PEMATANGSIANTAR (6/8) — Dalam upaya memperkuat kualitas pelayanan di tengah jemaat, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menggelar Pelatihan Pengkhotbah Kebaktian Kebangunan Iman (KKI). Bertempat di Aula Biro Zending HKBP, Pematangsiantar, pelatihan ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 4 hingga 6 Agustus 2025, dihadiri oleh 31 peserta dari 16 distrik. Kegiatan ini bertujuan mempersiapkan para pelayan Tuhan agar dapat berkhotbah secara relevan dan berdampak dalam dinamika zaman.
Menggugah Semangat di Hari Pertama
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Departemen Marturia, Pdt. Bernard Manik, M.Th. Dalam ibadah pembukaan yang dipimpin oleh Pdt. Freska Sinaga, seluruh peserta diajak membuka hati untuk menerima pembekalan yang akan diberikan. Sebagai pengantar, Pdt. Bernard Manik menyampaikan materi kunci mengenai “Berkhotbah Dalam Ibadah Kebaktian Kebangunan Iman,” menekankan pentingnya pesan firman yang tidak hanya menggugah, tetapi juga kontekstual bagi kehidupan jemaat.
Menyelami Karakter dan Konteks Khotbah
Hari kedua pelatihan menjadi sesi pendalaman karakter dan konteks pelayanan. Pdt. Prof. Dr. Jaharianson Saragih tampil sebagai narasumber, membawakan materi dengan topik: “Siapakah Aku?” dan “Khotbah Kontekstual dalam Kebaktian Kebangunan Iman.”
Dengan gaya penyampaian yang lugas dan berwibawa, Pdt. Jaharianson mengajak peserta untuk melakukan introspeksi diri. Sebuah tes kepribadian bahkan dilakukan, di mana hasilnya menunjukkan 73% peserta bertipe ekstrovert dan 17% introvert. Data ini digunakan sebagai fondasi untuk memahami potensi diri sebagai pengkhotbah. Beliau menegaskan bahwa fondasi khotbah yang mengubahkan adalah kematangan spiritual dan karakter alkitabiah seorang pengkhotbah itu sendiri, yang ditopang oleh kehidupan doa yang mendalam.
Pentingnya Tuntunan Roh Kudus dalam Berkhotbah
Masih di hari kedua, Pdt. Dr. Sukanto Limbong melanjutkan sesi dengan fokus pada aspek teknis berkhotbah. Ia membekali para peserta dengan materi Poda Parjamitaon (homiletika) dan Sian Turpuk tu Jamita (dari teks ke khotbah). Dengan metode yang sederhana dan praktis, peserta diajarkan bagaimana mentransformasi teks Alkitab menjadi khotbah yang hidup dan relevan bagi jemaat.
Inti dari pembekalan Pdt. Sukanto adalah penekanan bahwa Poda Parjamitaon harus senantiasa mengutamakan tuntunan Roh Kudus. Ia mengingatkan bahwa Tuhan dan firman-Nya harus selalu menjadi pusat utama dari setiap pewartaan, agar firman yang disampaikan benar-benar mampu mengubah kehidupan umat.
Kasih Agape: Dasar dan Sumber Pelayanan
Hari terakhir pelatihan diawali dengan ibadah pagi yang dipimpin oleh Pdt. Riduan Samosir, M.Th. Mengambil dasar dari 1 Yohanes 4:9, beliau menyampaikan khotbah yang sangat menyentuh mengenai kasih agape sebagai dasar pelayanan.
“Ngolungki do Jamitaki, Jamitanghi do ngoluki,” ujar Pdt. Riduan, sebuah kalimat mendalam yang berarti “Hidupku adalah khotbahku, khotbahku adalah hidupku.” Beliau menegaskan bahwa kasih sejati harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar ucapan. Kasih Allah yang sempurna dan tanpa syarat—yang telah terwujud dalam pengorbanan Kristus—menjadi standar dan sumber bagi setiap pelayan Tuhan.
Melalui ibadah dan khotbah ini, Pdt. Riduan menantang para peserta untuk merefleksikan diri: apakah mereka sebagai pelayan mampu menghadirkan kasih agape itu dalam kehidupan sehari-hari dan dalam setiap dimensi pelayanan? Pelayanan, tegasnya, bukanlah kewajiban, melainkan wujud nyata dari kasih itu sendiri.
Pelatihan Pengkhotbah KKI ini ditutup dengan harapan besar. Selama tiga hari, para peserta tidak hanya diasah secara teknis, tetapi juga diperkuat secara spiritual, dengan bekal pemahaman akan karakter, konteks, dan yang terpenting, kasih Allah sebagai fondasi pelayanan mereka.