Epistel Renungan Harian HKBP, Minggu III Setelah Trinitatis 6 Juli 2025

MENJADI CIPTAAN BARU

(Ep. YESAYA 66 : 10 – 14)

[10] Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!

[11] Supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas.

[12] Sebab beginilah firman Tuhan: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.

[13] Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.

[14] Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan Tuhan akan nyata kepada hamba-hamba-Nya dan amarah-Nya kepada muruh-muruh-Nya

Sebagaimana kita ketahui, kitab Yesaya dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu: Proto Yesaya – Yesaya Pertama (pasal 1 – 39), yaitu masa sebelum pembuangan; Deutro Yesaya – Yesaya Kedua (pasal 40 – 55), yaitu masa pembuangan (Babel); dan Trito Yesaya – Yesaya Ketiga (pasal 56 – 66), yaitu masa sesudah pembuangan. Berdasarkan pembagian tersebut, nas epistel ini (Yesaya 66:10-14) masuk ke bagian yang ketiga, yaitu Trito Yesaya, yaitu masa sesudah pembuangan. Sesudah terbuang ke Babel dan berada di sana selama 70 tahun, hidup mereka penuh dengan penderitaan karena mereka mengalami perbudakan. Sebagai bangsa yang diperbudak, tentu bangsa Israel tidak memiliki wibawa dan harga diri.

Bangsa Israel terbuang ke Babel adalah akibat dosa yang mereka perbuat, sehingga pembuangan Babel merupakan hukuman Tuhan kepada mereka. Namun Tuhan tidak tetap di dalam amarahNya. Pembuangan Babel hanya berlangsung 70 tahun, sesudah itu Israel kembali ke negerinya. Tentu peristiwa tersebut adalah sukacita dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Kini mereka bebas dari pembuangan, mereka kembali memiliki wibawa dan harga diri sebagai umat pilihan Tuhan.

Sesudah umat Israel kembali ke Babel, ternyata berbeda harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi. Ketika dalam perjalanan pulang ke Israel mereka mengharapkan akan ada kondisi hidup yang lebih baik, karena mereka sudah bebas dari perbudakan. Tetapi kenyataan yang mereka hadapi tidak demikian. Sesudah bangsa itu tiba di Israel, mereka menemukan kenyataan bahwa bangunan di kota-kota mereka telah hancur, tinggal puing-puing, termasuk Bait Suci yang ada di kota Yerusalem. Pada hal ketika berada di Babel, siang dan malam mereka merindukan dapat beribadah di Bait Suci yang ada di Yerusalem. Lahan-lahan pertanian mereka juga dalam keadaan terlantar karena tidak ada yang mengerjakan dan mengolahnya selama masa pembuangan Babel. Bangunan-bangunan mereka hancur disebabkan penghancuran oleh Babel di waktu yang lalu ketika mereka memasuki negeri Israel dan membawa Sebagian orang Israel sebagai buangan ke Babel. Melihat kenyataan tersebut ada yang bersedih hati, bermuram durja, bahkan ada yang stress, frustasi, hingga ada yang bunuh diri. Mereka merasa tidak ada harapan akan masa depan yang lebih baik.

Dalam situasi dan kondisi demikian, Firman Tuhan kepada mereka: “Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!” (ayat 10). Artinya, umat Israel akan menerima dan merasakan berkat dan rahmat Tuhan. Hal itu sudah dikumandangkan pada pasal 61:1-11. Dalam hal ini akan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik; penghiburan bagi orang yang berkabung, mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian mengganti semangat yang pudar (61:2-3).

Perubahan hidup ke arah yang lebih baik hanya bisa terjadi bila mereka dekat dengan Tuhan, bila mereka dalam persekutuan dengan Tuhan. Tentu hal ini pun dapat terjadi dalam kehidupan umat Tuhan pada masa kini. Maka dari itu, seberat apa pun kesulitan dan pergumulan yang kita hadapi, hendaknya jangan membuat kita putus asa dan tertekan, jangan membuat kita jauh dari Tuhan. Bahkan dikatakan, umat Israel akan menerima dan merasakan berkat-berkat Tuhan, yang dapat membuat mereka bersukacita dan berbahagia. Seperti halnya seorang bayi yang menikmati air susu dari ibu yang melahirkannya, akan membuat bayi tersebut merasa aman dan senang (ayat 11). Bahkan akan melimpah dengan berkat Tuhan, sehingga diibaratkan seperti sungai yang membanjir (ayat 12).

Sekaligus nas ini merupakan nubuatan akan kehidupan setelah kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya (Eskatologis), di mana aka nada sukacita di tengah-tengah umat manusia yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Itulah yang disebut dengan Yerusalem Yang Baru, di mana di sana akan ada sukacita dan kebahagiaan. Itulah sebenarnya tujuan dan masa depan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Tentu itu menjadi pengharapan kita bersama. Bagaimana supaya kita bisa sampai ke sana? Hanya karena kasih karunia (anugerah) Tuhan kepada kita, juga karena iman kita kepada Tuhan, yaitu iman yang berbuah dan bertumbuh dalam hidup sehari-hari. Iman yang terwujud dalam perbuatan; menjadi berkat bagi sesama, mewujudkan damai di tengah-tengah hidup persekutuan, dan berusaha hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Amin.

 

[Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP]

Scroll to Top