelakang bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, anggota jemaat di sana terdiri dari orang Yahudi dan bukan Yahudi (non Yahudi). Orang Yahudi sering menyebut yang bukan Yahudi sebagai orang kafir, orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau orang berdosa. Boleh dikatakan jemaat di sana beranekaragam latarbelakang suku dan bangsa.
Demikian juga dengan anggota jemaat gereja HKBP! Walaupun ada orang lain yang menyebut gereja HKBP sebagai gereja suku, gereja yang dikhususkan bagi suku Batak Toba; namun dalam kenyataannya anggota jemaat HKBP terdiri dari berbagai macam suku, bahkan bangsa. Anggota jemaat HKBP bukan hanya suku Batak Toba seperti yang dialamatkan orang lain kepada gereja HKBP. Bahkan, bukan hanya dari suku-suku Batak lain yang ada di wilayah Sumatera Utara, seperti: Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak Pakpak dan Batak Karo. Tetapi ada juga dari suku-suku lain, bahkan dari bangsa lain. Waktu saya masih melayani sebagai Pendeta Jemaat, anggota jemaat yang saya layani dari Suku Jawa, Toraja, Manado. Pernah ada anggota jemaat yang saya layani berlatarbelakang bangsa Belanda yang menikah dengan orang Batak (perempuan Batak). Jadi, sebenarnya anggota jemaat HKBP itu terdiri dari berbagai macam latarbelakang yang berbeda-beda.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…! Kelompok Yahudi yang ada di jemaat Galatia sepertinya lebih dominan; yang dulunya adalah penganut Agama Yahudi yang kemudian pindah agama menjadi Kristen atau pengikut Kristus. Mereka masih tetap percaya bahwa janji-janji Allah dan anugerah-Nya hanya dikhususkan bagi kaum Yahudi dan tidak ada orang bukan Yahudi yang dibenarkan untuk menerima hak Istimewa tersebut. Mereka percaya bahwa ke-Kristenan hanya bagi kaum Yahudi. Solusi atau jalan keluar bagi non Yahudi agar menerima hak istimewa, maka mereka harus lebih dahulu diyahudikan. Tidak lain, harus terlebih dahulu menjalani sunat dan mematuhi seluruh Hukum Taurat. Menurut konsep keyahudian, keselamatan manusia sepenuhnya terletak pada kemampuannya menjalankan Hukum atau Aturan. Dalam hal ini, tidak cukup hanya percaya kepada Kristus, tetapi juga harus melakukan ketentuan Hukum Taurat. Kalau kita perhatikan ayat 12, sebenarnya orang Yahudi memaksakan ketentuan sunat dan Hukum Taurat kepada anggota jemaat bukan Yahudi, karena mereka takut dianiaya. Karena pada waktu itu, orang Kristen sedang mengalami penolakan dan penganiayaan di tengah-tengah masyarakat, yang disebabkan imannya kepada Yesus Kristus. Karena pada waktu itu agama Kristen adalah agama yang baru muncul.
Sementara menurut Paulus, keselamatan adalah anugerah Allah (pemberian Allah, Sola Gratia). Yang diperbuat manusia hanya menyambut atau menerima kasih Allah itu di dalam iman dan berserah penuh kepada rahmat-Nya. Pendek kata, orang Kristen dari Yahudi mewajibkan pelaksanaan sunat dan mematuhi Hukum Taurat bagi non Yahudi, agar mereka berhak menerima keselamatan. Bagi Paulus yang terpenting bukan apa yang dapat manusia perbuat bagi Allah, melainkan apa yang Allah telah perbuat bagi manusia. Disunat atau tidak disunat tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah perbuatan hidup sehari-hari, sebagai buah dari iman kepada Kristus. Hal itu sebagai wujud nyata bahwa seseorang telah menjadi ciptaan baru. Dalam arti, kualitas iman seseorangt tidak hanya ditentukan pada ketaatannya menjalankan ritual dan seremonial keagamaan atau upacara-upacara keagamaan. Kesalehan seorang Kristen tidak hanya ditentukan kerajinannya mengikuti ibadah atau kebaktian. Kesalehan seseorang tidak ditentukan oleh penampilan luarnya. Barangkali ada orang yang rajin beribadah ke gereja, dengan maksud mendapat pengakuan sebagai orang yang lebih saleh atau lebih baik dari orang lain; atau supaya mendapat pujian, sanjungan dari orang lain.
