Pembinaan Kaum Ibu Distrik XX Kepri, Ompu Boru Tekankan Perdamaian Ibarat Kedua Tangan yang Bertepuk

 

Ompu Boru M. Br. Siahaan memberikan pembinaan kepada kaum Ibu bertempat di gereja HKBP Batam Center Distrik XX Kepulauan Riau pada Senin (11/3/2019). Pembinaan yang diikuti oleh keluarga pelayan penuh waktu distrik kepri dan punguan koor ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam konven Distrik XX Kepulauan Riau usai ibadah bersama, dengan memakai kesempatan kunjungan pastoral Ompu i Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing bersama Ompu Boru selama di Batam. Dalam waktu yang bersamaan juga, Ompu i Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing memberikan bimbingan pastoral kepada seluruh pelayan penuh waktu distrik kepri yang hadir.

Ompu Boru menyampaikan arahan singkat menyangkut peranan keluarga di dalam pelayanan dan kehidupan berjemaat. HKBP yang dikenal bukan saja di tingkat lokal tetapi juga internasional, maupun lintas gerakan oikoumene tentu memiliki tantangan pelayanan, baik bagi pelayan maupun bagi keluarga pelayan itu sendiri dimanapun mereka melayani.

Realitanya, di lintas gereja, gereja lain sebenarnya salut kepada kita HKBP, kok HKBP justru tidak bersyukur, kok malah terbalik. Yang terjadi, gereja besar belajar dari gereja kecil, gereja kecil belajar kepada gereja besar, bisa saja tidak berpaut kepada Firman Tuhan. Dalam pelayanan dan melakukan hal baik, tidak ada yang bisa terlaksana kalau hanya 1 tangan saja yang mau bertepuk, tetapi haruslah keduanya, kalau saling bersambut maka akan menghasilkan suara. Demikian di dalam keluarga, kalau suami dan isteri tidak saling melengkapi satu sama lain, maka keluarga itu tidak akan bagus justru terjadi perpecahan. Kalau seseorang mau berdamai dengan yang lain, apakah bisa berdamai hanya 1 orang saja? Tentu harus ada saling menerima dengan orang lain. Demikian orang Kristen juga di dalam Galatia 6: 2 juga telah diajarkan, “marsiurupan ma hamu mamorsan angka na dokdok i. ima dalan mangaradoti patik ni Kristus”. Apakah cukup hanya kita sendiri? Tentu tidak, kita harus bersama – sama, sehati sepikir.

Hidup ini tidak terus menerus di dalam damai sejahtera, apakah ada diantara kita yang terus hidup dalam sukacita? Mari kita renungkan secara pribadi. Selalu saja ada terjadi gesekan bagi di dalam keluarga, gereja, maupun di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan masalah dan mungkin juga beban pikiran. Di gereja pun itu bisa terjadi,  bisa terjadi saling menilai satu sama lain sehingga sampai menghakimi. Penilaian bukan menjadi satu tolak ukur kebenaran. Tetapi Kasih sesungguhnya menutupi banyak dosa, terkadang hidup ini bisa marah dikarenakan anak kita yang melawan, tetapi kita harus bersabar dikarenakan kasih kita kepada anak kita itu.

Itu sebabnya kita harus tekun berdoa sebagaimana yang diajarkan Firman kepada kita, kita juga mendoakan keluarga kita demikian orang lain, memohon kepada Tuhan untuk diberikanNya Kasih itu, supaya kita bisa berdamai dengan diri sendiri dan orang lain. Marilah kita mendengar suara Roh seperti lagu Buku Ende 424, “Soara ni Tondi ni Tuhanta i jotjot dilaosi, ditulak ho i. Sai tanda jeamu, pauba roham, dapothon Tuhanmu, sisesa dosam. Tangihon hataNa, parguru ma i, rajumi ruasmu ginomgomNa i, Pangido sai lehon tu au tondiMi. Pargogo, mangula sandok lomoMi”. Hal yang baik marilah kita wariskan kepada generasi kita demikian di dalam tradisi gereja, khususnya gereja HKBP. Menghargai perbedaan, menghargai satu sama lain, saling membantu sehati sepikir, mendukung pelayanan HKBP, menghormati pimpinan juga bukan penting bagi orang lain saja, tetapi termasuk kita yang dimulai dari diri sendiri. Bila kita mau dipimpin, maka kita juga siap untuk memimpin ke depan.

Hati – hati dengan penilaian kita sendiri karena bisa membuat kita terkotak - kotak, penilaian terjadi dikarenakan adanya perbedaan. Padahal sejak awal, tentu perbedaan adalah anugerah yang luar biasa. Contoh sederhana, dalam hubungan suami isteri, yang benar dan baik tentunya ada perbedaan ada pria dan ada wanita, bukan sejenis. Demikian dalam aspek kehidupan lainnya, dikarenakan ada perbedaan, maka hidup ini semakin indah. Penilaian itu hendaknya secara positif dikarenakan dengan fakta. Misalnya ada seorang perempuan batak bilang, “ai ginjang ma rohani on”, padahal dia belum pernah bertemu bahkan bercakap – cakap dengan yang dia bicarakan itu. Peluang kejahatan juga semakin besar bila menggunakan kemajuan teknologi tidak tepat, misalnya Facebook, dll, banyak terjadi perselingkuhan dikarenakan kenalan via Facebook, banyak terjadi cacimaki/saling menghakimi via facebook padahal tidak dikenal dan tidak pernah berbicara, sementara keluarganya sendiri pun bahkan pelayanannya di jemaat tidak memperoleh perhatian serius.

Dalam keluarga maupun di gereja, anak – anak adalah kekayaan kita sebagai orangtua, ajarilah dengan benar dan berlandaskan Firman Tuhan. Banyak nyanyian yang dinyanyian anak – anak, yang justru ditangkap anak – anak adalah mengajarkan yang tidak benar misalnya perselingkuhan, pembunuhan, tidak perlu belajar, dan lainnya, bahkan hampir tidak tahu menyanyikan lagu – lagu yang berisikan Firman Tuhan. Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung – jawab besar dalam mendidik generasi muda bukan hanya tanggung – jawab pelayan itu sediri tetapi kita juga memperoleh tanggung – jawab untuk mendukung pelayanan dengan baik. Ada orangtua yang mengajarkan anak – anaknya tidak sopan, misalnya dengan berpakaian, sudah menjadi orangtua, masih saja memakai pakaian yang tidak sopan sehingga ini mengajarkan yang tidak baik bagi generasi muda, yang seharusnya mereka menerima teladan yang benar di dalam masyarakat khususnya bergereja.

Kehidupan ini seperti tangan yang bertepuk, harus ada saling memberi dan saling menerima, sehingga menghasilkan suara/bunyi yang indah, demikian kita semua, marilah saling mendukung untuk kebaikan, saling menolong satu sama lain sebagai keluarga yang diberkati Tuhan. Hata batak, masitungkoltungkolan ma hita, ndada gabe patajomhon na masa songon silet alai naeng do hita gabe siboan dame di tongatonga ni angka parsaoranta.

Dengan waktu yang cukup singkat, Ompu Boru memberikan arahan dengan lugas, jelas, dan penuh canda tawa, tampak dari antusias kaum ibu yang menghadiri konven distrik tersebut selama mengikuti kegiatan. Usai pembinaan ini, acara tersebut diabadikan dengan foto bersama. (APS)

 

 

 

 

Pustaka Digital