Joint Workshop Tim Renstra dan Komite Transformasi HKBP
Pada hari Jumat, 12 Juli 2024, bertempat di Sopo Marpingkir, Jakarta, sudah berlangsung joint workshop Tim Renstra HKBP 2024-2028 dan Komite Transformasi HKBP. Workshop berlangsung dari pukul 9.00 sampai 17.00, diawali dengan ibadah yang dilayani oleh Pdt. Bernard Manik, Praeses Distrik VIII DKI.
Workshop ini merupakan tindak lanjut arahan Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Robinson Butarbutar, yang meminta kedua tim intens berdiskusi mengingat eratnya hubungan antara program transformasi dan Renstra 2024-2028 yang sedang dibangun. Tujuan workshop ini ialah untuk membangun pemahaman bersama kerangka transformasi dan renstra serta membahas metodologi dan integrasi program-program prioritas transformasi ke dalam Renstra 2024-2028.
Hadir dalam workshop Kepala Departemen Marturia, Pdt. Daniel Taruliasi Harahap, yang juga merupakan Paniroi Tim Renstra. Dalam bimbingannya, Pdt. Daniel menekankan bahwa Renstra 2024-2028 nantinya haruslah menjadi dokumen yang sederhana, dikemas dengan baik, sehingga menjadi dokumen bersama seluruh warga dan pelayan HKBP. Ditambahkan oleh Pdt Daniel, transformasi dan renstra HKBP harus dimulai dari hal-hal sederhana tetapi besar dampaknya seperti kebersihan di rumah, lingkungan, dan gereja. Ditandaskan oleh Pdt. Daniel, “Di gereja, kita sering memikirkan hal-hal besar tapi melupakan hal-hal kecil. Soal kebersihan terlihat seperti hal kecil oleh sebab itu kita jarang memberi perhatian, kita pikir itu urusan dan tanggung jawab orang lain. Padahal, hidup bersih adalah salah satu tanda bahwa kita memiliki spiritualitas Kristen yang baik. Kita sulit jadi masyarakat maju kalau tidak peduli pada kebersihan.”
Dalam presentasinya, Pdt. Jhon Kristo Naibaho (Ketua Tim Renstra), menyampaikan bahwa draft Renstra 2024-2028 sementara ini memuat sebelas isu strategis, antara lain tata kelola gereja yang efektif, efesien, akuntabel, IT based; penguatan dan pemantapan sentralisasi keuangan; krisis ekologis dan bencana iklim; peningkatan pelayanan bagi kelompok rentan; peningkatan SDM pelayan HKBP, dan sebagainya. Selain Pdt. Jhon Kristo, anggota Tim Renstra yang hadir dalam workshop tersebut ialah St. Pinondang Simanjuntak, Prof. Frieda Simangunsong-Siahaan, Cici Feby Manalu, Sylvia Hotma Ida Sirait, Pdt. Nekson Simanjuntak, dan Tiurida Hutabarat.
St. Albert Simanjuntak, Ketua Komite Transformasi HKBP, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa misi transformasi HKBP ialah untuk membarui janji, karakter, kultur, dan kemampuan pelayan dan warga jemaat serta institusi HKBP sesuai dengan firman Allah di bawah pimpinan Roh Kudus untuk mewujudkan HKBP menjadi berkat bagi dunia. Mengapa HKBP harus bertransformasi? Pertama-tama, karena transformasi ialah kehendak Allah. Dasarnya adalah firman Tuhan yang tertulis dalam Roma 12:2. Selain itu, secara internal, menurut St. Albert, “Tantangan dan kemajuan zaman menuntut kualitas, kompetensi, dan spiritualitas pelayan, budaya, sistem tata kelola dan sistem kepemimpinan dan manajemen yang jauh lebih baik dari yang dimiliki HKBP saat ini. Secara eksternal, di tengah-tengah pertumbuhan pesat beberapa gereja lain, HKBP tidak bertumbuh sebagaimana yang kita harapkan, terutama di Bona Pasogit. Di sisi lain, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara maju dalam 20-30 tahun ke depan. Belajar dari negara-negara yang sudah lebih dulu maju di mana gereja malah ditinggalkan oleh warganya, HKBP harus menyikapi hal ini dengan serius.”
Dalam sesi diskusi, Cici Feby Manalu, anggota Tim Renstra utusan naposo, menyampaikan bahwa dalam pengalamannya selama aktif di organisasi naposo, yang membuat naposo meninggalkan gereja HKBP bukanlah liturgi atau nyanyian seperti yang selama ini sering disebut-sebut. “Yang membuat naposo meninggalkan HKBP ialah minimnya teladan Kristus yang kami temukan di gereja. Tanpa bermaksud menyamaratakan, para pelayan dan keluarga malah sering jadi batu sandungan bagi kami,” demikian ditandaskan Cici.
Workshop berlangsung secara intens dan produktif. Kedua tim sepakat untuk membangun dan memperkaya Renstra dan kerangka transformasi HKBP. Selain St. Albert, anggota Komite Transformasi yang hadir dalam workshop ini adalah Elisa Lumbantoruan, St. Marangkup Manik, Pontas Pane, dan St. Subut Pasaribu. Sebagai tindak lanjut, kedua tim sudah berbagi tugas dan akan mengadakan final review pada awal Agustus yang akan datang. Workshop ditutup dengan ibadah yang dilayani oleh Pdt. Jhon Kristo. Dalam renungan singkat yang diambil dari Mazmur 32:8, Jhon Kristo menekankan bahwa “Kita semua haruslah tetap menjadi murid di hadapan Allah. Dialah guru kita, yang mengajari, menunjukkan jalan, memberi nasihat, serta mengawasi kita. Sementara kita adalah murid, yang mensyaratkan kerendahan hati untuk selalu mau belajar, menerima didikan dan pengetahuan, terbuka atas kemungkinan-kemungkinan baru, serta berkolaborasi.”
(Balitbang/Tim Renstra/TIK)