Pandemi Covid-19 sudah satu tahun kita lalui, dan belum ada
tanda-tanda bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Kita semakin adaptif
terhadap kebiasaan-kebiasaan baru yang dituntut oleh pandemi ini: menggunakan
masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan sebagainya. Satu hal yang
menggelisahkan, meskipun pandemi Covid-19 belum berakhir, para ilmuwan sudah
mengingatkan bahwa pandemi-pandemi lain akan sangat mungkin terjadi di waktu
yang akan datang.
Sebagaimana kita ketahui pandemi
Covid-19 telah sangat berdampak ke seluruh aspek kehidupan di dunia. Covid-19
jelas berdampak buruk terhadap kesehatan manusia yang sampai saat ini mencapai 121 juta kasus di seluruh dunia dan 1,43 juta kasus
di Indonesia. Di samping masalah kesehatan, Covid-19 berdampak buruk juga
terhadap aspek ekonomi masyarakat di berbagai tingkatan. Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi rumah tangga di Indonesia telah
diteliti oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Agustus 2020 yang
lalu. Hasil survei LIPI menunjukkan pandemi Covid-19 berdampak langsung
terhadap ekonomi rumah tangga. Banyak yang mengalami keterpurukan, baik Rumah
Tangga Usaha maupun Rumah Tangga Pekerja, keduanya memanfaatkan keberadaan
tabungan, aset, dan atau pinjaman kerabat (utang)
untuk bisa survive.
Lalu
bagaimana dampak Covid-19 bagi mental-spiritual masyarakat, secara
khusus warga jemaat HKBP, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia bahkan luar negeri? Bagaimana umat secara umum bertarung menghadapi
Covid-19? Bagaimana umat melalui kesedihan yang mendalam akibat kematian
anggota keluarga yang terkena Covid-19? Bagaimana umat meratap tatkala dibatasi
protokol penguburan Covid-19 saat melepas korban ke tempat peristirahatan
sementara? Bagaimana saat-saat kritis berjuang menghadapi Covid-19 dalam
kesendirian isolasi? Bagaimana pandemi Covid-19 memorak-porandakan program
pelayanan di huria dan himbauan #stayathome dari pemerintah yang harus
ditaati? Bagaimana iman umat tetap kokoh di tengah badai pandemi Covid-19 yang
sampai kini belum teratasi? Bagaimana gereja
beradaptasi?
Ada banyak sekali pertanyaan yang dapat
muncul dan menantikan jawaban. Untuk itu, Balitbang melalui program penulisan
buku Refleksi Teologis terkini (Covid-19), ingin memunculkan beberapa
pertanyaan dan sejumlah jawaban. Tentunya tidak semua pertanyaan dapat
dimunculkan melalui penulisan buku ini dan tidak semua jawaban dapat
ditampilkan pula. Namun yang ingin dihadirkan adalah bagaimana HKBP, yang
diwakili oleh beberapa penulis, mempersaksikan dan merefleksikan pengalaman mereka
bersama Allah di tengah pandemi Covid-19. Di sinilah urgensi dan relevansinya
penulisan buku refleksi ini.
Penelitian tentang pandemi covid-19
menjadi salah satu program prioritas Balitbang di tahun 2021 ini karena
keterkaitannya yang masih erat dengan tugas utama Balitbang HKBP. Dalam Aturan Peraturan (AP) HKBP 2002 Amandemen Ketiga poin ketiga
disebutkan, bahwa Balitbang harus mencermati
perkembangan IPTEK, Politik, Ekonomi, Sosbud, dan dampaknya terhadap gereja.
Inilah yang menjadi dasar Balitbang dalam mencermati pandemi Covid-19.
Anda tergerak untuk menuliskan pengalaman dan refleksi dalam
buku ini? Bila Anda berminat, silahkan mendaftar atau hubungi Balitbang HKBP.
Melalui tulisan Anda tersebut, bukan tidak mungkin para pembaca mendapat pengalaman spiritual yang meneguhkan iman orang Kristen secara umum, umat HKBP secara khusus, serta HKBP secara
institusi. Melalui pengalaman dan
refleksi yang Anda bagikan, tulisan Anda dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Tulisan-tulisan ini kita harapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran yang
konstruktif dan inspiratif dari HKBP. Selamat menulis!
(JKN/FH)