Sipoholon (22/2), Kepala
Departemen Marturia HKBP, Pdt. Kardi Simanjuntak, S.Th, Min menyampaikan materi
pembinaan kepada para calon pelayan yang
hadir secara pisik dan virtual. Sesi ini diawali dengan perkenalan dari Bapak Kadep
yang menjelaskan awal pelayanan di HKBP tahun 1989-1990 calon pendeta di HKBP Aruan
Ressort Laguboti, 1990-1991 calon pendeta di HKBP Mahanaim Ressort Pematang
Siantar, 1991-1998 Pendeta HKBP Ressort Sipoholon II, 2000-2002 tugas belajar
di STT-Jakarta, sekarang dikenal dengan STFT Jakarta, 2002-2009 Dosen STGH,
2009-2012 Pendeta di HKBP Menteng Jalan Jambu, 2012-2014 Praeses HKBP Distrk II
Silindung, 2014-2016 Praeses HKBP Distrik X Medan-Aceh, 2016-2020 Praeses HKBP
Distrik XX Kepulauan Riau, dan Sekarang menjadi Kepala Departemen Marturia
HKBP.
Saat ini, saya akan
menjelaskan adaptasi dalam pelayanan (dalam perspektif konteks). Daerah pelayanan
kita dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: daerah tradisional, trasisional,
perkotaan dan daerah zending. Keempat kategori tempat ini sangat dipengaruhi
oleh tradisi budaya Batak dan tradisi Gereja. Untuk itu para calon pelayan
penting mengentahui itu secara baik dengan data-data yang dimiliki, antara
lain: adanya data demografi (data jemaat, latar belakang pendidikan, dan
kemampuan ekonomi), data geografi (meliputi daerah, kecamatan, radius sekian KM
dan bagaimana hubungan dengan daerah-daerah di sekitarnya) dan bagaimana ciri
sosial gereja kita (sejarah berdirinya, apakah dari satu pengembangan jemaat).
Penjelasan berikut
dihubungkan dengan situasi saat ini, yaitu di masa pandemi covid-19. Masa ini,
dunia, termasuk di dalamnya gereja HKBP hidup di tengah-tengah ancaman hidup yang sangat menakutkan, yakni pandemi
covid 19. Di masa pandemi ini banyak hal yang harus berubah. Dengan peristiwa
yang luar biasa ini, tentu gereja dalam pelayanannya melihat ini menjadi sebuah
tantangan dan sekaligus menjadi peluang pelayanan. Tantangan dan peluang pelayanan di masa
pandemi covid 19 dengan memanfaatkan teknologi informasi, digitalisasi/internetisasi.
Malaksanakan rangkaian kegiatan seperti: ibadah, rapat-rapat, pembinaan, secara
virtual. Gereja kita juga harus mmpu
mengoperasikan aplikasi keuangan virtual account, sehingga dapat tercipta sistem
keuangan yang transparan, efektif, efisien dan akuntabel.
Di
akhir penjelasan, bapak Kadep menyampaikan kesadaran para pelayan (termasuk
para calon pelayan) di jemaat bahwa ia berada di tengah konteks sosialnya.
Seluruh kemampuannya digunakan membaca konteksnya secara cepat. Para pelayan mampu membuka diri berinteraksi dengan
masyarakat di sekitar lingkungannya. Semuanya sangat menentukan bagi
keberhasilan pelayan. Proses adaptasi di jemaat lokal harus berlangsung secara
efektif. (KDM-JLS)