Sabtu (20/2/2021) memasuki hari ke enam masa LPP II gelombang II, para calon pelayan masih sangat antusias
dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada. Pada hari ini, topik pembahasan yang
diajarkan adalah Katekisasi Sidi dan Pastoral bagi Pelayan. Pembicara pada
kedua topik tersebut adalah Pdt. Eden Ramses Siahaan, M.Th selaku Kepala Biro
(Kabiro) Ibadah dan Musik untuk topik pertama dan Pdt. Marudut Manalu, S.Th
untuk topik kedua.
Dalam pembahasan mengenai Katekisasi Sidi, Kabiro Ibadah dan Musik mengajarkan
bahwa pentingnya untuk setiap calon pelayan yang ingin mengajarkan katekisasi
sidi terlebih dahulu mempersiapkan kurikulum pengajarannya. Melalui kurikulum
ini, pengajar dan peserta katekisasi sidi dibantu untuk menjalani masa
pembelajaran sidi dengan cepat tanpa ada yang terlewatkan. Artinya, ada
koridor yang mengarahkan dalam mencapai tujuan dengan efektif, khususnya
mencapai ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik para peserta katekisasi
dalam menghayati dan mengekspresikan imannya. Oleh karena, di dalam kurikulum
tersebut, pengajar dan peserta dapat bersama-sama melihat patokan waktu,
frekuensi, topik, tujuan intruksional umum, dan tujuan intruksional khusus yang
menjadi pagar dan target pencapaian pembelajaran. Namun, proses pembuatan kurikulum
ini memerlukan keseriusan bersama untuk merancang dan menerapkannya baik dari
pengajar dan peserta katekisasi sidi. Oleh karena itu, diharapkan calon pelayan
terus mengasah keterampilannya dalam merancang kurikulum di tempat pelayanannya
Lalu, di siang harinya usai menyantap makan siang, peserta LPP II
gelombang II kembali duduk bersama untuk menyimak materi Pastoral bagi Pelayan,
yang dibawakan oleh Pdt. Marudut Manalu. Materi ini cukup penting bagi
pengembangan pelayanan para calon pelayan mengingat belum terlalu berkembangnya
pelayanan pastoral di dalam gereja. Dalam materi ini peserta diajak untuk
melatih kemampuan pastoralnya melalui kecakapan dalam bertanya-jawab,
memperdalam percakapan, dan juga mencapai konseling pastoral yang solutif.
Proses konseling yang diajarkan oleh pemateri sungguh melatih ketekunan,
kesabaran, dan keteguhan para calon pelayan selaku konselor. Materi ini juga
memperkuat calon pelayan untuk saling melawat sesama pelayan mengingat
bahwasanya para pelayan juga rentan berada dalam kondisi underpressure.
Kondisi yang demikian tidak jarang membuat para pelayan beresiko
“kelelahan” dalam melaksanakan pelayanan pastoral kepada jemaat, namun
dari lawatan sesama pelayan dapat memperkuat kembali para pelayan tersebut.
Kedua materi ini saling
melengkapi dalam mengembangkan pelayanan para calon pelayan. Dengan merancang
kurikulum katekisasi sidi maka pelayan dapat menjadi lebih terampil dan siap
dalam memberikan pengajaran katekisasi sidi. Di sisi yang lain materi pastoral
bagi pelayan memperlengkapi para calon pelayan untuk menjadi seorang gembala
yang unggul dalam kegiatan pastoral gerejawi. Sepanjang proses berjalannya
sesi, para peserta cukup responsif, baik yang mengikuti secara virtual maupun
aktual/ragawi. Harapannya sikap responsif ini juga terus dibawa oleh para
pelayan ketika nanti ditugaskan
ke tempatnya masing-masing. (LN-SN)