Ephorus HKBP Serukan Kerukunan dan Penegakan Hukum dalam Menyikapi Kasus Intoleransi

Tarutung (30/7) – Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pdt. Dr. Victor Tinambunan, M.S.T., pada 30 Juli mengeluarkan pernyataan tegas menanggapi kasus intoleransi yang belakangan viral di Padang dan (sebelumnya) Sukabumi. Beliau menekankan pentingnya kerukunan antarumat beragama sebagai kunci kemajuan bangsa, seraya menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut kepada jalur hukum. Hal ini disampaikan Ephorus melalui pesan Whatsapp kepada para awak media yang bertanya tentang situasi tersebut.

Pdt. Dr. Victor Tinambunan, M.S.T. mengungkapkan keprihatinannya atas energi bangsa yang terkuras akibat masalah intoleransi yang tak berkesudahan. “Salah satu penentu kemajuan satu bangsa adalah kerukunan antar umat yang berbeda agama, suku, pilihan politik dan lain-lain. Sayang sekali sudah begitu lama energi dan pikiran kita terkuras oleh masalah intoleransi,” ujarnya. Meskipun penyebab pasti masalah ini tidak jelas, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, M.S.T. mengajak masyarakat untuk secara sadar mengupayakan kerukunan demi kemajuan bersama.

Ephorus juga secara tegas menyoroti penggunaan agama sebagai alat politik. “Kita berharap tidak ada orang atau kelompok orang yang berusaha menggunakan agama sebagai agama sebagai kendaraan atau tunggangan politik. Dan sekiranya itu ada, ya kita pemeluk agama inilah yang harus tegas menolak agama digunakan sebagai kendaraan politik kepentingan sempit,” tegasnya.

Pdt. Dr. Victor Tinambunan, M.S.T. mengingatkan agar kasus-kasus intoleransi tidak mengalihkan perhatian dari masalah-masalah serius yang harus diperjuangkan bersama, seperti korupsi, narkoba, judi, perdagangan manusia, dan krisis lingkungan hidup.

Terkait penanganan kasus intoleransi, Ephorus menegaskan pentingnya penegakan hukum yang adil bagi para pelaku. “Supaya proses hukum yang adil diberlakukan kepada para pelaku sebagai efek jera. Kita maafkan mereka tetapi hukum tetap berjalan,” katanya. Beliau juga menyatakan dukungan penuh kepada pemerintah untuk mengatasi masalah ini agar tidak terulang di masa depan, demi kemajuan dan kehormatan bangsa di kancah internasional.

Sebelumnya, pada 29 Juli, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, M.S.T. telah mengisyaratkan sikapnya melalui dukungan terhadap pernyataan dan rencana Menteri Agama terkait penanganan kasus intoleransi. Menteri Agama berencana memperkenalkan kurikulum cinta kasih bagi santri, siswa, dan mahasiswa. Ephorus memandang inisiatif ini akan menanamkan semangat kebersamaan dan kemanusiaan, menciptakan harapan baru untuk masa depan yang lebih toleran di Indonesia. Hal ini disampaikannya saat bertemu dengan Pemred Majalah Narwastu, Jonro Munthe, di Jakarta. Dukungan Ephorus pada agenda pendidikan tersebut sejalan dengan pandangannya bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan dan kerukunan.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan Helmi Yahya pada 14 Juli, Ompu i Ephorus menanggapi peristiwa di Sukabumi dengan menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat bhinneka sejak awal. Beliau menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut kepada pihak berwajib, menegaskan bahwa ini adalah masalah hukum yang harus diserahkan kepada penegak hukum.

Scroll to Top