Renungan Marturia Pesta Natal I, 25 Desember 2025

Bapak, Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus…Selamat hari Natal.

Untuk mengawali Perayaan Natal ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Marilah kita berdoa :

“Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, tulah yang memelihara hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin”

Firman Tuhan yang menjadi khotbah bagi kita pada Perayaan Pesta Natal I,  tertulis dalam:

Lukas 2:1-7 “ Kelahiran Yesus”

Kelahiran Yesus berlangsung dalam kondisi sedang mengalami krisis ekonomi di wilayah pemerintahan kaisar Agustus. Kaisar mengadakan sensus penduduk untuk mengatur pajak. Allah memakai sensus tersebut untuk mengatur agar Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem pada waktu yang tepat. Di sini nyata bahwa peristiwa kelahiran Yesus benar-benar berlangsung dalam sejarah dunia, Ia mengatur sejarah sehingga perintah Kaisar Agustus menjadi alat bagi-Nya untuk merealisasikan rencana agung-Nya. Sejarah berada dalam kekuasaan Allah.

Ada tiga hal yang menjadi pesan bagi kita melalui kelahiran Yesus Kristus.

Pertama: Kelahiran Yesus di palungan adalah tindakan kerendahan hati yang luar biasa, yang harus menjadi teladan bagi kita untuk tidak hanya mencari kemuliaan, tetapi juga siap merendahkan diri.

Kedua: Natal adalah pengingat bahwa Allah peduli pada semua orang, terutama yang lemah dan terpinggirkan. Keterlibatan Allah melalui kelahiran di palungan menunjukkan bahwa Ia hadir di tengah kesulitan manusia. Bagi saudara-saudara yang terdampak benaca banjir dan tanah longsor, Tuhan juga hadir. Jika kita merasa tidak ada yang memerhatikan atau perduli dengan kita, ingatlah Allah perduli padamu, padaku dan kita semua. Ia mengerti apa yang kita alami.  Mari kita belajar bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal dalam kehidupan untuk kebaikan setiap orang yang berkenan kepada-Nya. Marilah kita belajar memercayai Dia serta menaati kehendak-Nya dan mempersilahkan Tuhan Yesus lahir dalam hidup kita, memimpin hidup kita.

Ketiga, Yesus lahir di dalam palungan, mengingatkan kita bahwa keselamatan tidak bergantung pada status atau kekayaan, melainkan pada hati yang terbuka dan relasi yang tulus dengan sesama. Keselamatan itu diawali oleh Dia yang rela mengosongkan diri, memasuki kehidupan manusia yang berdosa dan memberi keselamatan. Hal itu merupakan bukti cinta kasih  Allah yang begitu besar bagi dunia, yang rela mengorbankan segalanya demi keselamatan manusia. Kiranya Natal ini menggugah kita untuk menghayati kasih dan pengorbanan Yesus, sehingga kita jauh dari kesombongan, egoisme.    Selamat merayakan Natal. Amin.

 

************************

 

Zakaria 9:9-10

Firman Tuhan ini, merupakan nubuat tentang kedatangan Raja yang adil dan jaya yang akan datang dengan kerendahan hati menunggangi keledai, yang kemudian diidentifikasi sebagai Yesus Kristus. Raja ini akan membawa damai kepada bangsa-bangsa, melenyapkan senjata perang, dan menegakkan kerajaannya yang mencakup seluruh bumi.  Pertama: Di sini dijelaskan kedatangan seorang raja yang adil dan menyelamatkan. Ini adalah gambaran seorang pemimpin yang tidak datang dengan kekuatan militer seperti raja-raja pada umumnya, tetapi datang dengan kerendahan hati. Kedua:  Raja itu datang dengan mengendarai “anak keledai”, yang menandakan kesederhanaan dan kerendahan hati, sesuai dengan makna simbolis dari keledai sebagai tunggangan yang rendah hati.Nubuat ini secara spesifik mengacu pada kedatangan Yesus Kristus, yang memenuhi ciri-ciri ini saat dielu-elukan di Yerusalem, seperti yang dicatat dalam Injil.

Pada saat kedatangan Raja damai, Ia akan menghapus semua senjata perang seperti kereta dan kuda, yang berarti pemerintahan-Nya akan membawa perdamaian mutlak dan mengakhiri konflik. Ia akan “memberitakan damai kepada bangsa-bangsa,” menunjukkan bahwa kerajaan-Nya akan bersifat universal dan membawa rekonsiliasi antara manusia dengan Tuhan dan sesama manusia. Kekuasaan dan pengaruhnya akan membentang “dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi,” yang merupakan metafora untuk kekuasaan yang tak terbatas dan mencakup seluruh dunia.  Karena itu, mari kita sambut Raja Damai yaitu Yesus Kristus, maka hidup kita akan dibaharui, relasi seorang kepada yang lain, atau bangsa dengan bangsa, kembali berlangsung dalam relasi yang damai-tenteram, jauh dari perang atau permusuhan. Amin.

 

– Pdt. Daniel Napitupulu

Scroll to Top