Praktek keagamaan seperti ini yang sering dilakukan orang Yahudi, sehingga sering mendapat kritikan atau penentangan dari Tuhan Yesus. Salah satu contoh, apa yang dikatakan Tuhan Yesus di Injil Matius 6:5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang manafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
Penekanan dari perikop ini, tidak ada gunanya tampak rohani dari luar, tetapi perilaku dan cara hidupnya jauh dari Tuhan. Yang terpenting bagaimana menerapkan iman dalam perilaku, perbuatan dan cara hidup kita sehari-hari. Iman kepada Kristus harus mewujud dalam perbuatan hidup sehari-hari, sebagaimana dikatakan dalam Yakobus 2:17 “Demikian juga hanya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Saudara-saudara,…sebagaimana topik Minggu hari ini: “Menjadi Ciptaan Baru.” Sebagai seorang Kristen, bagaimana kita mewujudkan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari? Sebagai seorang Kristen, sebagai orang yang mengenal Tuhan, kita hendaknya taat kepada Firman Tuhan, mengasihi Tuhan dan melakukan perintahNya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk berkat-Mu hari ini, yang boleh kami terima dan rasakan. Terimakasih untuk kesehatan, nafas kehidupan, yang senantiasa Tuhan anugerahkan dalam hidup kami. Kami bersyukur untuk Firman-Mu yang telah kami dengarkan. Kiranya Tuhan memeteraikannya di dalam hati kami, dan kiranya Tuhan memberikan kepada kami kekuatan untuk melakukan firman-Mu dalam kehidupan kami sehari-hari. Dalam nama AnakMu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
[Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th – Bendahara Umum HKBP]
Epistel Renungan Harian HKBP, Minggu III Setelah Trinitatis 6 Juli 2025
MENJADI CIPTAAN BARU
(Ep. YESAYA 66 : 10 – 14)
[10] Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!
[11] Supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas.
[12] Sebab beginilah firman Tuhan: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.
[13] Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.
[14] Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan Tuhan akan nyata kepada hamba-hamba-Nya dan amarah-Nya kepada muruh-muruh-Nya
Sebagaimana kita ketahui, kitab Yesaya dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu: Proto Yesaya – Yesaya Pertama (pasal 1 – 39), yaitu masa sebelum pembuangan; Deutro Yesaya – Yesaya Kedua (pasal 40 – 55), yaitu masa pembuangan (Babel); dan Trito Yesaya – Yesaya Ketiga (pasal 56 – 66), yaitu masa sesudah pembuangan. Berdasarkan pembagian tersebut, nas epistel ini (Yesaya 66:10-14) masuk ke bagian yang ketiga, yaitu Trito Yesaya, yaitu masa sesudah pembuangan. Sesudah terbuang ke Babel dan berada di sana selama 70 tahun, hidup mereka penuh dengan penderitaan karena mereka mengalami perbudakan. Sebagai bangsa yang diperbudak, tentu bangsa Israel tidak memiliki wibawa dan harga diri.
Bangsa Israel terbuang ke Babel adalah akibat dosa yang mereka perbuat, sehingga pembuangan Babel merupakan hukuman Tuhan kepada mereka. Namun Tuhan tidak tetap di dalam amarahNya. Pembuangan Babel hanya berlangsung 70 tahun, sesudah itu Israel kembali ke negerinya. Tentu peristiwa tersebut adalah sukacita dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Kini mereka bebas dari pembuangan, mereka kembali memiliki wibawa dan harga diri sebagai umat pilihan Tuhan.
