Renungan Harian HKBP | 18 Maret 2025

Doa Pembuka: Segala puji dan syukur kepadaMu ya Tuhan pemelihara kehidupan kami. Hari ini Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kami untuk merasakan penyertaanmu melalui nafas kehidupan yang Engkau karuniakan di hari yang baru ini. Kami mau mendengarkan firman-Mu, tuntun dan ajarlah kami untuk menerima dan melakukan firman-Mu di dalam hidup kami sehari-hari. Amin.

Firman Tuhan untuk kita pada hari ini, tertulis di

Ibrani 5:7

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Tidak bisa kita pungkiri, kesungguhan hati kita dalam berdoa kepada Tuhan justru bukan ketika kita dipenuhi dengan sukacita dan keberuntungan di dalam hidup. Ketika kita berada dalam keadaan terpuruk, sakit, menderita dan sendirian adalah masa dimana kita memanjatkan doa dengan pasrah, penuh dengan ratap dan tangis karena kita menyadari hanya Tuhanlah tempat mengadu kita di tengah-tengah ketidakpastian dan penderitaan hidup ini.

Kesungguhan kita berdoa memang tidak boleh ditentukan oleh situasi dan keadaan hidup yang sedang kita hadapi. Berdoa dengan sungguh-sungguh adalah cara hidup yang harus sudah terpatri di dalam diri kita sebagai orang yang percaya, walaupun memang tidak bisa kita pungkiri bahwa ketika hidup kita yang begitu sulit kita terdorong secara emosional untuk lebih intense menyampaikan keluhan dan memohon pertolongan Tuhan agar kita mampu melewati masa-masa krisis di dalam hidup kita. Berdoa tanpa menangis dan meratap juga bukan berarti kita tidak sungguh-sungguh dalam berdoa. Yesus meratap dan menangis saat berdoa adalah wujud kebergantungan-Nya kepada Bapa yang di surga di masa-masa kalut yang dihadapi oleh Yesus yang walaupun ia adalah seutuhnya Allah, Dia juga adalah manusia. Sama seperti kita.

Yesus memberikan teladan tentang berdoa kepada kita seluruh umatnya. Isi doa memang penting, tetapi yang paling penting adalah mengapa kita perlu berdoa dengan sungguh kepada Tuhan. Yesus sangat terbuka, jujur dan vulnerable kepada Allah. Setelah menyadari kerapuhan dan keterbatasan bahkan penderitaan-penderitaan itu, kita menyadari bahwa tidak ada yang bisa kita andalkan selain Tuhaan itu sendiri. Melalui berdoa, bukannya masalah dan penderitaan kita hilang tetapi melalui doa kita tidak merasa terpuruk dan terhukum. Kita sadar bahwa kita tidak pernah sendiri dalam persoalan-persoalan di dalam hidup kita. Doa mengubahkan hati kita dan memerdekakan hidup kita.

Kita berdoa bukan sedang menaruh antrian dan menunggu-nunggu kapan giliran kita akan menerima apa yang kita minta kepada Tuhan, karena seringkali kita merasa bahwa ketika apa yang kita doakan tidak terwujud kita merasa bahwa Tuhan tidak mendengar dan tidak menjawab. Jawaban doa tidak selalu ya, jawaban tidak juga adalah jawaban dari Tuhan atas apa yang kita doakan. Berdoa adalah wujud berserah kepada Tuhan, karena kita sadar bahwa Tuhan yang lebih tahu atas apa yang terjadi di dalam kehidupan kita.

Berdoa adalah wujud ketaatan kita untuk tetap percaya kepada Tuhan. Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh bahkan sampai keringatnya mengucur seperti darah, namun Allah tidak melalukan cawan itu daripadanya. Yesus tetap setia dalam penderitaan itu karena Yesus tahu bahwa itu adalah kehendak Bapa-Nya yang di surga. Ini menjadi teladan bagi kita bahwa kita harus taat sekalipun dalam penderitaan. Bagi dunia ini kita memang seperti orang bodoh jika tetap bersyukur dan berdoa di saat-saat sulit dan menderita, namun manusia tidak akan pernah bisa menilai karya dan perbuatan Allah dari logika dan pikiran manusia.

Firman Tuhan pada pagi hari ini, mengajak kita untuk senantiasa berdoa dan berserah kepada Tuhan. Bagaimanapun keadaan dan situasi hidup kita. Tuhan bersedia mendengar doa, keluh kesah dan ucapan syukur setiap saat. Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya, kepedulianNya terhadap kita seluruh umat-Nya. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Doa Penutup: Terima kasih ya Tuhan untuk Kemurahan-Mu yang tiada berkesudahan di dalam kehidupan kami. Terimakasih kepada-Mu untuk senantiasa mengingatkan kami bahwa tidak ada ketakutan di dunia ini yang mampu merebut kami dan hidup kami daripada-Mu. Ajar kami untuk mau dipulihkan setiap waktu karena kasihmu yang tiada tara dalam hidup kami. Di dalam nama Anak-Mu, Tuhan Yesus kami berdoa dan bersyukur. Amin.


C.Pdt. Tommy Eko Alexander Tamba- Calon Pelayan di Biro TIK HKBP

Pustaka Digital