Doa dan Tuntutan: Jemaat HKBP Aksi di Tugu Proklamasi, Tuntut Penutupan TPL

Dokumentasi Foto

YouTube video

JAKARTA (18/8) – Ribuan jemaat, simpatisan dan aktifis gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dari empat distrik di Jabodetabek (Jakarta, Bekasi, Depok-Bogor, dan Tangerang-Banten) menggelar aksi doa bersama dan orasi di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, pada Senin, 18 Agustus 2025. Kegiatan bertajuk “Doa Bersama Merawat Alam Tano Batak & Danau Toba” ini menjadi seruan lantang untuk menolak perusakan lingkungan dan menuntut penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Aksi yang dipimpin langsung oleh Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, ini diawali dengan long march dari Gedung Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) di Salemba menuju Tugu Proklamasi. Selain Ephorus, hadir pula Pdt. Henri Napitupulu (Praeses HKBP Distrik XIX Bekasi), Pdt. Oloan Nainggolan (Praeses Distrik VIII DKI Jakarta), Pdt. Sumihar Sinaga (Praeses HKBP Distrik XXI Banten), dan Pdt. Ridoi Batubara (Praeses HKBP Distrik XXVIII Deboskab (Depok-Bogor-Kabupaten)).

 

TPL Dituding Merampas Tanah Adat dan Merusak Lingkungan

Dalam pernyataan persnya, Ephorus HKBP Pdt. Victor Tinambunan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk keprihatinan dan kecintaan gereja terhadap kelestarian lingkungan, khususnya di Tanah Batak. Ia menyoroti kondisi ekologi yang semakin memprihatinkan, di mana luasan hutan berkurang drastis dan Danau Toba tercemar.

Fokus utama tuntutan jemaat adalah penutupan PT TPL. Perusahaan tersebut dinilai telah menyebabkan konflik berkepanjangan dengan masyarakat adat di sekitar Danau Toba. Jemaat HKBP menuding operasional TPL telah merampas tanah adat dan berdampak buruk terhadap lingkungan, termasuk terjadinya kerusakan ekosistem dan terganggunya kehidupan masyarakat.

Pdt. Tinambunan menegaskan, “Sebagai bagian dari arak-arakan dalam menjaga serta merawat Lingkungan Hidup, HKBP terus bergerak untuk menyuarakan dan menyerukan tolak perusak lingkungan.”

Menurutnya, lingkungan adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan. Aksi ini menjadi pengingat bagi pemerintah dan semua pihak bahwa krisis ekologi di kawasan Danau Toba harus segera diatasi.

Aksi damai yang dibalut dalam ibadah ini diakhiri dengan harapan agar pemerintah pusat mendengarkan seruan jemaat HKBP. “Kami berdoa agar pemerintah RI mendengar seruan ini agar kawasan Danau Toba terhindar dari pencemaran dan kerusakan lingkungan,” tutup Pdt. Tinambunan.

Scroll to Top