Sesudah umat Israel kembali ke Babel, ternyata berbeda harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi. Ketika dalam perjalanan pulang ke Israel mereka mengharapkan akan ada kondisi hidup yang lebih baik, karena mereka sudah bebas dari perbudakan. Tetapi kenyataan yang mereka hadapi tidak demikian. Sesudah bangsa itu tiba di Israel, mereka menemukan kenyataan bahwa bangunan di kota-kota mereka telah hancur, tinggal puing-puing, termasuk Bait Suci yang ada di kota Yerusalem. Pada hal ketika berada di Babel, siang dan malam mereka merindukan dapat beribadah di Bait Suci yang ada di Yerusalem. Lahan-lahan pertanian mereka juga dalam keadaan terlantar karena tidak ada yang mengerjakan dan mengolahnya selama masa pembuangan Babel. Bangunan-bangunan mereka hancur disebabkan penghancuran oleh Babel di waktu yang lalu ketika mereka memasuki negeri Israel dan membawa Sebagian orang Israel sebagai buangan ke Babel. Melihat kenyataan tersebut ada yang bersedih hati, bermuram durja, bahkan ada yang stress, frustasi, hingga ada yang bunuh diri. Mereka merasa tidak ada harapan akan masa depan yang lebih baik.
Dalam situasi dan kondisi demikian, Firman Tuhan kepada mereka: “Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!” (ayat 10). Artinya, umat Israel akan menerima dan merasakan berkat dan rahmat Tuhan. Hal itu sudah dikumandangkan pada pasal 61:1-11. Dalam hal ini akan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik; penghiburan bagi orang yang berkabung, mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian mengganti semangat yang pudar (61:2-3).
Perubahan hidup ke arah yang lebih baik hanya bisa terjadi bila mereka dekat dengan Tuhan, bila mereka dalam persekutuan dengan Tuhan. Tentu hal ini pun dapat terjadi dalam kehidupan umat Tuhan pada masa kini. Maka dari itu, seberat apa pun kesulitan dan pergumulan yang kita hadapi, hendaknya jangan membuat kita putus asa dan tertekan, jangan membuat kita jauh dari Tuhan. Bahkan dikatakan, umat Israel akan menerima dan merasakan berkat-berkat Tuhan, yang dapat membuat mereka bersukacita dan berbahagia. Seperti halnya seorang bayi yang menikmati air susu dari ibu yang melahirkannya, akan membuat bayi tersebut merasa aman dan senang (ayat 11). Bahkan akan melimpah dengan berkat Tuhan, sehingga diibaratkan seperti sungai yang membanjir (ayat 12).
Sekaligus nas ini merupakan nubuatan akan kehidupan setelah kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya (Eskatologis), di mana aka nada sukacita di tengah-tengah umat manusia yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Itulah yang disebut dengan Yerusalem Yang Baru, di mana di sana akan ada sukacita dan kebahagiaan. Itulah sebenarnya tujuan dan masa depan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Tentu itu menjadi pengharapan kita bersama. Bagaimana supaya kita bisa sampai ke sana? Hanya karena kasih karunia (anugerah) Tuhan kepada kita, juga karena iman kita kepada Tuhan, yaitu iman yang berbuah dan bertumbuh dalam hidup sehari-hari. Iman yang terwujud dalam perbuatan; menjadi berkat bagi sesama, mewujudkan damai di tengah-tengah hidup persekutuan, dan berusaha hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Amin.
[Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP]
Renungan Harian HKBP | Rabu, 2 Juli 2025
Selamat pagi Bapak, Ibu dan Saudara-saudara yang kami kasihi di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Semoga di pagi hari ini kita dalam keadaan sehat dan penuh sukacita. Saudara-saudara sebelum kita kembali melakukan pekerjaan kita sepanjang hari ini, terlebih dahulu kita akan merenungkan Firman Tuhan yang menjadi kekuatan bagi kita, untuk itu mari kita berdoa dalam hati kita masing-masing.
Doa Pembuka: Kami memuji dan memuliakan namaMu ya Tuhan Allah Bapa kami didalam nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus. Di pagi hari ini kami bersyukur kepadaMu atas berkatMu kami boleh melewati malam hari dan kini Engkau bangunkan kami dalam keadaan sehat. Ya Tuhan kami selalu rindu akan kebenaran FirmanMu, untuk itu kami telah membuka hati dan pikiran kami agar FirmanMu dapat kami mengerti dan akan kami lakukan dalam kehidupan kami setiap hari. Terimalah doa dan permohonan kami, hanya didalam nama Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur kepadaMu. Amin
1 Korintus 11 : 11 – 12
“Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan, dan segala sesuatu berasal dari Allah”
Bapak, ibu dan saudara-saudara, perbedaan status sering menimbulkan pertengkaran hingga akhirnya muncul keretakan dan ketidak harmonisan, sebab dalam perbedaan tersebut, iri hati dan saling menyalahkan akan membuat perpecahan. Pada hal, perbedaan itu indah jika dipakai untuk saling melengkapi agar menjadi satu kesatuan yang utuh.
