Renungan Harian HKBP Evangelium | 2 Juli 2023

Kotbah Evangelium 

Nas: Mazmur 89:15-18

89:15 Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.

89:16 Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu;

89:17 karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari, dan karena keadilan-Mu mereka bermegah.

89:18 Sebab Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka, dan karena Engkau berkenan, tanduk kami meninggi


Saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus,

hati yang gembira adalah obat yang manjur, demikian kata Amsal Salomo. Apa yang disampaikan Salomo ini bukan sesuatu yang klise dan tanpa alasan. Makna terdalam dari gembira ialah keadaan perasaan atau emosi yang positif dan bersemangat. Kegembiraan itu melibatkan keadaan pikiran dan perasaan yang menyenangkan di mana seseorang merasakan kepuasan, kelegaan, dan kebahagiaan yang tulus. Artinya, gembira itu menyangkut soal perasaan dan pikiran. 

Sering kita mendengar, banyak penyakit berasal dari pikiran. Ini tidak salah. Dalam istilah kedokteran hal ini disebut dengan psikosomatis. Secara singkat, psikosomatis menjelaskan bahwa kondisi pikiran seseorang sangat memengaruhi kondisi fisiknya. Stress, depresi, cemas, sering kali menjadi pencetus atau faktor yang memperparah penyakit seseorang. Artinya, Salomo benar sekali ketika dia mengatakan bahwa ‘hati yang gembira adalah obat.’ Makin baik pikiran seseorang, makin senang, makin positif, maka makin sehatlah jiwa raganya.

Pertanyaannya, apa alasan untuk bergembira? Gembira itu adalah akibat, ia timbul karena disebabkan sesuatu hal. Gembira adalah respons atas sebuah peristiwa. Anak-anak berhasil, orangtua gembira. Usaha kita sukses, kita gembira. Gebetan kita menerima cinta kita, kita gembira. Diterima di perguruan tinggi terbaik, kita gembira. 

Namun, jika peristiwa-peristiwa tadi tidak atau belum terjadi dalam hidup kita, apakah kita tetap dapat bergembira? Ya, kita tetap dapat bergembira. Kenapa? Karena Tuhan dan segala perbuatan-Nya adalah alasan utama kegembiraan kita. Inilah yang hendak disampaikan oleh Daud melalui teks khotbah kita minggu ini. Daud berbicara tentang alasan untuk hidup dalam kegembiraan. Bagi Daud, tidak ada sumber kebahagiaan atau kegembiraan hidup yang lebih besar selain Tuhan dan segala perbuatan-Nya. 

Mari kita perhatikan lebih dulu yang dikatakan Daud di ayat pertama: “Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya Tuhan, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu.” Rupa-rupanya, menurut Daud, untuk bahagia dan gembira itu butuh pengetahuan, yaitu pengetahuan akan Allah. Ada banyak sumber kebahagiaan kita yang datang dari Allah tetapi kita tidak menyadarinya, tidak mengetahuinya, atau mungkin memilih untuk mengabaikannya. Kita ambil contoh, betapa sering kita murung dan stress memikirkan hari esok sampai lupa menikmati hari ini. Padahal, hari esok sebagai hari baru pada dasarnya adalah kegembiraan baru. Ya, tiap hari baru adalah harapan baru. Kenapa? Karena seperti yang dipersaksikan kitab Ratapan dan Mazmur, “tidak berkesudahan kasih setia Tuhan, selalu baru setiap hari.” Jika hari ini Anda merasa down atau gagal, jangan putus asa, tetaplah gembira sambil berusaha sebab besok adalah hari baru dengan harapan-harapan baru. Itu sebabnya Yesus mengatakan: “Jangan khawatir akan hari esok, kesusahan sehari cukuplah sehari.”

Saudara-saudara sekalian, hidup bergembira tidak mesti karena pencapaian-pencapaian besar. Tuhan memberikan berjuta alasan agar kita tetap bergembira. Kita dapat bergembira atas hal-hal sederhana namun sesungguhnya sangat esensial dalam hidup kita sehari-hari. Misalnya, makan. Kadang, saking rutinnya kita makan, kita tidak menganggapnya sebagai hal yang menggembirakan dan membahagiakan. Kita lupa bahwa makan itu adalah cara kita mengingat Kristus. Kristus sendiri yang mengatakannya. Oleh sebab itu, peristiwa makan harusnya kita lakukan dengan penuh suka cita dalam ungkapan syukur sebab ia adalah peristiwa mengingat Kristus. Apalagi jika makan dilakukan bersama keluarga atau para sahabat, sungguh akan sangat menggembirakan. 

Hal lain yang tampaknya biasa tetapi sesungguhnya sangat esensial dalam hidup kita ialah membaca serta mendengarkan firman Tuhan. Membaca dan mendengarkan firman Tuhan harusnya mendatangkan kegembiraan serta kebahagiaan buat kita. Firman itulah sumber kehidupan kita. Firman itulah yang menjadi kekuatan kita. Orang yang setia membaca, mendengar, serta melakukan firman Tuhan pastilah akan menjadi orang yang berbahagia. Itu sebabnya Yesus berkata: “Yang berbahagialah ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya” (Luk. 11:28).

Saudara-saudara sekalian….

satu hal lagi, menurut Daud, yang menjadi alasan kegembiraan kita, yaitu keadilan Tuhan! Sebagian dari kita sering merasa sedih atau putus asa karena meskipun sudah melakukan yang benar dan baik, kita masih saja diperlakukan tidak adil oleh atasan, oleh guru, oleh pendeta, atau mungkin oleh penegak hukum di negara ini. Jangan sedih atau putus asa, tegakkan kepala, sebab Allah berpihak pada orang-orang yang diperlakukan tidak adil. Allah tidak pernah menutup mata atas ketidakadilan. Allah memiliki perhitungannya sendiri. Amsal mengatakan: “Jangan menjadi marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri kepada orang fasik. Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam” (Ams. 24:19-20). 

Ini bukan mau mengatakan bahwa Allah hendak membiarkan saja ketidakadilan terjadi di sekitar kita. Sebaliknya, ini menjadi peringatan dari Allah bagi para pelaku ketidakadilan agar segera bertobat sebelum murka Allah datang! Berhenti berbuat jahat. Berhenti menyalahgunakan kekuasaan. Berhenti merampas hak-hak orang miskin. Berhenti membengkokkan hukum. Berhenti menjadi orang rakus. Berhenti menyakiti hati sesama. Berhenti menghancurkan alam ciptaan Tuhan demi memperkaya dirimu. Berhenti memfitnah. Berhenti mendengki tetanggamu. 

Ingatlah, Allah kita adalah Allah yang adil, yang tidak menutup mata atas semua tindak kejahatan. Jujurlah pada diri kita sendiri, tidak ada kebahagiaan atau kegembiraan sejati bagi pelaku kejahatan, sebab dia setiap saat melawan hati nuraninya sendiri.

Saudara-saudara terkasih, sekali lagi, tetaplah gembira dan bahagia, sebab kita dapat memilih untuk hidup dan kegembiraan dan kebahagiaan. Ingat, kegembiraan dan kebahagiaan kita tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan oleh kita sendiri karena Allah yang menjadi alasannya. Sekarang, berkat Tuhan mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasih-Nya. Selamat bergembira, selamat berbahagia! Amin.

Pdt. Dr. Jhon Kristo Naibaho- Ka. Litbang HKBP


Pustaka Digital