Renungan Harian HKBP | 23 Januari 2024
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu pagi ini dengan Firman Tuhan. Mari kita berdoa!
Doa Pembuka: Tuhan Yesus Terang kami. Kami bersyukur atas berkat hari baru yang Engkau berikan untuk kami. Bekali kami dengan Firman-Mu yang kami nantikan setiap harinya, agar kami mampu menjalani hari baru ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam 1 Petrus 3: 18beginilah firman Tuhan:
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh. Demikianlah firman Tuhan.
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang dikasih Tuhan, Renungan hari ini mengingatkan kepada kita, alasan mengapa Tuhan harus turun ke dunia ini. Allah di dalam Yesus Kristus melayakkan kita yang berdosa agar pantas di hadapan Tuhan. Inilah bentuk penyataan kasih Allah kepada kita, manusia yang berdosa. Kematian Yesus di dalam kemanusiaan-Nya mewakili dan mengganti kita, manusia berdosa untuk menerima hukuman yang seharusnya kita terima. Dan akhirnya, pembuktian bahwa Yesus adalah Tuhan melalui kebangkitan-Nya di dalam Roh. Seperti pemahaman manusia tentang kematian, kebangkitan, dan Roh, Yesus pun bangkit menurut pemahaman kita manusia mengenai Roh. Lalu, mengapa Ia harus mati untuk manusia yang berdosa? Bukankah lebih mudah membuang kita, menghancurkan kita, dan membuat ulang manusia baik yang bebas dari dosa?
Menjawab pertanyaan tersebut, saya teringat sebuah ilustrasi. Seorang petani sedang mencangkul sawahnya dengan cangkul buatannya. Ia sangat menyayangi cangkul buatannya tersebut. Ia selalu menggunakannya saat menggemburkan tanah, menanam, menyingkirkan rumput liar, dan banyak hal lain. Suatu hari, saat ia sedang mencangkul, kayunya patah, dan mata cangkul melukai kaki Sang Petani. Jika kita di posisi petani yang terluka tersebut, apa yang kita lakukan? Mungkin kita akan kesal, membuang cangkul tersebut, dan membeli atau membuat yang baru. Tapi apa yang dilakukan petani tersebut? Ia menunduk, mengobati kakinya, karena cangkul tidak mungkin bisa mengobati kaki petani yang terluka, lalu memperbaiki cangkul kesayangannya tersebut agar kembali bisa digunakan.
Seperti luka pada kaki petani oleh cangkul yang patah tersebut, kita pun telah melukai hati Allah melalui kesalahan yang telah kita lakukan. Sama seperti cangkul tersebut, kita telah rusak oleh dosa. Sudah sepantasnya kita dibuang dan digantikan dengan yang baru karena dosa kita tersebut, sama seperti cangkul rusak yang melukai petani. Namun, apa yang Allah lakukan? Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Seperti petani yang menyayangi cangkul buatan tangannya, Allah pun mengasihi kita, buatan tangan-Nya.
Namun, bagaimana kita yang hanya ciptaan, bisa mengobati luka hati Allah? Ya, seperti cangkul yang tidak mampu mengobati kaki petani, kita tidak mampu mengobati luka hati Allah. Seperti petani yang menunduk untuk mengobati luka kakinya dan memperbaiki cangkul kesayangannya, Allah sendirilah yang turun ke dunia mengobati luka-Nya dan melayakkan kita, melalui kematian-Nya di dalam Kristus. Ia menjadi sama seperti manusia untuk mewakili kita menyembuhkan luka hati Allah dengan menggantikan hukuman kematian yang seharusnya kita terima. Tuhan sendiri yang mengobati luka hati-Nya dan memulihkan kita sehingga kita menjadi layak dihadapan Allah. Dan kebangkitan-Nya adalah bukti bahwa Ia bukan hanya manusia yang menggantikan kita, melainkan juga Tuhan yang patut kita sembah dan turuti. Dan seluruh karya-Nya adalah bukti penyataan kasih Allah yang begitu besar, terhadap kita.
Sebagai ciptaan-Nya, apa yang kita lakukan untuk merespons berkat keselamatan tersebut? Sudah seharusnya kita selalu berserah dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita karena Dia telah, sedang, akan, dan selalu menjaga, melindungi, dan memberkati kita. Rasa syukur pun sudah sepantasnya kita panjatkan sepanjang waktu karena Allah selalu memberkati kita setiap saat. Sebagaimana kita yang adalah ciptaan yang telah dipulihkan Allah, biarlah kita pun selalu mengingat untuk memuji Dia, bersyukur atas berkat-Nya, dan menyerahkan diri kita kepada satu-satunya penyelamat kita, Yesus Kristus Tuhan kita. Amin.
Doa Penutup: Bapa di dalam Sorga, terima kasih karena Engkau telah hadir dan memulihkan kami, melalui pengorbanan-Mu di dalam Yesus Krsitus. Ajarlah kami untuk mengingat rasa kagum dan syukur kami kepada-Mu. Ajar kami juga untuk selalu menyerahkan hidup kami ke dalam tangan-Mu, penyelamat kami. Biarlah hidup kami seperti cangkul sang petani, Kau pakai untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Jadikanlah hidup kami, seturut dengan kehendak-Mu, Tuhan.
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kita sekalian. Amin.