Perbedaan pendapat yang demikian, pada saat itu terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus. Mereka terdiri dari orang Yahudi dan Yunani. Diantara mereka muncul perbedaan pendapat mengenai hal penutup kepala perempuan saat beribadah. Yahudi mewajibkan seorang perempuan memakai penutup kepala, sementara dari golongan Yunani berpikiran sebaliknya, sehingga muncullah perbedaan yang mengakibatkan keretakan gereja. Oleh karena itu, rasul Paulus menekankan pentingnya setiap anggota supaya menjalankan kewajibannya masing-masing dan saling memahami bahwa tidak ada perbedaan antara lakilaki dan perempuan, mereka adalah sama-sama ciptaan Tuhan. Paulus meminta agar jemaat saling menghormati, mengasihi dan menghargai, sehingga gereja akan kembali bersatu.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, perselisihan dan perpecahan sering terjadi hingga saat kita sekarang ini, perselisihan tersebut mungkin diakibatkan oleh perbedaan latarbelakang budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Firman Tuhan pada hari ini mengingatkan kita supaya menerima berbagai perbedaan dan marilah memahami bahwa perbedaan itu merupakan cara Tuhan untuk memperkaya kehidupan kita. Secara khusus sebagai warga jemaat hendaknya kita tetap mampu menjaga kesatuan gereja dengan saling mengasihi dan menghormati segala perbedaan yang ada, dan kita harus saling menerima sembari menyadari bahwa Tuhan memberikan karunia yang berlain-lainan yang dianugerahkan kepada kita. Juga kita harus mengingat bahwa kita adalah anggota tubuh Kristus, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus, tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain, (Roma 12 : 5). Untuk itu, marilah bersama-sama untuk menjaga kesatuan dimanapun kita hidup dan bekerja bersama sesama kita umat ciptaan Tuhan, teristimewa di dalam tubuh Kristus yaitu di gerejaNya yang kudus. Amin.
Doa Penutup: Terima kasih ya Tuhan Allah Bapa kami atas FirmanMu yang telah kami dengarkan di pagi hari ini. Oleh FirmanMu kami diingatkan supaya saling menerima untuk dapat memelihara kesatuan sebagai anggota tubuh Kristus. Ya Tuhan, kami menyadari betapa seringnya kami terpecah belah karena memahami perbedaan adalah persaingan yang amat ketat yang menimbulkan berbagai pertikaian dan perselisihan, yang terjadi tidak hanya di dalam kemasyarakatan, tetapi juga terjadi di gerejaMu. Tolong Tuhan sadarkan kami melalui firmanMu di pagi hari ini, agar kami kembali memakai perbedaan menjadi kekayaan yang amat berarti dalam merajuk kembali persatuan dan kesatuan sebagai sesama anggota Tubuh Kristus. Kiranya Tuhanlah yang selalu memampukan kami untuk melalukan FirmanMu melalui pertolongan RohMu yang Kudus, sehingga dalam setiap langkah kehidupan kami, kami akan menjadikan firmanMu sebagai pedoman dalam kehidupan kami. Ya Tuhan, untuk satu hari ini dimana kami akan melanjutkan pekerjaan kami, kiranya Tuhan selalu menolong kami dan memberi kesehatan kepada kami, dan jagailah kami! Tuhan kiranya memberikan berkat yang melimpah dalam kehidupan kami masing-masing. Hapuskanlah segala dosa kami, hanya didalam nama Yesus Kristus Tuhan, kami berdoa dan mengucap syukur kepadaMu. Amin. Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, Kasih setia dari Allah Bapa, dan Persekutuan dari Roh Kudus, itulah kiranya yang menyertaimu, hari ini sampai selama-lamanya! Amin.
