Renungan Harian HKBP | 04 November 2024

Shalom saudara/i yang terkasih, kami berharap kita dalam keadaan sehat bangun di pagi hari ini. Sebelum kita memulai kegiatan kita hari ini, kami mau mengajak kita semua untuk bersekutu dengan Tuhan. Marilah kita berikan waktu sejenak untuk saat teduh!

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Kami sungguh bersyukur ya Bapa, karena Engkau selalu mengasihi dan melindungi kami. Kasih-Mu jugalah yang menyertai kami dari malam yang gelap hingga pagi hari ini. Sekarang kami mau bersekutu dengan Engkau dan mendengarkan firman-Mu. Hadirlah Engkau dengan Roh-Mu agar kami dapat memahami Firman-Mu dan mampu melakukan apa yang Engkau kehendaki dalam hidup kami. Ampunilah dosa kami agar kami layak menerima berkat-Mu. Hanya di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih, Firman Tuhan yang menjadi renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam

Kolose 3:12

“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran”.


Berbuat dan Berkata sebagai orang pilihan Allah

Kita mengetahui bahwa Jemaat Kolose adalah jemaat yang heterogen. Ada banyak suku bangsa di jemaat itu (ay. 11) yang akan menimbulkan banyak perbedaan, antara lain perbedaan budaya, latar belakang, pola pikir, karater, dan lain sebagainya. Dan dengan begitu banyaknya perbedaan akan cendrung menimbulkan pertentangan dan pertengkaran di antara persekutuan jemaat itu. Nah, dengan keadaan yang sedemikian rupa, apakah mungkin bagi jemaat Kolose bersatu sebagai umat Tuhan dan memiliki persekutuan yang baik sebagai sesama anggota jemaat? Jawabannya mungkin. Jemaat Kolose dapat berada dalam persekutuan yang baik apabila ada kasih. Persekutuan akan berjalan dengan baik bukan karena banyak persamaan di antara anggotanya tetapi karena ada pengertian untuk menerima perbedaan, dan pengertian itu akan ada karena kasih.

Sebelum Rasul Paulus menasehati jemaat itu, dia terlebih dahulu mengingatkan mereka tentang siapa mereka. Siapa kita di hadapan Allah akan mempengaruhi dengan apa yang kita lakukan di hadapan sesama. Status menentukan perilaku. Rasul Paulus menegaskan bahwa jemaat di Kolose memiliki status sebagai orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi Allah. Dan inilah ciri-ciri orang pilihan Allah :

Pertama, memiliki Belas kasihan. Belas kasihan diterjemahkan dari kata Yunani eleos (kata kerja: eleo), yang mengarah kepada tindakan untuk menyayangi, menenteramkan, dan di dalam keadaan yang lemah lembut. Dalam arti bahwa orang yang mengasihi harus mampu menyayangi dan membuat tenteram suasana sehingga damai sejatera nyata dan dirasakan oleh semua orang yang ada di sekitarnya.

Kedua, Murah hati. Murah hati itu bersumber dari hati yang memiliki kasih, yang selalu prihatin kalau melihat penderitaan orang lain, hati yang mau menolong sesama yang menderita. Mengapa jemaat ditekankan untuk memiliki kemurahan hati? Alasannya karena Allah itu murah hati. Hati Allah ikut merasakan penderitaan manusia. Kemurahan hati Allah yang nyata dapat dilihat dengan kesediaan Allah mengorbankan AnakNya Tuhan Yesus Kristus menebus dosa manusia. Setiap orang yang hidup di dalam Dia pasti memiliki hati yang penuh kasih, penuh kemurahan, penuh belas kasihan terhadap sesamanya yang menderita.

Ketiga, kerendahan hati. Kerendahan hati mengajarkan kita untuk mengakui bahwa kita sangat bergantung kepada Allah dan mampu untuk melayani orang lain tanpa pamrih. Orang yang rendah hati biasanya selalu memandang orang lain sebagai ciptaan Tuhan memiliki keistimewaan, karena sesungguhnya setiap pribadi adalah istimewa, dan dia akan selalu membuat orang lain merasa penting. Setiap orang berhak untuk dihargai. Rendah hati bukan berarti kita itu harus merendahkan diri atau menutup diri, tetapi kita akan secara aktif mendengarkan, berbagi, dan berempati terhadap orang lain sehingga terjalinlah hubungan yang baik.

