HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN
Berita Terkini HKBP



Renungan Harian HKBP
Renungan Terkini
RENUNGAN MARTURIA Selasa, 23 Desember 2025
Doa Pembuka:
Allah Bapa yang kami sembah di dalam Anak-Mu, Tuhan Yesus Kristus. Kami bersyukur atas semua nikmat hidup yang telah Tuhan berikan pada kami. Tuntunlah kami, ya Tuhan, agar terus mensyukuri hidup kami dan senantiasa terhubung pada-Mu. Terlebih, dalam memahami dan menghidupi Firman-Mu. Amin.
Bapak/Ibu yang dikasihi Tuhan, yang menjadi ayat renungan kita hari ini tertulis di dalam Lukas 1 : 69. Beginilah bunyi Firman Tuhan,
“Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu”
Bapak/Ibu yang dikasihi Tuhan, saat ini kita memasuki masa penantian akan kedatangan Mesias yang kedua kalinya. Beberapa hari lagi kita juga akan merayakan peringatan hari kelahiran-Nya, yang biasanya diiringi dengan pesta dan sukacita. Namun pertanyaannya, bagaimana kita bisa bersukacita ketika keadaan di sekitar kita tidak selalu baik? Ada yang merayakan Natal sambil menanggung pilu kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan harta, pergumulan dalam rumah tangga, impian yang belum tercapai, atau tekanan ekonomi yang berat. Di tengah situasi seperti ini, Firman Tuhan mengingatkan bahwa sukacita sejati bukan lahir dari situasi, tetapi dari pengharapan.
Bangsa Yahudi pada masa Zakharia pun hidup dalam tekanan politik Romawi, kondisi ekonomi yang tidak stabil, dan penantian akan pemulihan. Namun di tengah kenyataan itu, Zakharia melalui pujiannya menyatakan bahwa Allah menumbuhkan “tanduk keselamatan bagi kita”. Tanduk keselamatan adalah metafora bahwa Allahlah yang menginisiasi kekuatan dan kemenangan di dalam dan melalui Kristus. Artinya, dalam kesulitan apa pun, Tuhan sanggup memberikan kekuatan untuk bertahan dan menang. Bahkan jauh sebelum Kristus lahir dan menebus dosa dunia, sejak Perjanjian Lama Allah telah setia memelihara umat-Nya, mengingat janji-Nya, dan terus menumbuhkan pengharapan dalam hati umat-Nya. Itulah sebabnya, jika dilihat dari bentuk hymne yang dinyanyikan Zakharia ini, khusus ayat ini adalah sebuah pengakuan iman bahwa di tengah situasi sesulit apapun, Allah sedang bekerja menumbuhkan “tanduk keselamatan”, yaitu kemenangan bagi kita.
Seperti lilin Advent yang kita nyalakan dalam kegelapan, cahayanya memang tidak memusnahkan seluruh gelap. Namun ketika kita memegangnya saat berjalan, terang itu cukup untuk menyinari satu atau dua langkah ke depan, dan langkah-langkah selanjutnya tidak pernah kehilangan sinarnya. Demikian pula pengharapan di dalam Kristus, tidak instan tetapi mampu mengajari kita untuk bertahan dan tetap setia. Karena itu, marilah kita merayakan masa Advent ini dengan pengharapan yang hidup, percaya bahwa Allah sedang dan akan memulihkan keadaan kita di dalam Kristus, Sang Mesias yang kita nantikan. Amin.
Doa Penutup:
Kami memuji Engkau ya Allah yang tidak tinggal diam melihat pergumulan hidup kami. Engkau tetap setia pada janji-Mu untuk terus memulihkan dan menghibur kami dari dulu hingga saat ini, terlebih dalam Anak-Mu, Yesus Kristus yang menyelamatkan kami. Tolong hidupkan terus hati yang penuh pengharapan dalam diri kami, agar kami dengan berani mengakui Tuhan akan memenangkan kami. Amin.
CPdt. Rosmauli Sianipar – LPP I di Biro Hukum HKBP
Renungan Marturia Senin, 22 Desember 2025
Punya-Mulah siang, Punya-Mulah juga malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan matahari.
(Mazmur 74: 16)
Firman Tuhan pada hari ini Adalah sebuah nyanyian ratapan karena Bait Suci yang rusak. Ratapan pemazmur dijelaskan dari ayat 1-11 menyanyikan betapa leluasanya musuh-musuh mencela, betapa bebasnya mereka menindas dan membakar segala tempat pertemuan dengan Allah. Musuh-musuh itu mencela nama Allah. Pemazmur menaikkan pujian dengan penuh harapan, berapa lama lagi ya Allah, Engkau mengingat dan membebaskan kami?
