Doa Pembuka:
Damai sejahtera dari Allah Bapa, yang melampaui akal dan pengertianmu, itulah kiranya yang memelihara hati dan pikiranmu. Di dalam Yesus Kristus Tuhan. Amin.
Bapak/Ibu, saudara/i sekalian yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Firman Tuhan Epistel Minggu XXI Setelah Trinitatis hari ini tertulis dalam Imamat 19 : 9 – 18. Demikian Firman Tuhan:
Ay. 9) Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.
Ay. 10)Â Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kau petik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kau pungut, tetapi semuanya itu harus kau tinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
Ay. 11) Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.
Ay. 12) Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Ay. 13) Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kau tahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.
Ay. 14) Janganlah kau kutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.
Ay. 15)Â Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.
Ay. 16) Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.
Ay. 17) Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
Ay. 18) Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih Dalam Nama Tuhan, menjadi kudus, atau hidup mendekat pada kekudusan Allah memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, upaya mendekatkan diri pada Tuhan sering sekali terbentur dengan daging yang lemah ini. Bisa saja di suatu keadaan kita secara prinsip dan konsep kita akan mampu membatasi diri untuk tidak tergabung dalam situasi yang tidak disukai Tuhan, namun sering sekali juga hal-hal yang bertentangan tersebut berasal dari lingkungan terdekat, keluarga bahkan orang yang terkasih sekalipun. Sehingga memang sangat sulit untuk mencapai kekudusan sama seperti Allah yang kudus itu. Secara Teologis, karena kita tidak mampu menyucikan diri dari kotornya dampaknya dosa, maka Allah sendiri dengan perantara Kristus mengorbankan dirinya sebagai penebusan agar kita kudus sama seprti Allah di hari kedatangan Kristus. Tetapi secara moral, selama kita masih hidup di dunia, nats ini memberikan pengajaran yang sangat berharga, sehingga manusia tidak pasif (diam, berpasarah) tetapi (aktif) berupaya dengan iman, keteguhan, keseriusan, ketekunan untuk melakukan hukum Tuhan dalam muatan moral (Hukum 5-10) kasih terhadap sesama manusia sebagai bentuk tanggungjawab moral untuk hidup berdamai dengan ciptaanNya didalam keseimbangan dan kedamaian. Seperti jelas yang tertuang di dalam Nats Imamat ini bahwa, Imamat 19 ayat 9-18 berisi rangkaian hukum-hukum moral dan sosial yang diberikan Allah kepada bangsa Israel setelah perintah umum untuk menjadi kudus (“Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus,” Imamat 19:2). Bagian ini menekankan bahwa kekudusan (menjadi kudus) tidak hanya terbatas pada ritual ibadah, tetapi harus diwujudkan secara nyata dalam kasih dan keadilan dalam interaksi sehari-hari dengan sesama.
Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di Dalam Nama Tuhan, bentuk nyata didalam nats ini yang menjadi pedoman dalam melaksanakan perintah Tuhan dalam hidup sebagai makhluk yang memiliki moralitas didalam Iman adalah Tinggalkan Sisa Panen, orang Israel diperintahkan untuk tidak menuai habis hasil ladang dan kebun anggur mereka, tetapi meninggalkan sisanya (gleanings) bagi orang miskin dan orang asing (pendatang). Ini adalah bentuk konkret dari keadilan sosial dan kasih yang diperintahkan Allah. Itu menunjukkan bahwa hak milik pribadi harus diimbangi dengan tanggung jawab sosial. Orang miskin tidak diperlakukan sebagai pengemis, tetapi diberi kesempatan untuk bekerja memungut sisa. Hormat kepada kaum cacat, dilarang mengutuk orang tuli atau meletakkan batu sandungan di depan orang buta. Perintah ini melarang memanfaatkan atau merugikan orang yang secara fisik lemah dan tidak berdaya untuk membela diri atau menyadari bahaya. Intinya adalah menghormati martabat setiap orang. Melawan ketidakjujuran, dilarang mencuri, berbohong, menipu satu sama lain, atau bersumpah palsu demi nama Tuhan. Menekankan pentingnya integritas mutlak dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hubungan pribadi maupun bisnis. Memakai nama Allah untuk sumpah palsu adalah penghinaan terhadap kekudusan-Nya. Larangan penindasan, dilarang memeras atau merampas milik sesama. Khususnya, dilarang menahan upah pekerja harian semalaman, ini adalah perlindungan hukum bagi pekerja upahan yang bergantung pada upah harian mereka untuk hidup.
Menunda pembayaran sama dengan merampas hak mereka dan dapat menyebabkan penderitaan bagi keluarga mereka. Keadilan Hukum, Hakim dilarang berlaku tidak adil, memihak orang miskin, atau segan kepada orang kaya. Keadilan harus setara bagi semua orang, tanpa memandang status sosial. Keadilan Allah tidak mengenal pandang bulu. Fitnah dan Kesaksian Palsu, dilarang menyebarkan fitnah (gosip) atau bertindak yang membahayakan nyawa sesama. Larangan ini melindungi reputasi dan nyawa sesama. Berdiam diri atau memberikan kesaksian palsu yang menyebabkan kematian adalah dosa. Teguran dan Melawan Kebencian, dilarang membenci sesama dalam hati. Sebaliknya, harus menegur sesama secara terbuka agar tidak ikut menanggung dosa karena diam. Kekudusan menuntut kejujuran dan keterbukaan dalam hubungan. Kebencian tersembunyi dilarang; masalah harus diselesaikan melalui teguran yang jujur dan penuh kasih, bukan kebencian yang dipendam. Kasihilah Sesamamu Manusia, Dilarang menuntut balas atau menyimpan dendam. Puncaknya: “melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”Ayat ini adalah puncak dan ringkasan dari semua hukum sosial sebelumnya. Kasih kepada sesama adalah dorongan dan motif di balik semua tindakan keadilan dan kebajikan. Perintah ini diangkat dan ditegaskan kembali oleh Yesus sebagai hukum yang kedua dan utama (Matius 22:39). “Sesamamu” pada awalnya merujuk pada sesama bangsa Israel, namun dalam pemahaman Perjanjian Baru, diperluas maknanya untuk mencakup setiap orang (seperti dalam perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati).
Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di Dalam Nama Tuhan, Seluruh bagian Imamat 19:9-18 berfungsi sebagai penjelasan praktis tentang arti hidup kudus di hadapan Allah (Im. 19:2). Kekudusan yang sejati diwujudkan melalui keadilan, kejujuran, dan kasih dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama mereka yang lemah dan rentan. Setiap perintah diakhiri dengan peringatan “Akulah TUHAN” untuk menegaskan bahwa ketaatan didasarkan pada karakter Allah Yang Kudus dan adil, yang melihat setiap perbuatan, baik yang tersembunyi maupun yang nyata.
Doa Penutup:
Terima kasih Ya Tuhan Allah, untuk Firman-Mu yang telah kami dengar. Ajari kami untuk selalu bersyukur memiliki Engkau, ajarkan kami bahwa betapa bahagianya kami karena Engkau begitu mengasihi kami. Dengan bimbingan rohMu, kami akan melakukan Firman-Mu untuk kemuliaan nama-Mu. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan selamanya hanya kedalam tangan pengasihan-Mu. Di dalam Yesus Kristus Kami berdoa. Amin.
Pdt. Andar Panuturi Sitompul, S.Th.
Pendeta Fungsional di Biro Ibadah Musik HKBP



