Renungan Harian HKBP | 30 Maret 2023

Syalom Bapak/ibu, saudara/i seiman. Kami sangat berharap kita semua dalam keadaan sehat pada saat ini. Sebelum kita mendengarkan firman Tuhan marilah kita beri waktu sejenak untuk saat teduh!

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Ya Allah Bapa kami, yang Mahakuasa,  yang menciptakan langit dan bumi. Kami sungguh bersyukur ya Bapa, karena Engkau memberikan kesempatan kepada kami untuk hidup dan menikmati kehidupan kami. Pada saat ini sebelum kami memulai pekerjaan kami hari ini, kami mau bersekutu denganMu melalui FirmanMu yang akan kami dengarkan. Biarlah Roh KudusMu yang melembutkan hati kami sehingga kami benar-benar dapat mengerti akan firmanMu, dan melakukannya dalam kehidupan kami sehari-hari. Kami sampaikan doa permohonan ini hanya di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kami. Amin 

Firman Tuhan yang memberangkatkan kita untuk memulai pekerjaan kita dalam satu hari ini tertulis dalam Galatia 6 : 7, demikianlah yang tertulis : Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.

APA YANG DITABUR, ITU YANG DITUAI

Bapak/Ibu, dalam dunia pertanian, kita sering mendengar sistem tabur tuai. Kalau kita rajin menabur benih tanaman, maka akan tiba waktunya kita akan menuai panen yang banyak. Walaupun hasil panen itu juga tergantung dengan benih apa yang ditabur dan bagaimana caranya menabur, demikian  juga  tergantung dengan kualitas dan kuantitas benih itu sendiri. Secara alam, kalau menabur benih yang tidak baik maka hasilnya juga pasti tidak baik. Dalam hukum pertanian, penanaman benih tertentu akan menghasilkan panen sesuai dengan jenis benih yang ditanam. Jikalau kita menanam jagung pasti buahnya juga jagung, tidak mungkin yang ditanam jagung tapi buahnya pokat. Selalu hasil tuaian itu tergantung pada benih yang ditaburkan. Demikian juga dengan pengalaman perjalanan kehidupan kita,  jika waktu kita muda selalu keluar rumah sampai larut malam, mungkin dampaknya tidak lansung kelihatan tapi setelah kita tua, maka kita akan menuai banyak penyakit sebagai akibat perbuatan kita yang selalu keluar malam ketika kita muda. Demikian juga kalau kita banyak minum tuak akan menuai sakit  lever, kalau kita makan tidak teratur  akan menuai sakit maag. Secara sederhana,  demikianlah kita mengerti dengan perkataan, apa yang ditabur itu yang dituai. Rasul Paulus juga menggunakan istilah dalam pertanian, menabur dan menuai ini, dalam kehidupan rohani, untuk mengingatkan  setiap orang yang percaya agar dapat menabur kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang telah dilakukan TUHAN dalam kehidupannya. Perbuatan baik yang kita lakukan untuk Kristus sebagai benih yang ditaburkan sekarang, dan yang akan kita tuai dalam kekekalan kelak. 

Bapak/Ibu yang terkasih, sekarang kenyataan yang sering kita lihat bahwa banyak sekali orang mengakui Allah itu hanya Mahakasih, sehingga dia menganggap apapun kesalahan yang diperbuatnya pasti akan diampuni Allah. Senin sampai sabtu tidak masalah kalau berbuat dosa, karena setiap hari minggu toh ada pengampunan dosa. Tetapi sebenarnya yang harus kita sadari adalah, bahwa Allah itu bukan hanya Mahakasih sehingga mengabaikan keadilan. Ingatlah, Allah tidak membiarkan diriNya “dipermainkan”, Dia melihat segalanya. Kasih Allah bukanlah untuk dipermainkankan, pengampunan dari Allah bukanlah untuk disiasiakan. Jangan karena Allah mau mengampuni dosa kita lalu dengan seenaknya kita berbuat kesalahan terus menerus tanpa ada niat untuk bertobat. Jangan cobacoba mempermainkan Allah, karena kasih Allah bukanlah murahan, bukanlah suatu hal yang tidak berharga, maka itu ada peringatan keras bagi kita bahwa apa yang engkau tabur itulah yang akan engkau tuai. Oleh karena itu, kita yang menentukan jenis panen rohani apa yang akan kita tuai nantinya. Kehidupan kita saat ini adalah waktu menabur benih yang menandakan panen kekal kita, yang kualitasnya tergantung pada penaburan perbuatan yang kita lakukan hari ini.