Di Tengan pergumulan dan ratapan itu, pemazmur berharap kepada Tuhan, dengan penuh keyakinan dan harapan mazmur 74: 12-17 menuliskan kebesaran dan keagungan Allah. Ayat pagi hari ini menjelaskan kebesaran dan keagungan Allah atas benda-benda penerang yang Ia ciptakan. Engkau empunya siang juga malam, benda” penerang dan matahari. Saudara/i yang dikasihi Tuhan. Pergumulan, kesulitan dan tantangan kapanpun bisa datang menguji iman dan harapan kita. Baik siang maupun malam, baik saat bekerja atau beristirahat, baik saat tertawa ataupun menangis. Pemazmur tidak sedang menyanyikan nyanyi ratapan tanpa pengharapan. Namun dengan keyakinan teguh, pemazmur menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah dalam setiap aspek kehidupan, dalam setiap perjalanan hidup umatNya.
Di sudut pandang iman lainnya, kita dapat dikuatkan melalui nats hari ini, tentang keberadaan Allah yang terus-menerus menjagai dan melindungi kita. Allah yang selalu setia dengan cinta dan kasihnya. Tidak lekang oleh waktu, zaman, dan keadaan dunia. Allah tetap sama dan setia dengan segala keagungan dan ke Maha-Kuasaannya. Nyanyian Mazmur ini adalah nyanyian penyerahan diri, bahwa sesungguhnya yang membuat kita aman dan nyaman di tengah-tengah pergumulan dunia, hanya bersandar dengan Allah saja. Jauh lebih besar kasih Allah dibandingkan pergumuulan kita saat ini, jauh lebih luas cinta dan kuasa Allah dibandingkan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi saat ini. Serahkan hidupmu pada waktu siang, dan malam, waktu bekerja dan istirahat. Tuhan menyertai kita. Amin
Pdt. Trijoel Manullang – Pendeta Fungsional di Biro Oikumene HKBP
Renungan Evangelium, Minggu 21 Desember 2025
Doa Pembuka.. Damai sejahtera dari Allah Bapa, yang melampaui akal dan pengertianmu, itulah kiranya yang memelihara hati dan pikiranmu. Di dalam Yesus Kristus Tuhan. Amin…
Bapak Ibu , sauadara/i sekalian yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus Firman Tuhan di minggu tanggal 21 Desember 2025, di minggu Adven yang ke-IV diambil dari Lukas 1 : 67-69 Saya akan bacakan, Demikian Firman Tuhan,
67 Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya:
68 “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya,
69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita
di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,
Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih Dalam Nama Tuhan, Pekerjaan Roh Kudus adalah cara Allah menunjukan kehadiranNya dan pendampinganNya dalam kehidupan kita. Roh Kudus menjadi bukti bahwa Allah tidak pernah meninggalkan perjalanan kehidupan kita dan pergi mendampingi hanya yang lain. Tetapi masing-masing dari kita diperlengkapi dan dibimbing oleh Roh Tuhan sebagai penuntun jalan kehidupan kita. Sehingga sebenarnya, tidak ada keputusan atau jalan kehidupan yang kita pilih tanpa diawasi dan diketahun bahkan diarahkan oleh Allah melalui RohNya. Itu semua didalam pengetahua Allah. Pengabaian akan suara Roh Kudus dan tuntunan Roh Kudus yang sering membuat kita tersandung dan kecewa dengan jalan keputusan. Ketika kita mampu mengenali suara dan tuntunan Roh, maka tidak ada kekcewaan yang kita dapatkan. Roh Kudus memberi kita penglihatan rohani dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Kita juga dipanggil untuk hidup dipenuhi Roh, agar mampu melihat rencana Tuhan di tengah situasi sulit dan bersaksi tentang karya-Nya. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita bukan kebetulan, tetapi penggenapan janji-Nya. Saat hidup terasa berat atau penuh tantangan, percayalah bahwa Tuhan selalu hadir untuk menepati janji keselamatan dan pemulihan. Dari ayat ini, kita bisa belajar tentang kuasa Roh Kudus, kesetiaan Tuhan, dan sukacita dalam keselamatan.
Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di Dalam Nama Tuhan, Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, dipenuhi Roh Kudus dan mulai bernubuat. Roh Kudus memberinya penglihatan dan keberanian untuk bersaksi tentang rencana Allah. Ketika kita dipenuhi Roh Kudus, hati kita dibuka untuk melihat rencana Tuhan yang lebih besar daripada yang kita bayangkan. Roh Kudus memberi kita penglihatan, keberanian, dan kata-kata yang tepat untuk menyatakan kebenaran Tuhan dalam hidup kita. Zakharia memuji Tuhan yang datang sebagai Penyelamat dan membebaskan umat-Nya. Tuhan tidak meninggalkan janji-Nya; Dia hadir tepat pada waktu yang tepat. Allah selalu setia pada janji-Nya. Kehadiran-Nya dalam hidup kita bukan kebetulan, tetapi bagian dari rencana keselamatan yang sempurna. Kita dipanggil untuk bersyukur dan memuji Tuhan, bahkan ketika janji-Nya belum terlihat sepenuhnya. Keselamatan datang melalui garis keturunan Daud, yang mengarahkan umat kepada Mesias, Yesus Kristus. Allah menepati janji-Nya dengan memberikan Juruselamat yang nyata. Keselamatan adalah hadiah Tuhan yang nyata dan pasti. Tidak ada yang lebih kuat daripada kuasa Allah untuk menyelamatkan. Kita dipanggil untuk hidup dalam sukacita, pengharapan, dan keyakinan bahwa Allah telah menyediakan jalan keselamatan bagi setiap orang yang percaya.
Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di Dalam Nama Tuhan, Roh Kudus memberi penglihatan dan keberanian untuk bernubuat dan bersaksi, Tuhan setia pada janji-Nya; kehadiran-Nya membawa sukacita dan pembebasan, keselamatan melalui Yesus adalah janji yang nyata dan kuat bagi semua umat manusia. Tuhan menyediakan keselamatan melalui garis keturunan Daud, menunjuk kepada Yesus sebagai Juruselamat yang dijanjikan. Keselamatan bukan teori, melainkan kenyataan yang diberikan Allah melalui Kristus, hidup kita dipanggil untuk bersukacita dalam keselamatan itu dan membagikannya kepada orang lain, sebagai saksi kuasa dan kasih Tuhan. Hidup dipenuhi Roh Kudus membuka mata hati kita, Tuhan setia menepati janji-Nya, keselamatan yang Dia sediakan adalah nyata, kuat, dan untuk selama-lamanya. Mari kita hidup dengan sukacita, memuji Tuhan atas keselamatan yang diberikan melalui Yesus, dan membiarkan Roh Kudus membimbing setiap langkah kita.
Doa Penutup : Terimakasih Ya Tuhan Allah, untuk FirmanMu yang telah kami dengar. Ajari kami untuk selalu bersyukur memiliki Engkau, ajarkan kami bahwa betapa bahagianya kami karena Engkau begitu mengasihi kami. Dengan bimbingan rohMu, kami akan melakukan FirmanMu untuk kemuliaan namaMu. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan selamanya hanya kedalam tangan pengasihanmu. Di dalam Yesus Kristus Kami Berdoa. Amin.
Pdt. Andar P. Sitompul – Biro Ibadah
Renungan Harian Marturia HKBP Sabtu, 20 Desember 2025
Doa pembuka
Ya Tuhan Allah yang Mahakuasa, Mahapengasih, Bapa kami di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kami mengucap syukur dengan segenap hati kami, karena Engkau memelihara hidup kami sampai saat ini. BerkatMu menenteramkan hidup kami untuk merenung sejenak, dan mendengarkan suara-Mu yang penuh kasih. Kiranya melalui renungan ini, Engkau berbicara kepada kami dan membuka mata hati kami untuk melihat kebenaran-Mu. Biarlah setiap kata yang terdengar mengarahkan kami lebih dekat kepada-Mu, dan membawa perubahan dalam hidup kami yang memuliakan nama-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kami, Amin.
Renungan
Mazmur 89 : 9
“Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat,
ya TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu.”
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, Kalau kita perhatikan hidup ini, kita sering menghadapi dua kebutuhan besar: Kita butuh kekuatan yang menjaga kita di masa sulit, dan kita butuh kesetiaan dari seseorang yang tetap ada, walau keadaan berubah. Kita tahu, manusia bisa kuat, tapi tidak selalu setia. Ada juga yang setia, tapi tidak cukup kuat menolong kita. Dan sering kali, kita kecewa karena berharap pada hal atau orang yang tidak bisa memenuhi semua itu.
