Evangelium Minggu XXII Set. Trinitatis Tgl. 16 November 2025

Selamat hari Minggu Bapak/Ibu, Saudara/i, kembali saat ini kita akan bersekutu di dalam Firman Tuhan. Untuk itu, marilah kita memohon bimbinganNya!

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, kiranya memelihara hati dan piran saudara/i, didalam Kristus Yesus Tuhan kita. Amin.

Nas Renungan: Maleakhi 1: 1- 6

1:1 Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi.

1:2 “Aku mengasihi kamu,” firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?” “Bukankah Esau itu kakak Yakub?” demikianlah firman TUHAN. “Namun Aku mengasihi Yakub,

1:3 tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun.”

1:4 Apabila Edom berkata: “Kami telah hancur, tetapi kami akan membangun kembali reruntuhan itu,” maka beginilah firman TUHAN semesta alam: “Mereka boleh membangun, tetapi Aku akan merobohkannya; dan orang akan menyebutkannya daerah kefasikan dan bangsa yang kepadanya TUHAN murka sampai selama-lamanya.”

1:5 Matamu akan melihat dan kamu sendiri akan berkata: “TUHAN maha besar sampai di luar daerah Israel.”

1:6 Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?”

 

Dalam perjalanan hidup di dunia ini, manusia sering kali diguncang oleh rasa ragu terhadap kasih Tuhan. Keraguan itu muncul terutama ketika beban hidup terasa berat, saat sakit menimpa, saat kehilangan orang terkasih, saat himpitan ekonomi menekan, atau ketika harapan yang lama dinantikan tidak kunjung terwujud. Dalam keadaan seperti itu, tidak sedikit orang mulai bertanya-tanya: apakah Tuhan sungguh ada? Apakah Ia masih peduli? Dimanakah kasihNya itu?

Bacaan kita hari minggu ini menggambarkan bahwa keraguan seperti itu bukan hal baru. Bangsa Israel pun pernah mengalaminya. Setelah mereka kembali dari pembuangan, mereka kembali membenahi kehidupan mereka dan membangun bait suci di Yerusalem. Saat itu kehidupan mereka belum stabil, perekonomian goyah, status kebangsaan mereka masih berada di bawah kekuasaan Persia, dan kemuliaan serta berkat yang dijanjikan Tuhan belum juga tampak. Dalam situasi itu, Tuhan mengutus nabiNya Maleakhi menyatakan kasih-Nya kepada umat tersebut. Allah berkata: “Aku mengasihi kamu”. Namun umat Israel justru menjawab dengan nada keraguan, “Bagaimanakah Engkau mengasihi kami?”

Melalui nabi-Nya, Tuhan menegaskan kembali kasih setia-Nya yang tak pernah berhenti. Kasih Tuhan selalu menyertai Israel sepanjang sejarah perjalanan mereka, bahkan ketika bangsa itu  berkali-kali berpaling dan melawan kehendak-Nya. Tuhan lalu menantang umat-Nya untuk merenungkan kembali kegagalan mereka dalam menyadari dan merespons kasihNya. Faktanya kasih Tuhan selalu berlimpah, umat Israel-lah yang tidak peka menyadarinya dan gagal meresponnya dalam ungkapan syukur dan penyembahan kepada Tuhan.

Keraguan terhadap keberadaan dan kasih Tuhan sesungguhnya merupakan hal yang manusiawi. Bahkan para tokoh besar Alkitab pun turut mengalaminya. Abraham sempat bimbang akan janji Tuhan karena hingga usianya yang sudah lanjut keturunan yang dijanjikan Tuhan tidak kunjung datang.  Musa juga pernah meragukan rencana Tuhan ketika mengalami kesulitan dalam memimpin bangsa Israel.  Gideon pernah merasa seolah-olah Tuhan telah meninggalkan umatNya di tengah penindasan. Daud juga berkali-kali meragukan keberadaan dan kasih Tuhan karena penderitaan-penderitaan yang dialaminya, dan masih banyak kisah keraguan lainnya.

Namun, yang menarik dari tokoh-tokoh beriman tersebut, mereka tidak seperti bangsa Israel yang mengalami keraguan lalu memilih menjauh dari Tuhan. Mereka tidak berhenti di dalam keraguan itu. Tokoh-tokoh beriman tersebut menyadari keraguannya sebagai keterbatasannya mengenal Allah. Mereka justru senantiasa memohon pertolongan Tuhan agar semakin ditolong untuk mengenal keberadaanNya dan merespon kasihNya dengan benar.

Kasih Allah bukanlah teori yang mengambang diawang-awang, ia adalah sesuatu yang berwujud sangat konkret dalam peristiwa kehadiran Yesus di dalam sejarah dunia. Faktanya kasih Allah selalu melimpah, manusialah yang kerap gagal menyadari dan meresponsnya. Oleh karena itu, saat keraguan datang oleh karena himpitan kehidupan, janganlah kita meninggalkan Tuhan tetapi semakin mendekatlah kepadaNya agar hati kita semakin dilimpahi dengan pengenalan dan rasa syukur akan kasihNya yang tidak berkesudahan itu. Amin.

Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Sang Kasih. Aliran cinta kasihMu melimpah sejak awal penciptaan semesta ini. Namun, kami sebagai ciptaanmu kerap gagal mengenali, menyadari dan meresponsnya. Ampunilah kami atas keterbatasan kami ini ya Tuhan, jangan kiranya keterbatasan ini menjauhkan kami dariMu. Kami memohon, bimbinglah kami dengan Roh KudusMu, agar kami dapat mengenali dan menyadari curahan kasihMu yang tak berkesudahan itu dan agar kami dapat mensyukurinya serta meneruskan kasihMu ke sekitar kami. Dengarlah doa kami di dalam nama Yesus Yang Pengasih. Amin.

Pdt. Juliana Sinambela, S.Th- Staf di Kantor Ephorus HKBP

Scroll to Top