Minggu (12/5), Kepala Departemen
Marturia HKBP mengujungi jemaat HKBP Marturia Ressort Lintongnihuta I Distrik
XVI Humbang Habinsaran. HKBP Marturia ini terletak ditepi jalan lintas
Lintongnihuta (pasar lama), di depan gereja HKBP Marturia ini terlihat pemandangan
sawah yang indah. Lokasi gereja HKBP Marturia ini memang saat ini sudah layak
untuk diperlebar lahannya, sebab ibadah minggu, jemaat sudah ada yang duduk di
luar, begitu juga dengan pekarangan parkir yang masih tegolong cukup untuk
kendaraan roda dua dan roda empat. Saat ini HKBP Marturia dilayani oleh Ibu
Pdt. Raya Siagian. Jemaat HKBP Marturia ini memiliki pekerjaan sebagai petani
dilahan sendiri, seperti petani padi, kopi dan lain-lain.
Pada kesempatan kali ini, ibu
kadep melayani ibadah minggu di HKBP Marturia yang masuk pada pukul 10.00 Wib.
Di dalam ibadah, ada beberapa persektuan yang mempersembahkan lagu pujian
kepada Tuhan, diantaranya: persekutuan generasi muda, persekutuan ibu,
persekutuan bapak. Warta jemaat masih, dibacakan oleh salah seorang sintua dari
mimbar tanpa fotocopy yang biasanya
dapat dimiliki oleh jemaat. Satu lagi kekhususan jemaat ini masih menggunakan
papan tulis untuk nomor nnyanyian, epistel dan evanggelium setiap minggunya.
Dalam khotbah ibu kadep menjelaskan Ezra 6:13-18, Pentingkah ibadah? Suatu pertanyaan yang Perlu kita renungkan.
Bila jawabanya Penting beribadah Karna itu Dan Sebaliknya jika itu tidak
berdampak pada terhadap kehidupan apalagi untuk konteks sekarang Ini, banyak orang beribadah tetapi tidak membawa
perubahan yang signifikan terhadap sekitarnya. Melalui nas Ini menolong kita
Semua melihat bagaimana mereka (bangsa Israel) membutuhkan tempat peribadahan
untuk Menuju kebesaran Tuhan Allah yang melambaikan mereka dari pembuangan
Babel. Ester seorang Imam tapi Ada yang
menurut nabi yang memimpin rombongan kedua orang-orang buangan yang kembali ke
Babel ke Yerusalem pada thn 459 – 458 SM dengan Surat tugas dari Raja
Artahsasta, Raja Koresh dan raja Darius. Mereka adalah Raja Persia. Dalam nas
Ini dijelaskan Bagaimana juga kepercayaan 3 Raja itu bersama para tua-tua orang
Yehudi membangun rumah ibadah termasuk pesan nabi Hagai Dan nabi Zakaria.
Setelah rumah ibadah itu selesai dibandingkan maka dilakukanlah
penyerahan/penahbisan rumah Tuhan dengan sukacita(ayt 16) oleh orang Israel,
para Imam, orang-orang lewi Dan orang-orang asing yang pulang dari Babel.
Kehiduan penahbisan itu terjadi. Mereka mempersembahkan lembu jantan 100 Ekor
(ayt 17) setelah itu diangkat imam Dan orang Lewi menjadi pelayan di rumah ibadah
Di Yerusalem.
Apakah yang dapat kita maknai
dari nas ini?
1. Kebutuhan rumah Ibadah sebagai
tempat penyembahan kepada Tuhan Allah.
2. Keterlibatan banyak pihak
untuk membangun
3.Mempersiapkan pelayan untuk
melayani dirumah ibadah.
Pokok ini dapat kita refleksikan
bersama-sama,
1.Kebutuhan rumah ibadah
Pada umumnya orang Kristen berusaha membangun rumah ibadah
begitu megah. Pembangunannya bernostalgia Milyaran. Mungkin Ada yang sampai
meminjam. Sepertinya Sudah menjadi budaya dimana-mana, termasuk di gereja HKBP.
namun 1 pertanyaan yang Perlu direnungkan, Apakah rumah ibadah yang dimana
megahnya Sudah menjadi Kebutuhan atau keinginan daging kita samakah? Rumah
ibadah adalah Kebutuhan Karena disitulah kita bersekutu dengan Tuhan dalam
nyanyian, Doa, memberi persembahan Dan mendengarkan Firman Tuhan. Bukan Betapa
besar biaya pembangunan rumah ibadah tetapi fungsi rumah ibadah itu benar-benar
berguna untuk keimanan umat.
