Tarutung (31/7) – Sebanyak dua belas misionaris Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang baru saja menyelesaikan tugas pelayanan di Afrika berkumpul di Gedung Oval Kantor Pusat HKBP di Tarutung pada Rabu, 31 Juli. Pertemuan yang dimulai pukul 14.00 WIB ini menjadi momen penting untuk refleksi, evaluasi, dan diskusi setelah mereka mengemban tugas di Rwanda, Tanzania, dan Botswana selama lebih dari setahun.
Para misionaris disambut hangat oleh Sekretaris Jenderal HKBP Pdt. Rikson Hutahaean, M.Th dan Kepala Departemen Marturia, Pdt. Bernard Manik, M.Th., serta Biro Jemaat HKBP, Pdt. Eden Siahaan, S.Th., M.M. Para Misionaris yang hadir, yakni: Pdt. Harry B. Gultom, Pdt. Maleakhi Togatorop, Pdt. Tio Nadaria Sibarani, Pdt. Sri Suryani, Pdt. Syaiful Siburian, Pdt. Johanna Silaban, Pdt. Roberto Silitonga, Pdt. Hanna Sihombing, Pdt. Ian Renata Panjaitan, Pdt. Willi Tampubolon, Pdt. Rahmat Agape, dan Pdt. Bonita Sitorus.
Dalam pertemuan tersebut, para misionaris berbagi pengalaman mereka, termasuk tantangan menghadapi perbedaan bahasa, budaya, dan tradisi. Salah satu hal yang turut menjadi catatan mereka adalah penggunaan jubah berwarna putih dan perbedaan tata cara ibadah Minggu di Botswana, yang berbeda dengan tradisi HKBP. Meskipun demikian, mereka melaporkan bahwa kehadiran mereka disambut baik dan berhasil menambah jumlah jemaat di lokasi pelayanan.
Sekretaris Jenderal HKBP dan Kepala Departemen Marturia menyampaikan apresiasi mendalam atas pengabdian para misionaris. “Selamat datang kembali di rumah,” ujar Sekjen HKBP, yang kemudian melanjutkan dengan menyampaikan beberapa catatan evaluasi. Catatan ini berfokus pada perbedaan-perbedaan praktik ibadah yang ditemukan, seperti yang terjadi di Botswana.
Pimpinan HKBP berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap metode dan praktik pengutusan misionaris di masa depan. Hal ini bertujuan untuk memastikan setiap pengutusan berjalan efektif dan sejalan dengan visi gereja, sambil memperkuat identitas dan nilai-nilai tradisi HKBP di tengah medan pelayanan yang beragam di dunia pekabaran injil. “Pengutusan misionaris bukanlah program sesaat, melainkan bagian dari visi jangka panjang gereja,” pungkas Sekjen, menegaskan komitmen HKBP terhadap misi pekabaran Injil.
Kepala Departemen Marturia, Pdt. Bernard Manik, juga menekankan pentingnya menjaga esensi panggilan. “Kita perlu terus-menerus kembali pada esensi panggilan kita,” katanya. “Menjadi pendeta bukan hanya tentang jabatan, tapi tentang melayani dengan sepenuh hati, dengan tradisi dan nilai-nilai yang telah diwariskan kepada kita.”
Pertemuan ini menjadi langkah penting bagi HKBP untuk terus menyempurnakan strategi misioner mereka, memastikan bahwa setiap pelayan yang diutus tetap teguh pada identitas gereja sambil berhasil menjangkau jemaat di berbagai belahan dunia.