Renungan Harian HKBP | Evangelium | Minggu, 29 Juni 2025

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.

SETIA MENGIKUTI & MELAYANI TUHAN

1 RAJA-RAJA 19 : 15 – 21

[15] Firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. 

[16] Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.

[17] Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.

[18] Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.”

[19] Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. 

[20]Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: “Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.” Jawabnya kepadanya: “Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.” 

[21] Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya. 

Seorang Nabi di tengah-tengah bangsa Israel, dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, tidak lepas dari tantangan dan pergumulan. Kita tahu, tugas Nabi dalam Perjanjian Lama, adalah: memberitakan Firman Tuhan, menyampaikan pesan Tuhan, memberi peringatan atau teguran bila umat Israel jatuh ke dalam dosa dan menyerukan kepada mereka agar segera bertobat, termasuk memberitahukan hukuman Tuhan atas dosa yang mereka perbuat. Terkadang bangsa Israel tidak berkenan diingatkan akan dosa dan kejahatan yang mereka perbuat, sehingga memberi perlawanan kepada Nabi Allah. Demikianlah yang dialami Nabi Elia dalam nas khotbah hari ini. Hamba Tuhan atau pelayan Tuhan di masa kini pun hidupnya tidak lepas dari tantangan dan pergumulan karena menunaikan tugas pelayanan. Agar kita dapat memahami nas khotbah ini dengan baik, ada baiknya kita membaca pasal 18 dan pasal 19 dari kitab 1 Raja-raja ini. 

Saudara-saudara yang terkasih dalam Nama Yesus Kristus,…! Elia menghadapi tantangan dan pergumulan dalam menjalankan tugas pelayanannya, yaitu ancaman pembunuhan dari Izebel, hingga ia lari ke gunung Horeb untuk bersembunyi. Elia mengalami tekanan yang sangat berat, putus asa, depresi, hingga ia ingin mati saja. Di ayat 4 dari 1 Raja-raja 19 Elia sampai berkata: “Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku.” Mungkin Elia sangat kecewa kepada umat Israel. Elia sudah mengingatkan mereka agar tidak menyembah kepada ilah lain, yaitu Baal, tetapi umat Israel tidak mau berubah, mereka tidak mau bertobat. Elia merasa pelayanannya tidak berhasil membawa pertobatan umat Israel.

Hal lain yang membuat Elia tertekan, mungkin ia sangat lelah atau letih, karena ia seorang diri saja melawan nabi-nabi Baal (sebagaimana dikisahkan di pasal 18:20-46). Hal itu dengan jelas tertulis di 1 Raja-raja 18:40 dikatakan, Kata Elia kepada mereka: “Tangkaplah nabi-nabi Baal itu, seorang pun dari mereka tidak boleh luput.” Setelah ditangkap, Elia membawa mereka ke sungai Kison dan menyembelih mereka di sana. Seorang diri melawan 450 nabi Baal tentu sangat menguras tenaga. Bukan hanya itu, juga menguras pikiran dan emosi. Tentu hal itu pun membuat Elia tertekan.

Satu hal yang dapat kita perhatikan melalui nas khotbah ini, Elia tetap setia menjalankan tugas pelayanannya sesuai dengan perintah Tuhan, walaupun harus menghadapi tantangan dan pergumulan. Bahkan, Elia masih mengurapi Elisa menjadi Nabi atas suruhan Allah, untuk menjadi pembantunya dan juga menjadi penggantinya di kemudian hari. Sebelum sepenuhnya Elisa mengikuti Elia, terlebih dahulu ia memohon agar diijinkan lebih dahulu melihat kedua orangtuanya, ayah dan ibunya (ayat 20). Dalam hal ini, Elisa menyadari, tugas sebagai seorang Nabi adalah tugas yang sangat berat dan pasti akan berada jauh dari kedua orangtuanya; karena melayani sebagai seorang Nabi harus fokus melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang hamba Allah. Hal ini pun ditegaskan Tuhan Yesus di Injil Lukas 14:25-35, yang dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LASI) diberi judul: “Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus.” Terutama ayat 26 dari Lukas 14, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” 

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…! Melalui nas khotbah hari ini kita dapat merenungkan dua hal, yaitu: Pertama, Setiap hamba Tuhan harus betul-betul menyadari, dalam menjalankan tugas pelayanan tidak lepas dari tantangan dan pergumulan. Untuk itu kita tidak boleh hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri saja; kita harus senantiasa mengandalkan Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanan. Maka dari itu, mintalah pertolongan dan penyertaan Tuhan dalam setiap doa-doamu. Kedua, Tugas kita sebagai hamba Tuhan atau pelayan adalah, menjalankan tugas pelayanan dengan setia. Mengenai hasil atau buah dari pelayanan kita, mari kita serahkan kepada Tuhan. Hamba Tuhan sebaiknya tidak boleh terlalu kecewa, apalagi tertekan, bahkan depresi, bila merasa pelayanannya belum membuahkan hasil yang baik. Itu barangkali yang dimaksudkan Paulus di 1 Korintus 3:6 “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” Mengenai hasil, itu adalah urusan Tuhan. Namun kita harus tetap menyerahkan kepada Tuhan melalui doa-doa kita, supaya Tuhan memberi hasil atau pertumbuhan yang baik dari pelayanan kita. Amin.


Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk berkat-Mu hari ini, yang boleh kami terima dan rasakan. Terimakasih untuk kesehatan, nafas kehidupan, yang senantiasa Tuhan anugerahkan dalam hidup kami. Kami bersyukur untuk Firman-Mu yang telah menyapa kami pada pagi hari ini. Kiranya Tuhan memeteraikannya di dalam hati kami pribadi lepas pribadi, dan kiranya Tuhan memberikan kepada kami kami kemampuan dan kekuatan untuk melakukan firman-Mu dalam kehidupan kami sehari-hari. Dalam nama Putra-Mu Yang Tunggal, Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.


Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP

Pustaka Digital