Renungan Harian HKBP | 21 Oktober 2023
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, sebelum kita melakukan aktivitas kita hari ini, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu dengan Firman Tuhan. Marilah kita berdoa!
Doa Pembuka: Allah Bapa yang kami kenal di dalam Kristus Yesus, yang menjaga dan menuntun kami di dalam Roh Kudus. Kami berterima kasih atas berkat nafas kehidupan dan hari yang baru. Bekali kami dengan Firman-Mu, agar kami mampu menjalani hari ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam Kisah Para Rasul 3: 6 beginilah firman Tuhan: Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" Demikianlah firman Tuhan.
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang dikasih Tuhan, terkadang kita bertanya, mengapa Tuhan tidak mengabulkan keinginan saya. Saya memiliki keinginan yang saya pikir sudah baik untuk diminta kepada Tuhan. Bahkan menurut kita, hal yang kita minta adalah sesuatu yang kita butuhkan. Kita kecewa saat Tuhan tidak memberikan apa yang menurut kita menjadi kebutuhan kita.
Seorang laki-laki yang telah lumpuh sejak lahir memandang Petrus dan Yohanes untuk meminta sedekah. Orang tersebut bahkan sudah dikenal masyarakat di sana sebagai seorang yang biasa duduk untuk meminta sedekah. Hal yang baik adalah memberi sedekah kepadanya. Laki-laki tersebut meminta Petrus dan Yohanes untuk memandangnya, layaknya orang lain memandang dia. Namun, Petrus menjawab bahwa dirinya tak memiliki harta sebagai sedekah, sebagaimana orang memberinya sedekah. Petrus terlebih dahulu mengakui apa yang ia tidak punya. Dan hal yang tidak dimiliki Petrus adalah yang biasa dan normal diberikan kepada seorang peminta sedekah pada waktu itu, emas dan perak. Apa yang dimiliki Petrus adalah mukjizat penyembuhan dari Allah melalui kuasa nama Yesus Kristus. Hal yang benar-benar upnormal, melampaui kenormalan yang ada dalam logika orang lumpuh tersebut. Responsnya tentu saja melampaui kenormalannya saat menerima emas dan perak. Dengan berlari ia menunjukkan sukacita atas kesembuhannya. Dan dengan memuji Allah, ia menunjukkan rasa syukurnya atas kesembuhan yang Tuhan berikan padanya. Hal yang juga menarik adalah efek dari sukacita yang ia tunjukkan, yaitu masyarakat yang melihatnya menjadi takjub dan tercengang atas kuasa Allah yang terjadi di depan mata mereka.
Hal yang bisa kita petik dari kisah ini adalah pemberian Tuhan terkadang sulit kita bayangkan dengan logika berpikir kita, sehingga kadang kita berpikir bahwa doa-doa kita tidak dikabulkan. Padahal berkat Tuhan dalam hidup kita sudah dipastikan di atas batas normal kita. Sebenarnya Tuhan sudah memberikan hal yang di luar kenormalan kita, hanya saja seringkali kita menutup mata karena berkat yang Tuhan berikan, bukanlah yang kita inginkan. Namun, mari seperti seorang lumpuh tersebut. Ia tidak marah karena bukan emas dan perak yang diberikan Petrus. Dan hal yang penting adalah ia menyadari bahwa hal yang diberikan Petrus adalah kuasa kesembuhan dari Allah yang lebih berharga dari emas dan perak. Mari kita menyadari bahwa penyertaan Tuhan sudah pasti di luar kenormalan kita. Dengan kita menyadari apa saja penyertaan Tuhan dalam hidup kita, sudah pasti akan selalu ada sukacita dalam hidup kita. Dan sukacita itu sudah pasti membawa efek domino bagi lingkungan sekitar. Dengan begitu, sadar atau tidak sadar, kita sudah menyebarkan kasih Allah hanya melalui sukacita yang tergambar dalam hidup kita. Kiranya dengan merenungkan dan menyadari penyertaan Allah, sukacita selalu tumbuh di hati kita, dan pujian bagi Allah selalu keluar dari mulut kita, sehingga membawa dampak baik bagi lingkungan sekitar kita. Amin.
Doa Penutup: Bapa di dalam Sorga, kami bersyukur karena Engkau selalu memberkati kami dengan banyak hal dalam hidup kami. Hari ini kami belajar bagaimana kami seharusnya menyadari bahwa berkat dan penyertaan Tuhan di atas batas kenormalan kami. Kami belajar bahwa dengan menyadari hal tersebut, sukacita akan tumbuh di hati, dan pujian akan selalu tersiar dari mulut kami. Tuhan Yesus, Sang Berkat Penyelamat kami, ajar kami selalu mengingat bahwa Engkau dan pengorbanan-Mu adalah berkat yang paling upnormal, di atas batas kenormalan kami. Bantu kami mengingat dan memahami setiap berkat-Mu, Tuhan. Allah Roh Kudus, Sang Pembimbing kami, berilah kami hikmat dalam memahami kasih Allah dalam hidup kami. Ajar kami menyadari setiap berkat Tuhan yang melampaui akal pikiran kami, sehingga kami semakin bersukacita, memuji Allah, dan berdampak bagi sesama. Demi Kristus kami berdoa. Amin.
C.Pdt. Maranatha Nainggolan, S.Si (Teol)- Melayani di Biro Smirna HKBP