ARTIKEL dan RENUNGAN
Renungan Harian Marturia HKBP | Jumat, 11 April 2025
Doa Pembuka: Kita berdoa! Allah Bapa kami yang bertahta tinggi dalam kerajaan Surga, terima kasih atas berkat yang Tuhan berikan kepada kami, sebentar kami akan mendengarkan firman Tuhan berkati hati dan pikiran kami. Amin.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang Kekasih Firman Tuhan Jumat, 11 April 2025 tertulis dari
Efesus 4 : 26
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang kekasih, Marah adalah cara manusia untuk mengekspresikan apa yang dirasakan. Kemarahan adalah dampak dari perasaan yang sedang tidak baik-baik saja, marah bisa saja membawa kita dalam dosa, jika itu menimbulkan suatu kebencian, dendam atau bahkan kekerasan (baik verbal, ataupun fisik) yang sangat bertentangan dengan ajaran Kristus Yesus.
Dalam nas ini, Paulus mensiratkan bahwasanya jika kita marah, tetapi “jangan sampai berbuat dosa”, artinya Paulus menghendaki Pengikut Kristus/ Orang-orang Kristen memiliki pengendalian diri disaat kita marah. Bukan berarti Paulus mengatakan bahwasanya Orang Kristen itu tidak boleh marah. Namun Pengendalian diri adalah tanda bahwasanya Orang Kristen akan tetap bisa menyampaikan kemarahannya tanpa adanya dosa.
Marah adalah natural ataupun alamiah, tanpa kita sadari ada diantara kita yang memiliki kebiasaan untuk memendam amarah itu. Dengan dalil karena sudah tidak bisa disampaikan. Namun hal inilah yang menjadi pintu gerbang dosa itu sendiri, membuat kita menjadi manusia yang memendam dan menjadi pendendam. Oleh karena itu kita harus memiliki pengendalian rohani disaat marah.
Lalu bagaimana cara kita mengendalikan amarah tersebut? Jawabannya sudah disampaikan Paulus, “janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”. Artinya, adanya bentuk penyelesaian permasalahan (konflik) yang telah terjadi.
Menyelesaikan sesegera mungkin amarah tanpa dosa di dalam hati. Hal ini adalah tantangan bagaimana kita dibentuk untuk menjadi manusia yang tidak mau menyimpan dendam, dan berani berdamai walau hal ini sangatlah sulit.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang kekasih, nas ini menyadarkan dan mengajarkan kepada kita, perlunya kedisiplinan Iman, adanya pengakuan dosa, dan pengampunan. Baik itu untuk diri sendiri, dan juga sekeliling kita. Kedisiplinan Iman, menandakan adanya relasi yang kuat antara kita dengan Tuhan, menandakan bahwa hubungan yang sehat dengan sesama manusia.
Oleh karena itu kita terpanggil untuk dapat menguasai diri, bahkan dalam keadaan marah sekalipun. Tidak ada lagi alasan bagi kita untuk melakukan dosa disaat marah, yang terjadi adalah Disiplin Iman. Penguasaan diri yang berlandaskan Disiplin Iman, membuat hati kita akan selalu tentram damai. Karena marah yang berbuat dosa, telah kalah oleh Kasih Kristus. Amen
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa yang kami kenal di dalam Yesus terima kasih atas Firman Tuhan pada hari ini yang telah mengajarkan mengingatkan dan memulihkan. Marah adalah sifat manusia, tapi itu bukan lagi menjadi alasan kami untuk tetap berbuat dosa. Sekarang kami sudah semakin mengerti bagaimana seharusnya ketika kami marah. Ajari kami Tuhan agar kami selalu dapat disiplin Iman, dan setia kepada FirmanMu dan kuatkan kami untuk melakukannya, sertai pekerjaan kami, di dalam Yesus kami telah berdoa. Amin.
C.Pdt. Josua Hutabarat, S.Th- LPP II di Biro Kategorial Ama dan Lansia HKBP