Renungan Harian HKBP | Epistel | Minggu, 29 Juni 2025
SETIA MENGIKUTI & MELAYANI TUHAN
1 TESALONIKA 3 : 1 – 13
“KABAR BAIK YANG DIBAWA OLEH TIMOTIUS.”
[1] Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena.
[2] Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu,
[3] supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.
[4] Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.
[5] Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.
[6] Tetapi sekarang, setelah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin berjumpa dengan kamu,
[7] maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.
[8] Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan.
[9] Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita?
[10] Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.
[11] Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.
[12] Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
[13] Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.
Di tengah kehidupan persekutuan orang Kristen adalah hal yang patut untuk saling mendukung, menguatkan dan menghibur kepada saudara seiman yang sedang menghadapi kesulitan, pergumulan, penderitaan, termasuk dukacita. Itu sebabnya, kalau ada saudara dalam persekutuan di gereja yang sakit, maka dilakukan perkunjungan, baik oleh pelayan (parhalado) dan anggota jemaat yang lain, dengan maksud mendoakan, menguatkan, menyemangati, agar kiranya dapat sembuh dari penyakit yang dialaminya. Demikian juga pada saat ada anggota jemaat yang meninggal dunia, pihak gereja melakukan acara penghiburan (mangapuli) kepada keluarga yang ditinggalkan (keluarga yang berdukacita). Hal ini tidak hanya dilakukan oleh pihak gereja, tetapi juga punguan parsahutaon (STM = Serikat Tolong Menolong), punguan marga, termasuk persekutuan karena satu kantor atau satu tempat kerja. Hal seperti ini dilakukan sebagai bentuk kasih kita kepada sesama seiman, seperti yang dikatakan Rasul Paulus di Galatia 6:10, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…! Hal itu yang dilakukan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Paulus mengetahui bahwa jemaat tersebut sedang menghadapi pergumulan dan kesusahan, disebabkan iman mereka kepada Kristus. Pada waktu itu, pengikut Kristus menghadapi penghambatan dan penganiayaan dari orang-orang yang tidak menghendaki kehadiran Injil Kristus di tengah-tengah dunia ini. Paulus merasa sangat perlu mengetahui keadaan mereka, apakah ada di antara mereka yang menjadi goyang imannya karena kesusahan tersebut (ayat 3). Karena kasihnya kepada jemaat Tesalonika, Rasul Paulus selalu memikirkan keadaan mereka. Karena Paulus belum dapat pergi ke sana untuk mengunjungi dan melihat keadaan mereka, maka ia mengutus Timotius untuk menguatkan iman anggota jemaat yang sedang menghadapi kesusahan (ayat 1-2). Kesusahan lain dari Iblis, yang kapan saja dan di mana saja dapat menggoda dan mengganggu iman anggota jemaat (ayat 5; bnd: 1 Pet.5:8).
Sebagai pengikut Kristus, ada hal yang perlu kita pahami dengan baik, apabila terjadi kesusahan yang disebabkan iman kepada Yesus Kristus. Pertama, Kesusahan tidak boleh kita pahami sebagai hukuman Allah atas kita, melainkan cara Tuhan untuk menguji kadar iman kita kepadaNya, menguji kadar kesetiaan kita kepada Tuhan, sekaligus untuk semakin mendewasakan iman kita kepada Tuhan. Apakah kita setia hanya pada saat hidup ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang kita kehendaki; atau kah kita juga tetap setia kepada Tuhan meskipun sedang menghadapi kesusahan hidup? Kedua, Kesusahan bukan hal yang asing dalam kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan. Setiap orang di dunia ini pasti menghadapi kesusahan atau kesulitan. Tidak ada satu manusia pun yang terhindar dari kesusahan atau kesulitan hidup. Apalagi bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus; karena iman kepada Yesus Kristus, kita akan menghadapi kesulitan, kesusahan, kita akan memikul salib. Sejak awal hal itu sudah disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya dan kepada orang-orang yang mengikutiNya. Di Injil Lukas 9:23 Yesus katakan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Karena mengikut Kristus kita harus memikul salib. Hal tersebut merupakan konsekuensi atau akibat dari mengikut Kristus. Demikian juga di Injil Markus 13:13, Yesus juga mengatakan: “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu. Tetapi orang yang bertahan sampai kesudahannya ia akan selamat.” Dalam hal ini, kesusahan dan penderitaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang beriman. Itu berarti, kesusahan atau penderitaan adalah realitas/kenyataan yang tidak terpisahkan dari hidup orang Kristen.