Mazmur 89 muncul dari situasi yang mirip seperti itu. Bangsa Israel sedang mengalami masa berat. Seakan-akan janji Tuhan kepada mereka jauh dari kenyataan. Mereka menghadapi kekalahan, tekanan, kekecewaan, dan masa depan yang tidak jelas. Namun, di tengah keadaan seperti itu, pemazmur berkata dengan suara penuh kejujuran: “Siapakah seperti Engkau, ya Tuhan?” Bukan karena keadaan sedang baik, tetapi justru karena ia memilih melihat siapa Tuhan itu, bukan hanya apa yang sedang terjadi.
Ia menyebut Tuhan sebagai “Allah semesta alam”, artinya Tuhan menguasai segala sesuatu, jauh lebih besar dari semua kekuatan di dunia ini. Lalu ia berkata, “Engkau kuat.” Ini bukan hanya kuat secara kuasa, tetapi kuat dalam memegang janji-Nya. Dan ia menambahkan, “Kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu.” Kesetiaan Tuhan tidak pernah hilang, tidak berubah, tidak dipengaruhi keadaan yang sedang kita hadapi.
Saudara-saudari, banyak orang Kristen sekarang ini juga bergumul dengan hal-hal yang membuat iman goyah: Kondisi ekonomi yang sulit, tekanan kerja, masalah keluarga, kelelahan yang menumpuk, hubungan yang retak, atau kekhawatiran tentang masa depan. Kadang kita merasa Tuhan jauh, atau seolah-olah Tuhan diam. Tetapi Mazmur 89 mengingatkan kita: Ketika keadaan tidak setia, Tuhan tetap setia; ketika kita lemah, Tuhan tetap kuat; ketika masa depan gelap, karakter Tuhan tetap terang.
Renungan ini menolong kita melihat bahwa iman bukan sekadar percaya Tuhan mampu melakukan sesuatu, tetapi percaya siapa Tuhan itu, bahwa Dia kuat dan Dia setia, dua hal yang kita butuhkan dalam hidup ini. Maka apa yang bisa kita lakukan hari ini? Pertama, kembalilah berharap pada Tuhan. Mungkin keadaan belum berubah, tapi Tuhan tidak berubah. Kedua, serahkan kekhawatiran kita kepada-Nya. Dia lebih besar daripada masalah kita. Ketiga, tetap percaya bahwa Tuhan memegang janji-Nya, meskipun kita belum melihat jawabannya sekarang.
Saudara-saudari, mari kita belajar mengatakan seperti pemazmur: “Siapakah seperti Engkau, ya Tuhan?” Biarlah kita kembali menaruh seluruh hidup kita dalam tangan-Nya, karena hanya Tuhan yang kuat, dan hanya Tuhan yang selalu setia. Amin.
Doa Penutup
Ya Tuhan, Allah semesta alam, kami bersyukur karena Engkau telah mengingatkan kami bahwa Engkau kuat dan kesetiaan-Mu tidak pernah berubah. Di tengah kelemahan dan kegelisahan hidup kami, ajarlah kami untuk kembali bersandar kepada-Mu, percaya pada janji-Mu, dan berjalan dalam terang kasih-Mu. Teguhkanlah hati kami agar tetap setia mengikut Engkau, serta mampukan kami memuliakan nama-Mu dalam setiap langkah hidup kami. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Penebus kami, Amin.
Renungan Marturia HKBP, Kamis 18 Desember 2025
Selamat pagi saudaraku terkasih pendengar renungan aplikasi Marturia HKBP. Sejenak kita akan mendengar Firman Tuhan, mari kita awali di dalam doa.
Doa Pembuka: Allah yang kami sembah di dalam Kristus Yesus, terpujilah Engkau yang setia memberkati kehidupan kami hingga pada pagi hari yang baru ini. Kami akan mendengarkan FirmanMu, kiranya RohMu menolong kami untuk menerima sabdaMu. Di dalam Kristus Yesus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Firman Tuhan terambil dari kitab Mazmur 127:2, demikian dikatakan: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur”.
