Renungan Harian HKBP | 14 Juli 2024

EPISTEL


Firman Tuhan yang menjadi nas Epistel pada hari Minggu ini diambil dari kitab Amos 7: 1-6. Demikian bunyinya:

 

Inilah yang diperlihatkan Tuhan Allah kepadaku: Tampak Ia membentuk kawanan belalang, pada waktu rumput akhir mulai tumbuh, yaitu rumput akhir sesudah yang dipotong bagi raja. Ketika belalang mulai menghabisi tumbuh-tumbuhan di tanah, berkatalah aku:

“Tuhan Allah, berikanlah kiranya pengampunan! Bagaimanakah Yakub dapat bertahan? Bukankah ia kecil?” Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. “Itu tidak akan terjadi,” firman TUHAN.

Inilah yang diperlihatkan Tuhan Allah kepadaku: Tampak Tuhan Allah memanggil api untuk melakukan hukuman. Api itu memakan habis samudera raya dan akan memakan habis tanah ladang. Lalu aku berkata: “Tuhan Allah, hentikanlah kiranya! Bagaimanakah Yakub dapat bertahan? Bukankah ia kecil?”. Maka menyesallah Tuhan karena hal itu. “Ini pun tidak akan terjadi,” firman Tuhan Allah.”

Demikian pembacaan firman Tuhan.

 

Saudara-saudara yang terkasih, nas ini merupakan pemberitaan nabi Amos kepada umat Tuhan ketika kerajaan Israel sudah terbagi dua menjadi Efraim dan Yehuda. Tuhan menyampaikan teguran kepada umat-Nya sebab umat pada masa itu sudah begitu jahat. Mereka menindas dan memeras saudaranya, merampas hak orang-orang miskin dan terpinggirkan. Mereka melakukan kekejian itu dan menutupinya dengan kesalehan palsu. Yang paling memilukan, umat itu jatuh pada sinkritisme: di satu sisi mereka beribadat kepada TUHAN, di sisi lain mereka memberikan persembahan kepada ilah-ilah asing di bukit-bukit pengorbanan. Wajar saja bila TUHAN begitu murka atas mereka.

Tuhan menyampaikan ancaman penghukuman melalui nabi Amos. Dalam narasi tersebut, nabi Amos digambarkan sedang “bernegosiasi” dengan Tuhan. Dua kali Amos membujuk Tuhan untuk tidak menjatuhkan hukuman yang dirancang oleh Tuhan sendiri, yakni kawanan belalang yang menghabiskan tanaman, dan api yang memakan habis samudera raya dan tanah ladang. Menarik, bahwa Amos menyebut bahwa Tuhan “menyesal” dengan rancangan hukuman itu. Ini memperlihatkan bahwa TUHAN adalah sosok pengasih dan yang berkenan mengampuni. Meski umat-Nya itu telah jauh menyimpang dan sepatutnya mendapatkan hukuman yang berat, namun TUHAN tetap membuka pintu pengampunan untuk umat itu. Hal inilah yang membuat umat Tuhan tetap hidup, sebab hukuman sepatutnya sudah memusnahkan mereka. Tuhan tetap menghukum umat-Nya (lih. Ay.7-9), namun penghukuman itu tidak bertujuan untuk memusnahkan tetapi untuk memberi pelajaran, agar umat itu berbalik dari kejahatan mereka. Kebobrokan umat TUHAN pada masa itu terjadi salah satunya karena para pemimpin dan raja mereka tidak becus. Mereka justru membawa umat kepada pelanggaran yang memurkakan Tuhan.

Saudara-saudara yang terkasih. Dari percakapan nabi Amos dengan TUHAN melalui penglihatan yang diberikan kepada Amos, kita mengetahui bahwa Allah benar-benar mengecam ketidakadilan. Meskipun para janda, anak yatim dan orang-orang miskin pada masa itu seakan-akan tidak ada yang melindungi, namun Tuhan tetap memelihara kehidupan mereka dan membela hak mereka dengan menjatuhkan hukuman kepada pemimpin yang zalim. Selain itu, kita juga dapat melihat bahwa sekalipun murka Tuhan menyala-nyala, namun kasih-Nya tetap membuat Tuhan mengurungkan hukuman yang memusnahkan. Hukuman yang diberikan adalah hukuman yang mendorong pertobatan, yang membuka mata umat untuk menyadari bahwa mereka telah jauh menyimpang dan harus kembali kepada TUHAN.