Apa yang dilakukan Rasul Paulus dalam perikop ini, mengutus Timotius ke Tesalonika adalah sebagai bentuk kasih, perhatian dan pertolongan kepada jemaat di sana. Apalagi jemaat di Tesalonika sedang menghadapi kesusahan karena iman mereka kepada Kristus, mereka harus ditopang dan ditolong, agar jangan sampai goyang imannya. Hal demikian yang seharusnya dilakukan orang beriman, saling menopang, saling mendoakan dalam setiap pergumulan dan kesusahan yang dihadapi. Hidup yang dipenuhi kasih Yesus akan menjadikan kita saluran berkat bagi sesama yang sedang menghadapi pergumulan dan kesusahan. “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal.6:2). Setelah Timotius kembali kepada Paulus, ia merasa sangat senang mendengar berita jemaat Tesalonika, mereka tetap teguh dalam iman di tengah-tengah kesusahan yang mereka hadapi (ayat 6). Yang menambah sukacita Rasul Paulus, jemaat di Tesalonika juga memiliki kerinduan untuk bertemu dengannya (ayat 6).
Rasul Paulus selalu mendoakan jemaat di Tesalonika, agar mereka tetap bertahan dalam kesusahan yang terjadi dan berkelimpahan dalam kasih di tengah hidup persekutuan mereka (ayat 10-12); tetap hidup seturut dengan kehendak Tuhan, hidup tidak bercacat dan hidup di dalam kekudusan (ayat 13). Doa adalah kekuatan bagi orang percaya untuk dapat meraih kemenangan pada saat menghadapi kesusahan hidup dan godaan Iblis. Untuk itu, kita perlu senantiasa hidup di dalam doa dan saling mendoakan (bnd: Mrk.14:38). Orang percaya yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan akan mengalami kemenangan pada saat menghadapi kesusahan dan godaan Iblis. Amin.
Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP
Renungan Harian HKBP | Evangelium | Minggu, 29 Juni 2025
Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.
SETIA MENGIKUTI & MELAYANI TUHAN
1 RAJA-RAJA 19 : 15 – 21
[15] Firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram.
[16] Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.
[17] Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.
[18] Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.”
[19] Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya.
[20] Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: “Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.” Jawabnya kepadanya: “Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.”
[21] Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.
Seorang Nabi di tengah-tengah bangsa Israel, dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, tidak lepas dari tantangan dan pergumulan. Kita tahu, tugas Nabi dalam Perjanjian Lama, adalah: memberitakan Firman Tuhan, menyampaikan pesan Tuhan, memberi peringatan atau teguran bila umat Israel jatuh ke dalam dosa dan menyerukan kepada mereka agar segera bertobat, termasuk memberitahukan hukuman Tuhan atas dosa yang mereka perbuat. Terkadang bangsa Israel tidak berkenan diingatkan akan dosa dan kejahatan yang mereka perbuat, sehingga memberi perlawanan kepada Nabi Allah. Demikianlah yang dialami Nabi Elia dalam nas khotbah hari ini. Hamba Tuhan atau pelayan Tuhan di masa kini pun hidupnya tidak lepas dari tantangan dan pergumulan karena menunaikan tugas pelayanan. Agar kita dapat memahami nas khotbah ini dengan baik, ada baiknya kita membaca pasal 18 dan pasal 19 dari kitab 1 Raja-raja ini.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Nama Yesus Kristus,…! Elia menghadapi tantangan dan pergumulan dalam menjalankan tugas pelayanannya, yaitu ancaman pembunuhan dari Izebel, hingga ia lari ke gunung Horeb untuk bersembunyi. Elia mengalami tekanan yang sangat berat, putus asa, depresi, hingga ia ingin mati saja. Di ayat 4 dari 1 Raja-raja 19 Elia sampai berkata: “Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku.” Mungkin Elia sangat kecewa kepada umat Israel. Elia sudah mengingatkan mereka agar tidak menyembah kepada ilah lain, yaitu Baal, tetapi umat Israel tidak mau berubah, mereka tidak mau bertobat. Elia merasa pelayanannya tidak berhasil membawa pertobatan umat Israel.
