Pelayanan Kadep Marturia di HKBP Griya Martubung

Minggu (3/2), Ratusan jemaat berbondong-bondong menuju gedung gereja HKBP Griya Martubung Ressort Medan Martubung Distrik XXXI Medan Utara. HKBP Griya Martubung ini terletak dijalan Tempirai sejati raya blok VI Martubung, dengan posisi bangunan gereja dikelilingi perumahan dan lahan perumahan. Jemaat HKBP Griya Marturbung ini sebanyak empat ratus kepala keluarga lebih. Saat ini HKBP Ressort Medan Martubung ini dilayani oleh Pdt. Sumurung Sihombing, S.Th, MM. Ressort Medan Martubung ini merupakan jemaat induk dari HKBP Distrik Medan Utara dari 14 Ressort yang ada di Medan Utara ini. HKBP Ressort Medan Martubung ini mempunyai 3 jemaat, yaitu HKBP Griya Martubung, HKBP Getsemani, Pos Pamingguan Griya III Martubung. Pada minggu ini, Kepala Departemen Marturia HKBP melayani ibadah minggu di HKBP Griya  Martubung pada pukul 09.00 wib dan pukul 10.30 wib. Pada umumnya, ada beberap dari jemaat yang masih harus bekerja pada hari minggu, sehingga jemaat lebih dominan beribadah pada pukul 09.00 wib sedangkan pada pukul 10.30 wib lebih banyak dari kalangan orang tua.

Di dalam ibadah minggu pukul 09.00 wib persekutuan remaja dan naposo bulung menyampaikan persembahan mereka melalui koor. Begitu juga di ibadah pada pukul 10.30, pesembahan dari pesekutuan kaum ibu ada beberapa yang menyampaikan lagu pujian kepada Tuhan. Dalam khotbah, ibu kadep memperkenalkan diri dan menjelaskan singkat pelayanan Departemen Marturia kepada jemaat. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pelayanan Marturia adalah pelayanan kesaksian/bersaksi kepada semua ciptaan Tuhan. Kesaksian yang kita lakukan pada minggu ini adalah memberitakan injil ke HKBP Parduaan Baturangin dengan berjalan kaki selama 11 jam. Akses jalan masih minim untuk kendaraan beroda empat dan dua, memang ada yang menggunakan sepeda motor tapi itupun harus yang berpengalaman. Secara umum kita adalah saksi Kristus yang harus memberitakan InjilNya kepada semua orang apalagi yang belum mengenal Yesus. Pengalaman kami ini, dapat menjadi perenungan bagi kiita untuk bersaksi tentang Yesus. Pelayanan Marturia ada dua bagian besar, yaitu Zending dan Ibadah music, Masih banyak pelayanan Zending kita di daerah sumatera utara ini yang belum masksimal dilayani dan disentuh, untuk itu marilah kita bersama-sama untuk berzending kepada mereka yang sudah mengenal Yesus dan yang belum mengenal Yesus. Begitu juga pelayanan ibadah musik, melalui pelayanan Departemen Marturia sampai saat ini sudah ada 70 keyboard yang kita sumbangkan kepada jemaat yang belum mempunyai keyboard sama sekali dari 148 yang terdaftar.

Dalam khotbah ibu kadep menjelaskan Matius 13:53-58, setiap pelayanan memberitakan firman Tuhan pasti memiliki konsekuensi/resiko. Salah satu resikonya adalah DITOLAK. inilah yang amat sangat berat dihadapi/dirasakan oleh seorang pelayan. Pelayan tidak bisa membela diri bahkan tidak bisa berdaya menghadapi penolakan dari yang dilayaninya. Sungguh sangat menyakitkan. Belajar dari kisah Yesus yang dapat dijumpai dalam nas ini bagaimana Yesus ditolak oleh penduduk Nazaret, dimana Dia tinggal. Mereka tidak bisa menerima Yesus sebagai manusia biasa yang mereka kenal menjadi Anak Allah, penebus umat manusia. Allah yang menyatakan kemuliaanNya didalam kesahajaan manusia. Bahkan kedatangan Yesus tidak dengan kekuatan militer untuk menyerang musuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengenalan mereka terhadap Yesus hanya mampu melihat dari hasrat mata sisi manusianya saja bahkan dianggap "Rendah" status sosial Yesus sebagai anak tukang kayu. Hal yang menarik dari diri Yesus adalah bahwa Dia tetap mengajar dirumah ibadat sampai membuat orang takjub melihatNya bahkan mempertanyakan akan diriNya. Yesus FOKUS pada tugas panggilan untuk memberitakan kabar baik walau banyak penolakan pada diriNya. Yesus menembus batas prImordial, keluarga, suku. Baginya penting sekali daerah asal dimana dia tinggal untuk mendapatkan keselamatan, walau taruhannya Dia ditolak sebagai pembawa keselamatan itu. Apa yang hendak kita maknai dari nas ini setelah memperhatikan kisah perjalanan Yesus memberitakan injil ditolak ditempat asalnya?

