Renungan Harian HKBP | Rabu, 25 Juni 2025
Doa Pembuka: Ya Allah Bapa yang Maha kasih, kami mensyukuri anugerah kehidupan yang Engkau masih berikan kepada kami hingga hari ini. Kami menyadari bahwa kami adalah ciptaan yang lemah, karena itu kami mau memberikan diri diajar dan dibentuk oleh-Mu ya Tuhan. Ajari dan mampukan kami ya Tuhan untuk dapat menghidupi karunia kehidupan yang telah kami terima itu dalam ketaatan kepada-Mu. Dalam Kristus, kami berdoa dan berseru kepada-Mu. Amin.
Bapak, ibu, dan saudara sekalian, Firman Tuhan yang menyapa kita pada hari ini tertulis dalam
Mazmur 117:2
“Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!”
Bapak, ibu, dan saudara sekalian yang terkasih, Mazmur 117 mungkin adalah mazmur terpendek dalam Alkitab karena hanya terdiri dari dua ayat, namun setiap katanya sarat makna dan kekuatan rohani. Ayat kedua ini menyatakan dua kebenaran besar tentang karakter Tuhan yang menjadi dasar bagi iman dan pengharapan kita: kasih-Nya yang hebat atas kita dan kesetiaan-Nya yang kekal.
Pemazmur menyatakan bahwa kasih Tuhan hebat atas kita. Dalam bahasa aslinya, kata "kasih" di sini berasal dari kata "חֶסֶד" (chesed), yang berarti kasih setia, penuh belas kasih, loyal, dan tak tergoyahkan. Kata ini mencerminkan kasih Tuhan yang tidak bersifat emosional semata, tetapi merupakan keputusan ilahi untuk mengikat diri dengan umat-Nya melalui perjanjian. Tuhan tidak hanya mengasihi dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata: melindungi, menyelamatkan, dan memulihkan umat-Nya.
Kasih ini bukan berdasarkan prestasi kita, bukan karena kita layak menerimanya, tetapi murni karena Tuhan memilih untuk mengasihi. Kasih Tuhan tidak seperti kasih manusia yang bisa berubah karena suasana hati atau keadaan. Kata "hebat" dalam teks ini berasal dari kata Ibrani "גָּבַר" (gābar), yang berarti kuat, berkuasa, atau mengatasi. Artinya, kasih Tuhan tidak hanya hadir, tetapi mengalahkan segala sesuatu, mengalahkan dosa, ketakutan, kegagalan, bahkan maut. Kasih-Nya luas, dalam, dan penuh kuasa untuk memulihkan, mengampuni, dan menguatkan.
Dalam kehidupan sehari-hari, bapak, ibu, dan saudara sekalian, kita sering merasa tidak layak, gagal, atau bahkan jauh dari Tuhan. Namun, Mazmur ini mengingatkan bahwa kasih Tuhan tidak pernah surut. Ketika kita merasa lemah, kasih-Nya yang hebat tetap menopang kita. Ketika kita menghadapi badai hidup, kasih-Nya menjadi jangkar yang teguh. Kita tidak pernah sendiri karena kasih Tuhan melingkupi kita setiap saat.
Selain itu, pemazmur juga menyatakan bahwa kesetiaan Tuhan adalah untuk selama-lamanya. Dalam bahasa Ibrani, kata setia "אֱמֶת" (’emet) berarti kebenaran, keteguhan, atau dapat dipercaya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah Allah yang tidak berubah, yang setia pada janji-Nya, dan tidak pernah gagal menepati firman-Nya. Selain itu, frasa “untuk selama-lamanya” menekankan bahwa kesetiaan Tuhan tidak mengenal batas waktu. Ia tidak tergantung pada musim kehidupan atau respons manusia. Kesetiaan-Nya kekal, dari generasi ke generasi. Bahkan saat kita tidak setia, Dia tetap setia (2 Timotius 2:13).
Bapak, ibu, dan saudara sekalian, dunia di sekitar kita terus berubah, kita tidak memiliki kepastian dalam hal apapun di dunia ini. Janji manusia bisa dilanggar, harapan bisa pupus, dan rencana bisa gagal. Namun Tuhan kita tidaklah demikian. Ia setia dalam semua janji-Nya dan tidak pernah lalai menepati firman-Nya.
Oleh karena itu kita sangatlah beruntung sebab kesetiaan Tuhan dapat menjadi landasan yang kokoh bagi hidup orang percaya. Kita dapat mempercayakan masa depan kita, pergumulan kita, dan bahkan kelemahan kita kepada-Nya, karena kita tahu bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan atau membiarkan kita.
Kedua kata: chesed (kasih setia) dan ’emet (kesetiaan) sering dipadankan dalam kitab Mazmur untuk menggambarkan karakter Tuhan yang penuh anugerah. Oleh karena itulah pemazmur mengakhiri ayat ini dengan seruan pujian: “Haleluya!”, sebuah kata Ibrani yang berarti “Pujilah TUHAN!”. Respon ini adalah respon yang wajar dari hati yang mengalami kasih dan kesetiaan Tuhan. Kira-Nya respon ini juga menjadi respon yang sama dalam diri kita ketika kita telah mengetahui bahwa kita memiliki Tuhan yang setia dan tidak pernah meninggalkan kita. Amin.
Doa Penutup: Bapa terima kasih atas firman-Mu bagi kami hari ini. Kami bersyukur atas kasih-Mu yang hebat dan kesetiaan-Mu yang kekal bagi kami umat-Mu yang sering kali tidak setia ini.. Di tengah dunia yang berubah, Engkau adalah satu-satunya yang tidak berubah. Karena itu kami memohon kepada-Mu ya Tuhan untuk membentuk diri kami hidup dalam kesadaran akan kebaikan-Mu setiap hari. Di dalam nama Anak-Mu yang kudus, kami telah berdoa dan bersyukur kepada-Mu. Amin.
Pdt. Cintya C. Pardede, M.Th- Pendeta Fungsional di Biro TIK HKBP