Hal lain yang membuat Elia tertekan, mungkin ia sangat lelah atau letih, karena ia seorang diri saja melawan nabi-nabi Baal (sebagaimana dikisahkan di pasal 18:20-46). Hal itu dengan jelas tertulis di 1 Raja-raja 18:40 dikatakan, Kata Elia kepada mereka: “Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka tidak boleh luput.” Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana. Seorang diri melawan 450 nabi Baal tentu sangat menguras tenaga. Bukan hanya itu, juga menguras pikiran dan emosi. Tentu hal itu pun membuat Elia tertekan.
Satu hal yang dapat kita perhatikan melalui nas khotbah ini, Elia tetap setia menjalankan tugas pelayanannya sesuai dengan perintah Tuhan, walaupun harus menghadapi tantangan dan pergumulan. Bahkan, Elia masih mengurapi Elisa menjadi Nabi atas suruhan Allah, untuk menjadi pembantunya dan juga menjadi penggantinya di kemudian hari. Sebelum sepenuhnya Elisa mengikuti Elia, terlebih dahulu ia memohon agar diijinkan lebih dahulu melihat kedua orangtuanya, ayah dan ibunya (ayat 20). Dalam hal ini, Elisa menyadari, tugas sebagai seorang Nabi adalah tugas yang sangat berat dan pasti akan berada jauh dari kedua orangtuanya; karena melayani sebagai seorang Nabi harus fokus melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang hamba Allah. Hal ini pun ditegaskan Tuhan Yesus di Injil Lukas 14:25-35, yang dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LASI) diberi judul: “Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus.” Terutama ayat 26 dari Lukas 14, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…! Melalui nas khotbah hari ini kita dapat merenungkan dua hal, yaitu: Pertama, Setiap hamba Tuhan harus betul-betul menyadari, dalam menjalankan tugas pelayanan tidak lepas dari tantangan dan pergumulan. Untuk itu kita tidak boleh hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri saja; kita harus senantiasa mengandalkan Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanan. Maka dari itu, mintalah pertolongan dan penyertaan Tuhan dalam setiap doa-doamu. Kedua, Tugas kita sebagai hamba Tuhan atau pelayan adalah, menjalankan tugas pelayanan dengan setia. Mengenai hasil atau buah dari pelayanan kita, mari kita serahkan kepada Tuhan. Hamba Tuhan sebaiknya tidak boleh terlalu kecewa, apalagi tertekan, bahkan depresi, bila merasa pelayanannya belum membuahkan hasil yang baik. Itu barangkali yang dimaksudkan Paulus di 1 Korintus 3:6 “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” Mengenai hasil, itu adalah urusan Tuhan. Namun kita harus tetap menyerahkan kepada Tuhan melalui doa-doa kita, supaya Tuhan memberi hasil atau pertumbuhan yang baik dari pelayanan kita. Amin.
Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk berkat-Mu hari ini, yang boleh kami terima dan rasakan. Terimakasih untuk kesehatan, nafas kehidupan, yang senantiasa Tuhan anugerahkan dalam hidup kami. Kami bersyukur untuk Firman-Mu yang telah menyapa kami pada pagi hari ini. Kiranya Tuhan memeteraikannya di dalam hati kami pribadi lepas pribadi, dan kiranya Tuhan memberikan kepada kami kami kemampuan dan kekuatan untuk melakukan firman-Mu dalam kehidupan kami sehari-hari. Dalam nama Putra-Mu Yang Tunggal, Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP
Renungan Lainnya
Renungan Harian HKBP | Rabu 9 Juli 2025
Renungan Harian HKBP | 7 Juli 2025
HKBP Channel
Video Terkait Lainnya

34:11

34:13

49:11

58:01

6:13

12:37

13:35

3:33

15:52

15:10
