Evangelium Renungan Marturia, Minggu Advent III tgl. 14 Desember 2025

 

Doa Pembuka: Damai sejahtera dari Allah Bapa, yang melampaui akal dan pengertianmu, itulah kiranya yang memelihara hati dan pikiranmu. Di dalam Yesus Kristus Tuhan. Amin.

Bapak Ibu, saudara/i sekalian yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus Firman Tuhan di Epistel Minggu tanggal 14 Desember 2025, di minggu Advent yang ke-III diambil dari Markus 1 : 1-8. Saya akan bacakan, Demikian Firman Tuhan.

 

1 Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.

2 Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu;

3 ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,

luruskanlah jalan bagi-Nya”,

4 demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”

5 Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.

6 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.

7 Inilah yang diberitakannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.

8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

 

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih Dalam Nama Tuhan, Jika muncul pertanyaan rohani darimana kita maka kita beriman? Mungkin akan, muncul berbagai jawaban dari aspek logika, aspek pengalamn bahkan aspek pengetahuan sekalipun. Dan bisa saja jawabannya tidak ada yang salah, dengan situasi dan latarbelakang yang berbeda sekalipun akan mengarahkan pada nilai kebenaran. Tentu disiplin ilmu teologi, agama manapun akan menghantar pada jawaban yang bermuatan kebenaran tentang bagaimana kita dapat percaya dan beriman. Seperti seorang Kristen yang lahir di keluarga Kristen kita akan menjawab bahwa saya mengenal Yesus dan beriman kepadaNya karena dari kecil saya sudah dibawa oleh orangtua ke perkumpulan dan peribadahan Kristen (jawaban mendasar dan berdasarkan empiris kehidupan masing-masing mayoritas Kristen). Setelah itu, mayortias dari kita sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan berfikir paa akhirnya kita menerima pelajaran dan informasi teringat Kristus dan ajaran gereja, maka kita akhirnya tahu dan mengerti tentang Iman kepada Kristus. Semua itu adalah pengajaran yang benar. Tetapi bagaiman mungkin beriman kepadanya tanpa harus bertanya-tanya, meragukan, mengkritisi, mencari-cari dalam segala aspek tetapi benar bergantung dan tidak membuat perbandingan lain akan Imannya, inilah yang dinamakan Kristen sejati. Ini yang nats ini ingin ungkapkan kepada kita, bagaimana beriman kepada Kristus dari dasar berangkat utama yaitu “mengenal”.

 

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di Dalam Nama Tuhan, Kitab Markus dibuka dengan penegasan bahwa Yesus adalah Kristus (Mesias) dan Anak Allah. Markus ingin kita melihat sejak awal bahwa seluruh cerita Injil berpusat pada pribadi Yesus. Hidup rohani yang sejati selalu dimulai dari pengenalan akan Yesus. Bukan dari ritual, bukan dari perasaan, tetapi dari pribadi sang Juruselamat. Pertumbuhan iman terjadi ketika Yesus menjadi pusat hidup kita. Nabi Yesaya menubuatkan tentang seseorang yang akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Dalam zaman kuno, seorang utusan dikirim untuk menyiapkan jalan raja meratakan, membersihkan, dan memastikan jalur siap dilalui. Tuhan ingin masuk dalam hidup kita setiap hari, tetapi apakah “jalan”-nya sudah siap? Kadang jalan hati kita dipenuhi batu kecewa, semak kekhawatiran, atau kesombongan. Pertobatan dan kerendahan hati membuka jalan bagi hadirat Tuhan bekerja lebih dalam. Yohanes tampil di padang gurun, bukan di pusat kota. Ia mengajak orang-orang kembali kepada Tuhan melalui pertobatan, bukan dengan upacara yang rumit, tetapi dengan hati yang benar. Pertobatan adalah undangan untuk pulang, bukan hukuman. Tuhan tidak mencari kesempurnaan kita, tetapi kejujuran kita. Pertobatan sejati mengubah arah hidup, bukan sekadar penyesalan, melainkan keputusan untuk kembali pada jalan Tuhan. Respons orang banyak menunjukkan bahwa ketika suara Tuhan bergema, hati manusia bisa dilunakkan. Hati yang mau mengaku dan jujur di hadapan Tuhan adalah tempat di mana pemulihan mulai terjadi. Tidak ada kesembuhan tanpa kejujuran. Tidak ada pemulihan tanpa pengakuan.

 

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di Dalam Nama Tuhan, Secara keseluruhan, nats Epistel kita mengarahkan agar pengenalan sejati tidak ditentukan oleh mampu menerangka secara jelas dan baik, rutinitas ibadah yang baik, kemampuan berdoa dengan kata-kata yang tersusun atau hal-hal tampak luar lainnya, tetapi oleh kesetiaan pada panggilan Allah. Tuhan tidak memerlukan kemewahan untuk menyatakan kuasa-Nya, Ia memerlukan hati yang taat. Yohanes mengakui bahwa ia bukan pusat. Mesias yang akan datang jauh lebih agung dan akan membaptis dengan Roh Kudus. Yohanes tahu tempatnya dan memuliakan Yesus, bukan dirinya. Hidup yang dipenuhi Roh Kudus dimulai dari kerendahan hati. Kita dipanggil bukan untuk meninggikan diri, tetapi untuk menunjuk kepada Yesus. Roh Kudus bekerja dengan kuat dalam hidup orang yang rela berkata, “Dialah yang harus makin besar, aku harus makin kecil.” Yesus adalah pusat segala sesuatu. Pertobatan membuka pintu bagi karya Allah, kesederhanaan dan kerendahan hati adalah dasar pelayanan sejati, Roh Kudus diberikan kepada orang yang siap menerima Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya.

 

Doa Penutup: Terima kasih Ya Tuhan Allah, untuk FirmanMu yang telah kami dengar. Ajari kami untuk selalu bersyukur memiliki Engkau, ajarkan kami bahwa betapa bahagianya kami karena Engkau begitu mengasihi kami. Dengan bimbingan rohMu, kami akan melakukan FirmanMu untuk kemuliaan namaMu. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan selamanya hanya kedalam tangan pengasihanMu. Di dalam Yesus Kristus Kami Berdoa. Amin.

Pdt. Andar P. Sitompul- Pendeta Fungsional di Biro Ibadah Musik HKBP

 

Scroll to Top