2. Keterlibatan banyak pihak
untuk membangun.
Pembangunan gereja pada umumnya
untuk masyarakat Lokal tidak banyak telibat dari unsur Luar apalagi pemerintah.
Jemaat itu bahu membahu dengan Berbagai
Cara untuk mengumpulkan dana pembangunan. Semangat jemaat Sangat Luar biasa.
Namun ada Saja dijemaat dijumpai tidak mampu membangun dengan sendirinya.
Sebagaimana nas Ini menjelaskan bangsa Israel dari pembuangan Babel Namun
disediakan rumah ibadah yang dibangun bersama-sama dari unsur pemerintah, para tua-tua Yahudi
Dan nabi pada zaman itu adalah kita bisa mencontoi apa yang dilakukan mereka
yakni melibatkan banyak pihak untuk membangun rumah ibadah? Sulit sekali hal
ini bisa diwujudkan, apalagi berada didaerah kemajemukan/Pluralism. Bahkan yang
terjadi pelarangan mendirikan rumah
ibadah (gereja) dengan tidak memberi
izin. Alasannya mengganggu Warga
masyarakat. Bisa kita lihat di
SKB 2 menteri (menteri agama Dan menteri dalam negri). Salah satu syarat yakni
dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh
lurah/kepala desa. Sampai SKB2 Menteri telah terjadi dalam tubuh gereja. HKBP
ciketing, HKBP Pondok Kalapa, HKBP filadelfia. Mereka tidak diberitahu izin
untuk membangun/memakai gereja yang Sudah mereka milikMu. Marilah kita memberi
perhatian Dan Doa agar mereka merasakan kebenaran beribadah.
3.Mempersiapkan Pelayan
Syarat berdiri gereja harus Ada
pelayan yang dipersiapkan. berdasarkan almanaK HKBP 2015 bahwa jumlah jemaat
/gereja sebanyak 3320, Sementara jumlah pelayan 2754. Jadi dapat disimpulkan
Masih Kurang para pelayan. HKBP masih membutuhkan para pelayan. Bukan hanya
berbicara jumlah pelayan tetapi dibutuhkan pelayan yang berkualitas sehingga
pelayanan dapat berjalan dengan baik. Minggu Kantate mengajak kita untuk
beribadah sungguh-sungguh yang menggambarkan suatu nyanyikan baru ditujukan
kepada Tuhan.
Sebelum menjelaskan khotbah, ibu kadep
memperkenalkan diri, tenyata sebelumnya ibu kadep pernah melayani di HKBP
Lintongnihuta tahun 1992. Setelah ibadah selesai, jemaat dan parhalado
memebrikan salam sekalian mengenang kembali sejarah ditahun 1992, ibu kadep pendeta
praktek di HKBP Lintongnihuta sabungan ada banyak kisah yang terukir dengan
jemaat dan parhalado. Kenangan itu juga masih dapat diingat dengan jelas, bahwa
ada beberapa jemaat bahkan parhalado yang mengingat hal itu dengan jelas. Rasa
sukacita semakin bertambah karena ada diantara jemaat yang mengatakan sewaktu
ibadah selesai, bahwa dulu ia masih anak sekolah minggu inang kadep, ada juga
yang mengatakan bahwa dulu sintua ini masih tiga tahun jadi sintua di HKBP
Lintongnihuta. Canda tawa semakin pecah akibat cerita itu kembali dikenang
sewaktu melakukan salaman sehabis pulang gereja. Setelah melakukan salamanm,
rombongan ibu kadep dijamu makan bersama di kantor gereja HKBP Marturia.
Sewaktu makan bersama, terjalin diskusi ringan bersama dengan parhalado, tanpa
disangka-sangka akan kembali ketemu dengan ibu Pdt. Anna Pangaribuan semenjak
27 tahun yang lalu. Kiranya melalui pelayanan ibu kadep membangun semangat dan
kerajinan jemaat HKBP Marturia untuk berkantate, secara khusus di HKBP Marturia
ini yang mempunyai makna untuk bersaksi akan kabar baik. (JLS)