HKBP Berdiri di Barisan Rakyat: Aksi “Tutup TPL” di Medan Diwarnai Gangguan Jaringan dan Diamnya Gubernur Sumatera Utara

Dokumentasi Foto

Medan (10/11) – Senin 10 November 2025, yang bertepatan juga dengan Hari Pahlawan, ribuan warga dari berbagai daerah di Tapanuli dan Sumatera Utara memadati Lapangan Merdeka Medan dalam aksi damai menuntut penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL). Perusahaan tersebut telah lama dituding merusak lingkungan, mengeringkan sumber air, dan mengancam keberlangsungan masyarakat adat di kawasan Tano Batak.

Aksi ini diikuti oleh 13.000 peserta dari berbagai elemen masyarakat, di antaranya mahasiswa, masyarakat adat, aktivis lingkungan, tokoh lintas agama, serta pelayan gereja dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Mahasiswa dari STT HKBP, STGH, STB, STD HKBP, dan Universitas HKBP Nommensen turut mengambil bagian dalam barisan aksi.

Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST, dan Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. Rikson Hutahaean, M.Th.juga turut hadir dalam aksi ini. Ephorus HKBP mendoakan rombongan Pelayan HKBP yang berkumpul di Kantor Distrik X Medan Aceh, dan Sekjen HKBP mendampingi perwakilan massa, termasuk dari Sekber Ekologis Sumatera Utara, mediasi dengan pihak pemerintah. Keduanya hadir bersama ribuan jemaat untuk menunjukkan dukungan moral gereja terhadap perjuangan rakyat yang menuntut keadilan ekologis di Tanah Batak. HKBP menegaskan bahwa keterlibatannya bukan tindakan politik, melainkan bagian dari panggilan iman untuk menjaga ciptaan Tuhan dan martabat manusia. “Ketika ciptaan Tuhan dirusak, gereja tidak boleh diam,” ujar salah satu pendeta HKBP dalam orasinya di atas mobil komando.

Rocky Pasaribu, selaku ketua aksi, bersama massa demonstrasi berjalan menuju Kantor Gubernur Sumatera Utara, membawa berbagai spanduk dengan seruan moral: “Tutup TPL!”, “Wariskan Mata Air, Bukan Air Mata”, “Holong tu Bona Pasogit, Holong tu Debata”, dan “Pulihkan Danau Toba dari Perusahaan Perusak Lingkungan.”

Namun, ketika massa berkumpul dan berorasi di depan Kantor Gubernur Sumatera Utara, para peserta yang menggunakan jaringan Telkomsel mengeluhkan gangguan jaringan komunikasi,, yang menyebabkan peserta tidak dapat melakukan live streaming atau mengirimkan dokumentasi dari lokasi. Kondisi ini menyulitkan media dan peserta dalam menyebarkan laporan aksi secara langsung.

Pihak kepolisian, melalui Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Ferry Walintukan, dikutip dari Harian SIB, menyebut bahwa aksi tersebut dihadiri sekitar 1.300 orang, dengan pengamanan oleh 2.500 personel gabungan dari Polda Sumut, Polrestabes Medan, TNI, Brimob, dan Satpol PP. Namun, pantauan di lapangan menunjukkan jumlah massa yang jauh lebih besar, diperkirakan sekitar 13.000 jiwa,memenuhi kawasan Lapangan Merdeka hingga Jalan Diponegoro.

Hingga sore hari, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution tidak hadir menemui massa, dengan alasan tengah berada di Istana Negara. Massa kemudian diterima oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara, H. Surya, yang menerima sejumlah perwakilan peserta aksi, antara lain Sekjen HKBP, Ketua dan Wakil Ketua Sekber Ekologis, serta perwakilan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI).

Melalui mediasi tersebut, para perwakilan demonstran,menegaskan agar Bobby Nasution hadir secara langsung di depan massa. Akan tetapi karena adanya kegiatan di Jakarta, massa menuntut agar Bobby memberikan pernyataan tertulis, yang kemudian dibacakan oleh Pejabat Sekretaris DaerahSumatera Utara, Sulaiman Harahap. Surat tersebut berisirencana kunjungan ke Sihaporas serta janji untuk menutup kembali lubang-lubang bekas aktivitas TPL. Namun, isi surat tersebut dinilai belum menjawab tuntutan pokok masyarakat, yakni penutupan permanen PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Menjelang malam, massa menutup aksi dengan menyanyikan “O Tano Batak” sembari manortor, dan perlu juga diketahuilagu “Tutup TPL” ciptaan Pdt. Jones Panjaitan (HKBP)telah membakar semangat para peserta demo. Setelah aksi berakhir, para pendeta dan jemaat HKBP, bersama para demonstran, bergotong royong membersihkan sampah di lokasi sebagai bentuk tanggung jawab ekologi dan komitmenuntuk merawat ciptaan Allah.

HKBP meyakini bahwa aksi ini sebagai wujud nyata panggilan iman untuk berdiri bersama rakyat yang tertindas dan lingkungan yang rusak. Gereja akan terus menyerukan keadilan dan harapan agar Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution segera memberikan tanggapan resmi dan menunjukkan langkah nyata atas tuntutan rakyat, bukan sekadar janji administratif. “Tutup TPL, selamatkan Tano Batak!”

Scroll to Top