Saudaraku terkasih di dalam Kristus Yesus, Kitab Mazmur pasal 127 ini ditulis oleh raja Salomo, yang berbicara tentang pentingnya mengimani atau mempercayai Tuhan dalam segala hal, di mana Ia adalah sumber dari segala hikmat dan berkat. Di dalam ayat 2, renungan kita pada pagi ini, Salomo menyebutkan 3 kesia-siaan yaitu bangun pagi-pagi, duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah. Mengapa ketiganya disebut kesia-siaan? Salahkah atau tidak baikkah bangun pagi-pagi? Duduk-duduk atau beristirahat? Dan makan roti? Sesungguhnya tidak ada yang salah atau sia-sia di sana. Melainkan sikap hati yang tidak mempercayai dan tidak mengakui bahwa segala sesuatu bersumber dari Tuhan. Jadi, apa yang diperoleh oleh seseorang dalam kehidupannya, bukan karena kekuatan dan kehebatan dirinya sendiri.
Jika kita bangun pagi-pagi dan bekerja keras, serta memperoleh hasil tetapi tidak mempercayai Tuhan sebagai sumber berkat dan kekuatan, maka semua usaha kita tidak akan membawa hasil yang berarti dan kebahagiaan atau suka cita. Allah sumber segala berkat itu juga bukan tak dapat kita selami bagaimana Ia melimpahkan dan mencurahkan berkat-berkatNya. Di dalam nats renungan pagi ini dikatakan, Tuhan memberikan berkat dan rezeki kepada orang-orang yang dicintaiNya bahkan saat mereka sedang tidur. Artinya, Tuhan tidak hanya memberikan berkatNya ketika kita bekerja keras, tetapi juga ketika kita sedang beristirahat atau dalam situasi yang tidak terduga. Ia mencurahkan berkatNya tidak tergantung kepada usaha dan kekuatan kita sendiri.
Melalui renungan pagi ini, kita kembali diingatkan dan disegarkan bahwa Allah yang kita sembah dan percayai itu adalah sumber dari segala hikmat dan berkat. Dengan ingatan itu, kita akan terhindar dari kesombongan diri bila kita memperoleh berbagai pencapaian dalam kehidupan kita ini. Melainkan kita akan dengan rendah hati mensyukuri dan mengakui bahwa semua yang ada dan yang kita peroleh dalam kehidupan kita berasal dari Tuhan. Sikap iman seperti itulah yang mendatangkan kebahagiaan, sukacita dalam hidup kita. Kiranya kita senantiasa memiliki kerendahan hati, yang mengakui bahwa tanpa Tuhan kita ini bukanlah apa-apa dan bukanlah siapa-siapa. Kita memiliki hidup yang bermakna ketika kita mempercayai bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat, sumber hikmat, dan sumber segala kebenaran serta kebaikan. Amin.
Doa Penutup: Kami sudah mendengarkan kebenaran FirmanMu ya Tuhan, Allah kami, yang mengingatkan kami kembali siapa kami di hadapanMu dan Engkau di dalam kehidupan kami. Kuatkan dan mampukan kami melakukan firmanMu, agar kami senantiasa di dalam kerendahan hati mengimani bahwa Engkau adalah sumber segala berkat di dalam kehidupan kami. Maka, ketika kami bekerja keras, memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memperoleh hasil dari segala upaya dan kerja keras kami, kami tidak menjadi sombong, tinggi hati, bahkan lupa diri, melainkan penuh syukur atas segala limpahan berkatMu. Di dalam Kristus Yesus, kami berdoa.
Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, Pengasihan Allah Bapa, dan Persekutuan dengan Roh Kudus senantiasa menyertai kita. Amin.
Bvr. Risma Sinaga, S.Th., M.Hum- Kepala Biro Kategorial Perempuan HKBP)
Renungan Harian Marturia HKBP, Rabu 17 Desember 2025
Doa Pembuka: Kita berdoa! Allah Bapa kami yang bertahta tinggi dalam kerajaan Surga, terima kasih atas berkat yang Tuhan berikan kepada kami, sebentar kami akan mendengarkan firman Tuhan berkati hati dan pikiran kami. Amin.
