Renungan Harian Marturia HKBP | Kamis, 10 April 2025
Doa Pembuka: Bapa kami yang di Surga, Bapa yang Maha Kasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, kami datang ke hadirat-Mu dengan hati yang penuh syukur. Kami percaya bahwa setiap nafas yang kami hirup adalah anugerah dari-Mu. Saat ini, ketika kami merenungkan firman-Mu, biarlah Roh Kudus bekerja di dalam hati kami, sehingga kami mengerti, merasakan, dan mengalami kebenaran-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Mazmur 105 : 8
“Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, Firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan.”
Saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus. Pernahkah Anda merasa dilupakan? Dilupakan oleh orang yang Anda percayai, atau bahkan merasa seolah-olah dilupakan oleh Tuhan sendiri? Rasa itu menyesakkan. Seperti berjalan dalam keramaian tapi merasa tak terlihat. Seperti berbicara, tapi tak ada yang mendengar. Hati mulai bertanya: “Apakah aku tidak cukup penting? Apakah aku sendirian?” Dalam perasaan seperti itu, Mazmur 105:8 datang seperti cahaya di tengah gelap, mengatakan: ”Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya”. Bukan untuk seminggu. Bukan sampai kita gagal. Tapi selama-lamanya. Itulah perbedaan Allah dengan manusia, kita mudah lupa, kita berubah-ubah, tetapi Allah tidak pernah lupa. Ia tidak pernah ingkar dan Ia tidak pernah membatalkan janji-Nya. Ketika Abraham menunggu anak yang dijanjikan, Tuhan ingat. Ketika Israel menderita di Mesir, Tuhan ingat. Ketika mereka bersungut-sungut dan jatuh dalam dosa, Tuhan tetap mengingat. Perjanjian Allah bukan sekadar kontrak formal. Itu adalah ikatan kasih dari Allah yang kekal kepada umat-Nya dan yang lebih menakjubkan lagi: Perjanjian ini tidak tergantung pada kesetiaan manusia, tapi berdiri di atas kesetiaan dan kasih Allah sendiri.
Saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus. Kata “seribu angkatan” dalam ayat ini bukan angka harfiah, melainkan itu adalah cara umat-Nya pada saat itu mengatakan: selama-lamanya, tak terbatas. Janji Allah tak habis dimakan waktu, tidak bisa lapuk oleh generasi dan tidak tergerus oleh kegagalan manusia. Puncak dari janji itu adalah Yesus Kristus. Salib bukan hanya bukti kasih, tapi juga bukti bahwa Allah mengingat perjanjian-Nya. Ia tidak menginginkan manusia binasa karena dosa, jadi Ia sendiri turun, menebus, dan menggenapi janji-Nya. Itulah Allah kita, Allah yang tetap mengingat, bahkan ketika kita lupa; yang tetap setia, bahkan saat kita goyah. Di dunia yang cepat berubah, penuh janji palsu dan kesetiaan yang dangkal, hanya Allah yang konsisten.
Saudara-saudara terkasih dalam Yesus Kristus. Mungkin hari ini engkau sedang berjalan dalam lorong kehidupan yang terasa hening dan sepi, di mana doa-doamu hanya menggema kembali tanpa jawaban. Harapanmu mulai redup. Tetapi dengarlah: Allah tidak lupa. Ia tidak melupakan tangismu. Ia tidak mengabaikan langkah-langkah beratmu. Ia ingat siapa engkau dan Ia ingat janji-Nya atas hidupmu. Kita boleh lelah, kita boleh gagal, tetapi satu hal pasti: Allah tetap mengingat, Allah tetap bekerja, Allah tetap mengasihi. Amin.
Doa Penutup: Bapa yang penuh kasih, terima kasih untuk firman-Mu yang mengingatkan kami bahwa Engkau adalah Allah yang tidak pernah lupa. Di tengah kelupaan kami, Engkau tetap mengingat. Ketika dunia berubah, Engkau tetap sama. Ajarlah kami untuk bersandar pada janji-Mu, bukan pada perasaan kami. Teguhkan iman kami, agar kami tetap berjalan dalam terang kasih-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
C.Pdt. Johannes Sibarani, S.Th
LPP II di Biro Ibadah Musik HKBP