PEARAJA, TARUTUNG (24/9) – Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. Rikson M. Hutahaean menyampaikan pembinaan kepada para peserta Rapat Pendeta HKBP Distrik XV Sumbagsel – yang dipimpin oleh Praeses Pdt. Victor Singal Silalahi, yang telah dilaksanakan sejak 21-22 September 2025 di Palembang. Tema Rapat Pendeta HKBP Distrik XV Sumbagsel adalah “Manusia Ciptaan Baru di dalam Kristus” yang diambil dari 2 Korintus 5:17.
Transformasi HKBP: Ciptaan Baru dan Perubahan Perilaku
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Jenderal menekankan bahwa tahun pengajaran ini berfokus pada transformasi dan ciptaan baruyang berkaitan dengan perubahan perilaku di dalam organisasi HKBP. Transformasi ini sangat strategis karena bertujuan untuk memastikan perubahan perilaku yang nyata, bukan sekadar perbaikan kecil.
Konsep ciptaan baru yang dimaksudkan di sini berbeda dengan perbaikan (tum-up) atau servis biasa. Ini adalah perubahan total, sama seperti yang dialami oleh Paulus. Transformasi ini juga bermakna bahwa gereja tidak boleh menjadi serupa dengan dunia, seperti yang ditegaskan dalam Roma 12. Gereja bukanlah korporat atau perusahaan. Oleh karena itu, cara berpikir dan bertindak gereja harus didasarkan pada manajemen gerejawi, sebuah ilmu yang bersumber dari Alkitab.
Manajemen Gerejawi vs. Manajemen Korporat
Pdt. Rikson M. Hutahaean, M.Th juga menyoroti perbedaan mendasar antara manajemen gerejawi dan korporat. Dalam manajemen korporat, keputusan didasarkan pada keuntungan finansial (inflow dan cash flow). Jika pemasukan sedikit, pengeluaran ditekan, bahkan bisa berujung pada PHK atau percepatan pensiun.
Namun, prinsip ini tidak bisa diterapkan di gereja. Pertumbuhan jemaat di HKBP sangat signifikan dan gereja memiliki tanggung jawab moral untuk menopang para pelayan yang telah dididik. Oleh karena itu, menghentikan pertumbuhan tenaga pelayan dengan alasan pemasukan yang sedikit adalah hal yang tidak bisa ditoleransi. Manajemen gereja harus berorientasi pada misi, bukan semata-mata pada uang. Uang adalah hal terakhir dalam sebuah produk, yang akan datang setelah pelayanan berjalan dengan baik.
Tantangan Era Baru: Peradaban dan Sentralisasi Keuangan
Ada dua tantangan utama yang dihadapi HKBP saat ini:
- Peradaban Baru: Dunia kini dihadapkan pada kemajuan teknologi informasi dan kecerdasan buatan (AI) yang luar biasa. Ini bisa menjadi berkah, tetapi juga bisa menjadi ancaman, misalnya munculnya “pastor virtual” atau minimnya interaksi personal. Tantangan ini menuntut HKBP untuk bertindak sebagai super team, bukan lagi sekadar mengandalkan Superman.
- Sentralisasi Keuangan: Meskipun sistem sentralisasi bertujuan baik, kenyataannya ada persoalan dalam pelaksanaannya. Estimasi pemasukan yang tadinya 61 miliar per bulan, faktanya hanya mencapai 33 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku “akal-akalan” dalam manajemen keuangan masih terjadi. Diperlukan perubahan perilaku berorganisasi yang tegas, termasuk dalam hal etika di ruang publik, di mana para pelayan HKBP harus menjaga sikap dan wibawa.
Transformasi di Berbagai Bidang
Transformasi ini harus mencakup beberapa aspek penting:
- Teologi: Penting untuk mengembangkan teologi persembahan yang baru, yang berorientasi pada ketulusan iman, bukan semata-mata pada persentase. Perlu juga ada teologi tentang lingkungan yang mengajarkan bagaimana gereja harus bersikap terhadap alam ciptaan.
- Struktur Organisasi: Sistem ini harus dibangun untuk mengurangi politik dan favoritisme dalam penempatan pelayan. Perlu ada sistem peta kompetensi dan peta pelayanan yang jelas. Hal ini akan memastikan “the right man on the right place” (orang yang tepat di tempat yang tepat) dan menghargai kinerja serta pengalaman.
- Penatalayanan (Manajemen Pelayanan): Model pelayanan harus bertransformasi dari analog menjadi digital. Dengan digitalisasi manajemen aset, HKBP bisa mengelola data jemaat, keuangan, dan aset lainnya secara lebih efisien. Ini juga membantu memastikan hak-hak pelayan terpenuhi dan meminimalisasi ketidakadilan.
Sikap Pelayan di Era Transformasi
Di era transformasi ini, para pelayan HKBP dituntut untuk menjadi:
- Pemimpin Transformasional: Mampu memimpin perubahan.
- Fasilitator: Memfasilitasi kerja sama tim.
- Pengkhotbah Kontekstual: Mampu menyampaikan firman yang relevan dengan zaman.
- Administrator Efektif: Mampu mengelola pelayanan dengan baik.
- Pembelajar Sepanjang Zaman dan Kolaborator: Terus belajar dan bekerja sama dengan semua pihak.
- Model: Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan.
Transformasi ini juga menuntut para pelayan untuk disiplin, terutama dalam bermedia sosial. Perilaku yang tidak pantas di ruang publik dapat merusak wibawa gereja dan berdampak pada partisipasi jemaat.
Secara keseluruhan, transformasi ini mengajak seluruh anggota dan pelayan HKBP untuk kembali menghidupkan roh pelayanan yang sejati. Transformasi ini adalah panggilan untuk bergerak bersama, membangun sistem yang kuat, dan melayani dengan tulus, dengan keyakinan bahwa di dalam HKBP yang hidup, setiap orang akan beroleh kehidupan.