Kita patut bersyukur bahwa Allah yang kita kenal adalah Allah yang tetap mengasihi sekalipun umat-Nya berdosa. Anugerah TUHAN melalui pengorbanan Yesus Kristus menjadi satu-satunya jalan keselamatan bagi orang yang berdosa. Dosa berdampak sangat besar, dan tidak ada satupun hal yang dapat kita kerjakan sendiri untuk menjadi jalan keselamatan bagi kita. Itu adalah sesuatu yang sangat berharga yang seharusnya dihidupi dengan sungguh oleh setiap orang percaya.

Seandainya TUHAN langsung menjatuhkan hukuman-Nya tepat saat kita melakukan kesalahan, barangkali tidak ada satupun dari kita dapat bertahan. Kita masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini, semua oleh karena anugerah Tuhan semata. Karena itu kita patut menggunakan kesempatan ini dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik sebagai respons atas kebaikan TUHAN. Orang yang telah menerima belas kasihan dari TUHAN sepatutnya mengasihi sesamanya manusia, Orang yang menerima pengampunan dari TUHAN sepatunya mengampuni sesamanya manusia. Amin.


EVANGELIUM


    Berani Menyuarakan Kebenaran

Saudara-saudara yang terkasih, sebelum kita mendengarkan firman Tuhan pada hari ini, marilah kita berdoa.

 

Doa Pembuka: Ya Tuhan Allah kami. Terima kasih untuk hari baru yang engkau berikan bagi kami. Hari ini kami akan mendengarkan firman-Mu kiranya Engkau menyertai kami, membuka hati dan pikiran kami untuk diisi oleh firmanMu. Terimalah doa kami, di dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Saudara-saudara yang terkasih, firman Tuhan untuk renungan pada hari Minggu ini diambil dari Injil Markus 6: 14-29. Saya akan membacakannya bagi kita.

Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia." Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia!" Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu." Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi."Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!". Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!". Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

 

Saudara-saudara yang terkasih. Ketika kita menyimak nas yang dibacakan tadi, barangkali kita merasakan bahwa nasib yang dialami oleh Yohannes Pembaptis begitu tragis. Hidupnya berakhir karena kepalanya dijadikan hadiah untuk seorang anak yang pandai menari. Padahal, Yohanes banyak melakukan pekerjaan besar, pengajaran dan seruan yang disampaikannya membuat banyak orang mengikutnya. Bahkan, ketika Yesus tampil di hadapan orang banyak, orang-orang mulai menghubung-hubungkan sosok Yesus dengan Yohanes Pembaptis, termasuk oleh Raja Herodes.

Yohanes Pembaptis harus mengalami hidup yang tragis, sebab ia dipenjara dan kemudian dibunuh karena ia menyatakan kebenaran. Sebagaimana disebut dalam nas ini, Yohanes Pembaptis dengan berani menegur kesalahan raja Herodes yang mengambil Herodias, istri saudaranya menjadi istrinya. Menyatakan kebenaran, memang sering kali disertai dengan risiko. Orang yang menyampaikan teguran, menyatakan kebenaran, sering kali dibenci dan disingkirkan, “gabe sisogo” kata orang Batak. Barangkali hal semacam ini yang membuat banyak orang saat ini memilih diam, memilih masa bodo, dan tidak mau bersuara saat melihat ada yang tidak beres. Banyak orang yang menolak menjadi saksi dalam suatu peristiwa karena khawatir keselamatannya terancam apabila ia menyatakan kebenaran. Banyak orang yang tidak berani mengatakan kebenaran karena khawatir ia akan dibenci orang. Hal semacam itu memang benar-benar tidak mengenakkan. Menegur pelajar yang merokok atau bolos pun, mungkin sekarang orang sudah enggan, dengan berbagai pertimbangan: takut remaja itu akan melawan, atau yang lebih parah, orang tua si remaja akan membela anaknya.