Firman Tuhan yang menjadi landasan kita beraktivitas pada hari ini Rabu, 17 Desember 2025 tertulis dari 2 Timotius 1: 8 “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah” Demikian firman Tuhan.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang terkasih dalam Kristus, tidak sedikit orang percaya yang mengatakan dirinya setia kepada Tuhan selama iman itu tidak dituntut dengan harga yang mahal. Selama kekristenan diterima, dihormati, dan tidak menimbulkan risiko, kita mudah menyebut diri pengikut Kristus. Namun pertanyaannya: bagaimana jika iman itu membawa penderitaan, bahkan penolakan, bahkan juga kehilangan? Di titik inilah Rasul Paulus berbicara kepada Timotius. Surat 2 Timotius bukanlah surat yang ditulis dari ruang kerja yang nyaman, bukan dengan cahaya lampu yang cukup, melainkan dari balik jeruji penjara, dari gelapnya ruang dan hanya secerca cahaya lilin yang membantu menerangi ruang penjara tersebut. Paulus menulis sebagai seorang rasul yang ditinggalkan, disalahpahami, dan sedang menunggu ajalnya.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang terkasih ketika bencana datang, banyak hal direnggut dari hidup kita: rumah yang dibangun bertahun-tahun, harta yang dikumpulkan dengan jerih payah, bahkan orang-orang yang kita kasihi semuanya hilang dari hadapan kita. Di saat seperti ini, iman tidak lagi diuji dalam kata-kata, tetapi dalam air mata, keheningan, dan rasa kehilangan yang mendalam. Sekali lagi nas ini ditulis Rasul Paulus disaat dia berada didalam Penjara, sendirian, dan menunggu kematian. Karena itu firman ini sangat mengerti dan memahami bagaimana keadaam hati yang sedang berduka.
Paulus berkata: “Janganlah engkau malu.” Kalimat ini kita dengar sebagai undangan Allah: jangan malu untuk tetap berharap, sekalipun hidup terasa runtuh. Ada saatnya iman tidak kuat untuk bersaksi dengan suara lantang. Namun iman tetap hidup ketika kita berani datang kepada Tuhan dengan hati yang jujur.
Paulus juga berkata: “Ikutlah menderita bagi Injil-Nya.” Ini bukan berarti Allah menghendaki penderitaan, apalagi bencana yang terjadi pada saat ini terhadap kita. Firman ini menegaskan bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya ketika penderitaan terjadi. Dalam derita, kita tidak berjalan sendiri. Kristus adalah Allah yang terlebih dahulu menderita, menangis, dan merasakan kehilangan.
Dan inilah penguatan terbesar dari ayat ini: “oleh kekuatan Allah.” Bagi Bapak/Ibu, Saudara/i yang saat ini merasa kehilangan segalanya, firman ini tidak menuntut kekuatan iman yang besar. Allah tidak berkata, “Kuatlah dengan dirimu sendiri,” tetapi, “Biarlah Aku yang menopangmu.” Kita merasa Langkah ini sangatlah berat, hari yang sudah dilalui dan yang akan dilalui terasa sangatlah tidak pasti, nafaspun sudah terengah-engah, datanglah serukanlah teriaklah jujurkanlah kepadanNya semuanya. Dan Tuhan pasti akan memberikan dan akan selalu menyertai kita.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang terkasih, mungkin hari ini kita belum mengerti mengapa bencana ini terjadi. Iman tidak selalu memiliki jawaban, tetapi iman memiliki Pegangan. Rumah boleh runtuh, keluarga boleh direnggut, tetapi kasih Allah di dalam Kristus tidak pernah berubah, malah akan semakin teguh. Firman Tuhan hari ini berkata dengan lembut kepada kita semua: Dalam penderitaan, kita tidak sendirian. Dalam air mata, Tuhan Allah akan selalu hadir. Dalam kelemahan diri, akan ada selalu kuasa Allah yang bekerja.
Kiranya firman ini menjadi penghibur, penguat, bagi setiap hati yang terluka, dan menjadi pengharapan bahwa Allah akan selalu tetap setia menopang umat-Nya, hari ini dan seterusnya. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa yang kami kenal di dalam Yesus Kristus terima kasih atas Firman Tuhan pada hari ini yang telah mengajarkan mengingatkan dan memulihkan. Berikanlah kepada kami ketegaran hati untuk selalu dapat mengikutMu, bersama dengan jalanMu, dan agar kami dapat mengenal kehendakMu ya Tuhanku. Teguhkan iman kami untuk selalu memuji memuliakan namaMu, Kuatkan kami untuk terus dapat menyatakan FirmanMu dalam kehidupan kami, sertai setiap pekerjaan kami Ya Tuhan. Didalam Yesus Kristus, kami telah berdoa. Amin.
C.Pdt. Josua Hutabarat, S.Th- LPP III di Biro Kategorial Ama dan Lansia HKBP
Renungan Lainnya
HKBP Channel
Video Terkait Lainnya
34:11
34:13
49:11
58:01
6:13
12:37
13:35
3:33
15:52
15:10