Mari kita bandingkan dengan cerita ini : Ada seorang Kaisar ingin memiliki lonceng yang sangat bagus untuk gereja yang telah dia bangun. Maka Gereja itu menunjuk seorang seniman bernama Tancho untuk membuat lonceng tersebut. Lonceng inipun dilengkapi dengan sejumlah besar tembaga dan seratus pon perak, sesuai dengan permintaan kaisar. Tetapi kenyataan di lapangan, Tancho berbuat curang. Dia mengambil perak itu, dan menggantikannya dengan sejumlah timah murni. Akibatnya lonceng itu menjadi sangat berat. Setelah lonceng itu selesai dikerjakan, maka Tancho menyerahkan lonceng tersebut kepada kaisar, dengan menggantungkan lonceng itu di dalam menara gereja. Namun ketika lonceng itu dicoba ternyata tidak dapat dibunyikan. Maka Tancho pun kembali dipanggil untuk membantu membunyikannya. Tapi karena dia menarik begitu keras, sehingga penutupnya jatuh dan menimpanya dan dia mati. Lalu istrinya sambil menangis bertanya kepada pendeta : Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi? Istrinya menyalahkan Tuhan, tanpa melihat latar belakang, mengapa hal itu terjadi kepada suaminya. Suaminya menuai apa yang telah dia tabur. Bapak/Ibu, TUHAN tidak meniadakan hukum tabur tuai hanya karena kita menjadi orang Kristen. Benih kesalahan mungkin ditaburkan secara tersembunyi, tetapi panennya tidak dapat disembunyikan. 

Bagi orang-orang Kristen yang masih hidup dalam dosanya, Rasul Paulus memperingatkan "jangan sesat." Bagi orang percaya, hidup dalam dosa hanyalah membawa pada kehancuran yang membuat kita tidak bahagia; itulah sebabnya jika ada diantara kita yang mengatakan bahwa hidup dalam dosa itu dapat memberikan kebahagiaan tertentu, itu berarti kita sudah jauh tersesat. Firman ini mengingatkan kita agar kita cepat sadar, mau bertobat dan kembali hidup dalam kehendak TUHAN. Dosa itu seperti candu yang saat awal kita mencobanya, hal tersebut terasa begitu enak dan menyenangkan, namun saat kita sudah terikat dengannya, kita dibawa kepada kehancuran. Dan kita juga tidak dapat hidup di dalam keduanya. Kita tidak dapat menabur dosa tapi mengharapkan menuai kebenaran. Kita tidak dapat menabur perbuatan daging tetapi mengharapkan menuai buah Roh. Dengan jelas dikatakan dalam Galatia 6:8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Maka itu dalam  ayat 9 kita diajak, “agar jangan jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Kebaikan yang kita lakukan tak akan pernah dilupakan, karena semua tindakan baik akan meninggalkan jejak. Rasul Paulus juga menggunakan ini dalam 2 Korintus 9 : 6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Marilah kita berjuang untuk menabur yang baik karena pada akhirnya nanti kita akan menuai hasilnya. Amin.

Doa Penutup: Mari kita berdoa! Ya Allah Bapa, terimakasih karena Engkau selalu mengasihi kami. Engkau telah mengingatkan kami, agar kami menghargai kebaikanMu dengan melakukan yang baik juga terhadap sesama kami. Ajari kami menghargai kasihMu dengan melakukan apa yang Engkau kehendaki dalam kehidupan kami. Jaga dan kuatkanlah kami ya Bapa, untuk tetap bertahan hidup di dalam Terang-Mu, walaupun harus menghadapi berbagai macam kesedihan, pergumulan. Terimalah doa kami ini hanya melalui AnakMu Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kami yang hidup. Amin

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, Anugerah dari Allah Bapa, dan Persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin

Pdt. Susi E.N. Hutabarat, S.Th – Kabag Ibadah di Biro Ibadah Musik HKBP

Pustaka Digital