Renungan Harian HKBP | 12 Maret 2023 (1)

4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Kisah yang dituturkan dalam nas Yohanes 4:20-26 ini merupakan bagian dari percakapan Tuhan Yesus dengan seorang perempuan Samaria, ketika Dia bersama-sama dengan para muridNya dalam perjalanan dari Yudea menuju Galilea sehingga harus melintasi daerah Samaria (Yoh 4:4). Dalam persinggahanNya di kota Sikhar di Samaria itu Yesus bertemu dengan seorang perempuan Samaria yang sedang menimba air dari sebuah sumur yang disebut sumur Yakub. Pertemuan itu terjadi sekitar pukul dua belas siang. Percakapan Yesus dengan perempuan Samaria itu dimulai dengan sebuah permintaan Yesus yang berkata: ”Berilah Aku minum” (Yoh 4:7). Namun jawaban perempuan itu sangat mengejutkan: ”Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria). Selanjutnya Yesus memberi pengajaran kepada perempuan Samaria itu mengenai air hidup yang diberikanNya kepada setiap orang percaya, dimana Yesus berkata: ”Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh 4:13-14). Setelah Yesus memberikan pengajaran tentang air hidup dan menyingkapkan tentang latar belakang kehidupan perempuan itu sendiri maka perempuan Samaria itu takjub dan mengakui kuasa Yesus seraya berkata: ”Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi”. 

Usai pengakuan perempuan Samaria itu topik selanjutnya adalah mengenai penyembahan. Perempuan Samaria memberitahukan tentang kebiasaan nenek moyang mereka (orang Samaria) yang menyembah Allah di atas gunung Gerizim dan orang Yahudi menyembah Allah di Yerusalem. Tuhan Yesus memberikan penjelasan tentang penyembahan tersebut, bahwa saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembahan bukan dilaksanakan terbatas hanya di tempat-tempat tertentu, seperti di suatu gunung atau tempat tertentu. Yesus menegaskan, ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran” (ay. 23-24). Pernyataan menyembah Allah dalam roh (pneumati, πνεύματι) dan kebenaran (aletheia, ἀληθείᾳ) merupakan pernyataan yang harus dilakukan dan dihayati oleh setiap orang percaya dalam melakukan penyembahan kepada Allah. Percakapan dalam perikop teks ini diakhiri dengan pengakuan iman perempuan Samaria itu tentang kedatangan Mesias yang disebut juga Kristus. Mendengar pengakuan iman sang perempuan itu Yesus memberikan penegasan: Kata Yesus kepadanya: ”Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau”. Perempuan Samaria itu memperoleh suatu anugerah berupa kesempatan yang luar biasa untuk bertemu, berbicara dan memperoleh pengajaran yang luar biasa dari Tuhan Yesus, Mesias yang telah dinanti-nantikan sebelumnya oleh nenek moyangnya. Pertemuan dengan Mesias itu bukanlah hanya berita yang didengarkannya dari orang lain namun merupakan pengalaman langsung bertemu dengan Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Dalam lanjutan nas ini kita menyaksikan tindakan perempuan Samaria itu yang memberitahukan perjumpaannya dengan Yesus kepada teman sebangsanya dan mereka datang berbondong-bondong menjumpai Yesus (band. Yoh 4:28-30) dan mereka menjadi percaya kepada Yesus (Yoh 4:39-42).

 

Saudara-saudari para pembaca dan pendengar aplikasi Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Sebagai para pengikut Kristus, bagaimanakah kehidupan spiritualitas kita? Apakah kita setia dalam menyembah dan beribadah kepada Allah? Tentulah beribadah merupakan sebuah aktivitas yang tidak lepas dari kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Namun, nas ini menekankan tentang pentingnya beribadah dan menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran. 

Ada 2 (dua) pengajaran yang dapat kita petik dari nas khotbah ini. Pertama, menyembah Allah dalam roh. Secara sederhana kita dapat mengatakan, bahwa kita menyembah Tuhan dengan roh (Ing.: spirit) kita yang terhubung langsung dengan Tuhan melalui Roh Kudus yang berdiam di dalam hati kita. Rasul Paulus memberi penegasan tentang karya Roh Allah dalam diri orang percaya, ”Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran” (Rm 8:9-10) lalu dengan tegas dikatakan, ”Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!". Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Rm 8:15-16). Dengan demikian, Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita itu menerangi, membimbing dan mengarahkan roh kita untuk bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah. Roh Kudus juga berkuasa membimbing dan menguatkan kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki Allah. Kedua, menyembah Allah dalam kebenaran. Pengertian sederhana dalam pernyataan ini mengajarkan kita pentingnya melakukan kebenaran Allah dalam setiap aktivitas kehidupan kita sebagai anak-anakNya. Dengan kata lain, kesetiaan dan kesungguhan kita dalam beribadah juga harus dibarengi dengan perbuatan kita melakukan kebenaran dan keadilan dalam hidup sehari-hari bersama dengan sesama kita. Para nabi Perjanjian Lama, khususnya nabi Amos, menyuarakan pentingnya melakukan kebenaran dan keadilan bagi umat Allah yang setia beribadah. Nabi Amos menyerukan, ”Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Am 5:21-24). Allah bukan hanya menghendaki kesungguhan umatNya dalam beribadah namun juga kesungguhan umatNya dalam menghidupi dan melakukan keadilan dan kebenaran dalam hidup keseharian, inilah pengertian sederhana dari pernyataan ”menyembah Allah dalam kebenaran”. Allah menghendaki kita untuk melakukan kebenaran, keadilan, kedamaian dan segala perbuatan yang seturut dengan kehendakNya. Seorang teolog dan penulis buku rohani, Pdt. Dr. Eka Darmaputera, mengatakan: ”Allah tidak hanya menghendaki ibadah ritual, namun juga ibadah aktual, yakni kehidupan dan perilaku kita yang mencerminkan kehendakNya dalam hidup sehari-hari”. Dengan singkat dapat kita katakan: ibadah ritual dan ibadah aktual haruslah berjalan beriringan, saling terkait satu dengan lainnya, yang mencerminkan spiritualitas pengikut Kristus yang sejati. Marilah kita beribadah, menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Selamat beribadah, selamat melakukan kehendak Allah. Amin.  

Pdt. Herwin Simarmata, M.Th (Kepala Biro Kategorial Ama - Lansia HKBP)