Saudara-saudara yang terkasih, itulah kenyataaan yang sering terjadi sekarang ini, orang takut untuk menyatakan kebenaran. Namun, apakah situasi semacam itu harus menghentikan kita untuk menyatakan dan menyuarakan kebenaran? Tentu tidak. Sebab kebenaran tetap harus disuarakan di segala waktu dalam berbagai situasi. Jelas bahwa menyuarakan kebenaran selalu mengandung risiko. Risiko yang akan dihadapi tentu beragam. Orang yang menyatakan kebenaran bisa saja dibenci, dijauhi, kehilangan jabatan, diancam, atau bahkan kehilangan nyawanya. Tentu tidak ada satupun orang yang senang dengan risiko itu.

Sebagai orang percaya, kita akan sering berada pada situasi di mana kita harus menyuarakan kebenaran. Di tempat bekerja, terkadang tuntutan pekerjaan atau ekonomi menggoda kita untuk melakukan perbuatan curang, korupsi misalnya. Banyak orang yang melakukannya karena ikut-ikutan dengan rekan kerjanya. Ada juga yang tidak melakukannya, namun enggan menegur atau melaporkannya. Keengganan itu sangat mungkin dipengaruhi oleh risiko yang mungkin akan dihadapi. Di tengah lingkungan kita, mungkin tindakan kriminal seperti judi dan narkoba mungkin banyak terjadi. Tetapi banyak orang yang memilih diam karena mempertimbangkan segala risiko tadi. Memang, menyatakan kebenaran, menyampaikan teguran bukanlah suatu hal yang mudah. Itu adalah suatu hal yang perlu dipergumulkan, tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dan tidak ada jaminan bahwa apa yang kita lakukan akan berhasil.

Saudara yang terkasih, dalam nas ini kita melihat bahwa peristiwa pembunuhan terhadap Yohanes Pembaptis terjadi karena Herodias dendam padanya (6:21). Dendam yang tersimpan dalam hati Herodias istri Herodes membuat ia terdorong untuk meminta agar Herodes menghadiahkan kepala Yohannes Pembaptis sebagai hadiah untuk anak perempuannya. Herodias dendam kepada Yohanes Pembaptis karena Yohanes menegur keras perkawinan Herodias dengan Herodes. Ini menjadi perspektif lain yang dapat dilihat dari nas ini. Kebencian yang tidak dapat diredam berproses menjadi dendam yang muaranya adalah mencelakakan orang yang dibenci. Yang paling menyedihkan adalah, dendam itu terjadi karena Herodias tidak terima atas teguran yang disampaikan kepadanya.

Dendam semacam ini tidak boleh ada dalam diri seorang Kristen, sebab seorang Kristen harus bersedia mengampuni sebagaimana Yesus ajarkan. Orang yang percaya kepada Yesus seyogianya adalah orang yang bersedia mengampuni sesamanya. Dalam Doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk mengampuni, sebagaimana mereka ingin diampuni oleh Allah. Kalimat, “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, menjadi kalimat yang mengarahkan umat untuk mengintrospeksi diri saat meminta pengampunan kepada Allah. Orang yang ingin diampuni oleh Allah harus bersedia mengampuni sesamanya. Dengan mengampuni, orang akan mendapatkan ketenangan, sementara menyimpan dendam merusak diri sendiri dan orang lain.

Karena itu, saudara-saudara yang terkasih, marilah kita hidup dalam kasih Kristus. Kasih yang memberikan kepada kita keberanian untuk menyatakan kebenaran, sekaligus kasih yang memberi kekuatan kepada kita untuk mengampuni. Milikilah karakter unggul yang berani menyatakan kebenaran dan bersedia mengampuni. Tuhan memberkati. Amin.

 

Doa Penutup: Kita berdoa! Terima kasih ya, Tuhan untuk firman-Mu yang telah kami dengarkan hari ini. Biarlah firman-Mu itu mengisi hati dan pikiran kami. Engkau mengajarkan kami untuk berani menyatakan kebenaran dan bersedia mengampuni sesama kami. Berilah kami kekuatan agar kami dapat melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Agar melalui perbuatan kami, semakin banyak orang yang melihat betapa besar kasih-Mu kepada setiap orang yang percaya. Kami menyadari bahwa kami adalah orang-orang yang berdosa. Ampunilah dosa dan pelanggaran kami agar kami layak disebut sebagai anak-anakMu. Terimalah doa kami ini di dalam nama Anak-Mu, Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.


Pdt. Samuel D. Sigalingging, M.Th- Kabag Administrasi di Kantor Departemen Koinonia HKBP


Pustaka Digital