1. Siap menghadapi penolakan( mental ). Kesiapan MENTAL sangat diperlukan ketika kita menghadapi penolakan saat memberitakan injil secara khusus ditengah-tengah keluarga, daerah dimana kita berasal. Ketika hamba Tuhan siap melayani ditempat asalnya maka ketakutan untuk ditolak tidak begitu besar bahkan tidak ada lagi. Mengapa? Karna hamba Tuhan harus siap dimana ditempatkan untuk melayani siapa saja. Tidak memilih-milih tempat yang cocok dengan dirinya karna hamba Tuhan melakukan tugas sesuai dengan mandat yang diberikan Tuhan Allah.
2. Setiap hamba Tuhan pastilah menghadapi tantangan baik yang melayani dikota besar maupun bahkan didaerah yang terpencil sekalipun. Apakah itu tantangan yang dihadapinya? Yakni manusia/jemaat MENILAI hamba Tuhan itu siapa sesungguhnya. Penilaian manusia terhadap hamba Tuhan bukan hanya ketika melayani di mimbar tetapi bagaima latar belakang keluarga, bagaimana sebelum dia datang melayani ditempat yang baru, belum lagi bagaimana kekayaan dan pendidikan yang diraihnya. Bila hal ini lebih dinilai oleh jemaat maka sangat sulit melihat Misi kerajaan sorga, akibatnya jemaat menjadi KECEWA. Sebagai hamba Tuhan harus tetap menunjukkan MISI KERAJAAN itu, sebagaimana dalam Luk 4 : 18-19: Mamboan barita nauli tu angka napogos, Mamaritahon tu angka na tarhurung asa malua, tuangka namapitung asa marnida, Paluahon angka na ginosagosa, dohot Mamaritahon taon parasinirohaon ni Tuhan.

Untuk mewujudkan Misi kerajaan itu, kita sebagai pembawa Misi Tuhan itu harus dapat hidup bersama-sama dengan kondisi real masyarakat/jemaat yang dijumpai. Bersama-sama merasakan kehadiran Allah ditengah-tengah persekutuan yang penuh suasana damai dan kasih.

Sharing pengalaman melakukan penjemaatan ke Pos pelayanan HKBP Parduaan Baturangin pada tanggal 29-30 Jan 2018. Sungguh sangat berkesan sekali!

1. Mengubah Mindset, Semula berfikir tujuan melakukan penjemaatan adalah memberi penguatan spiritual. Namun setelah berjumpa dengan realita kehidupan masyarakat/jemaat HKBP Parduaan ternyata kami yang datang mendapatkan Spritual.

2. Mengubah Karakter, Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki dari sibide menuju desa Parduaan Baturangin sampat ditempat kurang lebih 9 jam dengan medan yang amat berat.Jalan yang terjal, jurang dimana-mana, masuk hutan yang smat sunyi.Sungguh amat melelahkan dan berbahaya sekali.Tentu sgt mrnghabiskan banyak energi sementara persediaan air minum terbatas. Akhirnya seluruh para pelayan mendapat pembelajaran dari perjalanan panjang bahwa :

1. Semakin mengucap syukur selalu, 2. Semakin dibentuk dalam kerendahan hati, 3. Semakin termotivasi untuk lebih berbuat, 4. Hidup sederhana, 5.Kepeduliaan yang tinggi terhadap sesama yang lemah, 6. Menambah kekompakan dan juga kebersamaan. Setelah ibadah minggu, ibu kadep dan pelayan liturgis memberi salam kepada jemaat saat keluar dari gedung gereja. Setelah itu, ibu kadep permisi kepada seluruh parhalado di kantor gereja. // JLS

Pustaka Digital