Keempat, Kelemahlembutan. Dalam Bahasa Indonesia, lemah lembut artinya baik hati, suka menurut. Sebuah artikel mengatakan bahwa seseorang akan dikatakan lemah lembut apabila:

1. Dia punya kehendak tetapi kehendaknya itu ia tundukkan di bawah kehendak Tuhan. Bukan berarti kehendak kita itu dimatikan, tetapi dapat dikendalikan. Sehingga kita tidak diperbudak oleh kehendak kita sendiri, dan kita akan lebih mengutamakan kehendak Tuhan

2. Dia bisa marah, tapi tidak lekas marah; bisa menguasai kemarahannya. Kemarahannya tidak berlanjut begitu lama

3. Dia akan menghadapi orang-orang yang lebih tinggi tanpa rendah diri dan orang-orang yang lebih rendah tanpa menjadi tinggi hati.

Jadi memang kelemahlembutan dan kesabaran mengajarkan kita untuk tidak menuruti ego kita dan sabar dalam menghadapi orang lain, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun.

Kelima, Kesabaran. Orang yang sabar pada zaman serba canggih ini sangatlah sulit untuk ditemukan. Kebanyakan orang sekarang cendrung lebih suka yang cepat-cepat, walaupun akhirnya jadi sembarangan mengerjakan sesuatu. Apabila ada teman kita berada dalam pergumulan atau masalah sering kita mengatakan "Yang sabar ya”, lalu teman kita sering menjawab "Kesabaran itu ada batasnya." Bapak/Ibu sebenarnya, apa itu kesabaran? Sebuah artikel mengatakan bahwa Kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan, kesabaran adalah lawan dari kemarahan yang tidak pada tempatnya, kesabaran adalah kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi situasi-situasi sulit. Orang yang sabar memiliki sifat yang tenang, tabah, tidak tergesa-gesa atau terburu nafsu. Tetapi peristiwa yang sering terjadi adalah apabila ada orang lain marah, menyakiti atau berbuat jahat kepada kita, pasti kita ingin segera marah atau membalasnya bukan. Jikalaulah demikian, apa bedanya kita dengan orang lain, orang yang tidak percaya kepada Kristus? Sebagai orang pilihan Allah kita dituntut untuk memiliki kesabaran dan saling bersabar satu sama lainnya, sebab kesabaran itu identik dengan kasih. Seperti yang tertulis dalam 1 Kor. 13:4: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong". Maka itu jikalau kita mengaku diri kita sebagai murid Kristus maka kita harus mempunyai kesabaran. Dimanapun kita berada kita akan selalu diperhadapan dengan masalah. Kuncinya terletak pada kemauan kita untuk bersabar. Bersabar berarti siap menerima perbedaan dan tidak memperdebatkan hal-hal yang kurang esensial. Dengan kesabaran, seseorang dapat melihat hal-hal yang positif di tengah kesukaran sekali pun.

Bapak/ibu yang terkasih, kita sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya marilah mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin

Doa Penutup: Marilah kita berdoa! Ya Bapa yang berkuasa di atas segalanya, kami memuji nama-Mu karena firman-Mu mengingatkan status kami sebagai orang pilihanMu yang Engkau kuduskan dan kasihi. Ajari kami berkata dan berbuat sebagai orang pilihanMu yang memiliki belas kasihan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran agar kami menjadi terang dan berkat bagi dunia ini. Ya Bapa, Kami juga terus mendoakan saudara-saudari kami, sembuhkanlah mereka yang masih sakit hingga saat ini, hiburlah mereka yang masih sedih dan berduka. Hanya kuasa-Mu lah yang kami andalkan dalam kehidupan kami di dunia ini. Kami pertaruhkan hidup kami hanya ke dalam tangan pengasihan-Mu. Ampunilah kesalahan kami agar kami layak dihadapan-Mu. Terimalah doa permohonan kami ini yang kami sampaikan hanya melalui Putra-Mu yang tunggal, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup. Amin.

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus yang menyertai saudara sekalian. Amin

Pdt. Susi Hutabarat, S.Th - Kabag di Biro Ibadah Musik HKBP

Pustaka Digital