Renungan Harian HKBP | 25 Oktober 2025

Renungan Harian HKBP, Sabtu 25 Oktober 2025

Doa Pembuka: Terpujilah Engkau Tuhan yang senantiasa memberkati kami pribadi lepas pribadi dalam setiap aktivitas kehidupan kami. Kami akan memulai segala kegiatan kami pada pagi hari ini engkau yang memberkati kami, terlebih firmanMu yang akan menjadi pedoman bagi kehidupan kami, berkati hati dan pikiran kami supaya kami dipenuhkan oleh hanya karna FirmanMu. Di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa kepadaMu. Amin.

Firman Tuhan yang menjadi pedoman dalam menjalani hari ini di hari Sabtu 25 Oktober 2025 tertulis di Ayub 33:13-14 “Mengapa engkau berbantah dengan Dia, bahwa Dia tidak menjawab segala perkataanmu? Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi manusia tidak memperhatikannya.” Demikianlah firman Tuhan.

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan. Dalam Kitab Ayub, kita menemukan dialog panjang antara Ayub yang sedang menderita dan teman-temannya yang berusaha menghibur. Ayub merasa Tuhan diam, seolah-olah doanya tak didengar. Namun, Elihu, seorang pemuda yang bijaksana, mengingatkan Ayub bahwa Tuhan memang berbicara—bukan selalu dengan suara menggelegar atau jawaban instan, tapi melalui cara-cara yang halus dan seringkali tak terlihat. Ayat ini mengajak kita merenungkan bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan kita di tengah kebingungan hidup.

Pernahkah kita merasa seperti Ayub? Saat masalah menumpuk—pekerjaan mandek, hubungan retak, atau kesehatan menurun—kita bertanya, “Tuhan, mengapa Engkau diam?” Kita berbantah dalam hati, mengira Tuhan tak peduli atau tak mendengar keluhan kita. Tapi Elihu mengingatkan: Tuhan selalu berbicara. Ia melakukannya “dengan satu dua cara”—mungkin melalui firman-Nya yang kita baca pagi itu, nasihat dari sahabat, hembusan angin yang menenangkan, atau bahkan melalui mimpi dan penglihatan yang tak kita sadari. Masalahnya bukan pada Tuhan yang diam, tapi pada telinga kita yang tuli. Kita sering terlalu sibuk dengan hiruk-pikuk dunia hingga lupa memperhatikan suara-Nya yang lembut (seperti yang dikatakan dalam 1 Raja-raja 19:12).

Bayangkan jika Tuhan selalu menjawab secara dramatis—petir menyambar atau malaikat turun—mungkin kita akan takut, bukan semakin dekat. Sebaliknya, Ia memilih cara yang membangun iman kita: mengajak kita mencari, mendengar, dan bergantung sepenuhnya pada-Nya. Di tengah penderitaan Ayub, Tuhan akhirnya berbicara melalui angin topan (Ayub 38), tapi sebelum itu, Ia sudah berbicara melalui ciptaan-Nya sepanjang waktu.

 

Pesan Utama Ayat Ini

Tuhan selalu berbicara kepada manusia, tetapi tidak selalu dengan cara yang dramatis atau langsung seperti yang kita harapkan. Ia berkomunikasi “dengan satu dua cara” (melalui firman, mimpi, penglihatan, atau peristiwa sehari-hari), namun kita sering kali tidak memperhatikannya karena terlalu sibuk berbantah atau mengeluh atas keheningan-Nya. Pesan ini menekankan bahwa keheningan Tuhan bukan ketidakhadiran, melainkan undangan untuk mendengar lebih dalam—bukan menuntut jawaban instan, tapi membangun hubungan yang lebih intim.

Relevansi Bagi Kehidupan Kita

Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh distraksi—seperti notifikasi ponsel, tekanan kerja, atau krisis pribadi—pesan ini mengingatkan kita untuk berhenti “berbantah” dengan Tuhan dan mulai mendengarkan. Misalnya:

  • Di Tengah Penderitaan: Seperti Ayub, kita mungkin merasa doa tak dijawab, tapi Tuhan bisa berbicara melalui teman yang memberi nasihat bijak atau ayat Alkitab yang tiba-tiba “hidup”. Ini membangun ketabahan dan iman, bukan frustrasi.
  • Praktik Harian: Luangkan 5-10 menit untuk refleksi diam, membaca firman, atau berjalan di alam—cara sederhana untuk “memperhatikan” suara Tuhan. Hasilnya? Ketenangan batin, keputusan yang lebih bijak, dan hubungan yang lebih dekat dengan-Nya.
  • Dampak Jangka Panjang: Di era digital ini, di mana kita sering mencari jawaban cepat dari Google atau media sosial, pesan ini mengajak kita kembali ke esensi iman: percaya bahwa Tuhan aktif meski tak terlihat, sehingga kita hidup lebih penuh makna dan harapan.

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk FirmanMu yang memberikan pemahaman dan kekuatan untuk memenangkan hari ini di dalam kemuliaan namaMu. Berkatilah setiap pekerjaan kami, lindungi dan jaga setiap orang tua kami, keluarga kami, jemaatMu, anak-anak kami dalam menjalani kehidupannya dan pendidikannya. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan unuk selamanya kedalam tangan pengasihanMu. Di dalam Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Pdt. Pangihutan Hasibuan, S.Th

Pendeta Fungsional di Biro Remaja Naposobulung HKBP

Scroll to Top