Mangaratarata i Poda
Tohonan Hasintuaon
Boha do hita songon
parhalado ni Debata namanghobasi huriaNa jala na mangolu di di Zaman on laos
mangadopi tantangan na maragam di era milenial, laos marbagi ma hita di ragam
pengalaman na tabo dohot na hansit saleleng na manghobasi songon sahalak
Parhalado ?, demikian interaktif Kadep Koinonia di awal dengan para parhalado
setelah memperkenalkan dirinya.
Tiga orang sintua (2
orang sintua perempuan dan 1 orang Sintua laki-laki) menyampaikan pengalamannya
melayani gereja yang terkadang menghadapi beberapa hambatan, baik dalam
perkeluargaan maupun pekerjaan namun mereka masih merasakan betapa penyertaan
kasih Tuhan dalam kehidupannya dan keluarga yang mampu mengevaluasi sebuah
pelayanan dari hari kehari.
Dalam dokumen Teologi
HKBP, Sintua merupakan tahbisan pelayanan dalam tubuh gereja yang memiliki
tujuh poda tohonan yang harus diemban dan dihidupi sebagai sesuatu yang harus
dilaksanakan sebagaimana sebuah “janji suci (padan)” yang ia ikrar-kan ketika
ia di angkat dari perwakilan jemaat serta ditahbiskan/ditabalkan sebagai
seorang sintua di hadapan Allah dan orang-orang percaya di gerejaNya. Secara
otomatis, pendamping dari seorang parhalado juga diharapkan dapat seirama
dengan seorang sintua. Pendamping juga dapat mencerminkan jiwa seorang pelayan
gereja ditengah-tengah jemaat dalam berperilaku dan penampilannya.
Pengharapan akan
terciptanya pelayanan gereja yang lebih baiknya di HKBP Se-resort Marihat
menjadi dasar dari para Parhalado yang di pimpin oleh Pendeta Resort mengadakan
Pembekalan Sintua dan Keluarga HKBP se-Resort Marihat pada tanggal 24-25 Mei
2019 di Patra Jasa Hotel-Parapat yang difasilitasi juga oleh KN-LWF.
Kegiatan yang diikuti
oleh 36 Sintua dan 10 orang calon Sintua beserta para keluarga juga para
fulltimer dan para calon pelayan HKBP se-Resort Marihat ini diawali dengan sebuah ibadah yang dipimpin
langsung oleh Bapak Pdt. Donni Padang, S.Th, MPdk (Pendeta Resort HKBP Marihat)
dan doa Syafaat dibawakan oleh CPdt. Rohani Sianipar. Atas nama Pengurus Komite
Nasional Lutheran World Federation (KN-LWF), Pdt. Basa Hutabarat membuka
Kegiatan ini didalam nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh
Kudus. Amin
Dalam kesempatan Pembekalan
ini, Pdt. Dr. Martongo Sitinjak memberikan sebuah materi tentang “Spiritualitas
Sintua dan Tugas Panggilannya. Dalam sessi ini, Kadep Koinonia di moderatori
oleh staff KN-LWF, yaitu Putri Siahaan. Sessi ini bertujuan untuk menggali
lebih dalam spiriualitas dari seorang sintua serta menyegarkan ulang juga
mentransfer pemahaman yang benar tentang tugas panggilan sintua berdasarkan
dokumen Teologi HKBP serta sesuai tata dasar/aturan peraturan gerejaNya HKBP.
Penghayatan tohonan
pelayan Sintua haruslah menempuh tiga tahap,yaitu Oratio (Hubungan yang terikat dengan Tuhan di dalam doa), Meditatio (menginternalisasi Firman
Tuhan bekerja dalam diri seorang pelayan), Tentatio
( mampu menghadapi tantangan dan pencobaan dari dunia yang di hadapi dalam
pelayanan). Hiduplah dalam Firman Tuhan, Marsigantung
ma holan tu Debata, marsihohot tu Ibana asa mangolu Tuhan i di parngoluonta
jala tapaloas ma hata ni Debata manjadi di bagasan ngolunta, papar
Narasumber kepada para Parhalado.
Keceriaan para
parhalado saat pembinaan sangatlah lepas, ketika hubungan interaktif yang
sangat dekat dengan Bapa Kepala Departemen Koinonia HKBP, terlebih seseketika
pertanyaan dan pernyataan Pdt. Dr. Martongo Sitinjak dapat menggelitik “hadirion” Parhalado dalam pelayanannya
yang rutinitas namun di anggap luar biasa.
Tawa dan canda serta
hubungan yang komunikatif dalam pembekalan ini sangatlah kelihatan ketika
moderator turun dari mejanya serta langsung berdekatan dengan para Parhalado
yang mengikuti pembinaan. Pertanyaan yang sangat mengetuk dan mendapat
perhatian bagi para parhalado dari Bapak kadep yaitu “Adong do hata ni Debata na mangula di dirinta ?, ndang na hata ni
Debata na ta ula. Sontak dengan rasa terkejut beberapa parhalado menganggap
bahwa “hata ni Debata do na ni ulahon, ndang sebalikna” tetapi dari beberapa
juga memerhaikan pribadinya yang memang merasakan bahwasanya firman Allah yang
telah bekerja dan menjadikan dirinya menjadi apa yang telah terjadipada saat
ini.
Narasumber juga
memaparkan cara hidup yang baik dalam diri seorang Pelayan, cara hidup yang
baik itu : Karakter (tidak bercacat, dapat menahan diri, bijaksana, sopan),
Kehidupan Sosial (suka memberi tumpangan, bukan peminum, bukan pemarah,
peramah, pendamai, bukan hamba uang), Keahlian (Cakap mengajar orang),
Kehidupan Keluarga (Suami dari satu istri atau istri dari satu suami, disegani
dan dihormati anak-anaknya), Hidup Keagamaan (bukan yang baru bertobat,
mempunyai nama baik di luar jemaat). Para parhalado haruslah lebih mengutamakan
pengajaran haholongan ni Kristus dalam
setiap ajarannya di bandingkan sebuuah keberhasilan atau kesuksesan kepada
jemaat atau anak yang mereka ajarkan, para keluarga dari para parhalado juga
kiranya dapat hidup dan bersama-sama melayani Tuhan dalam “haparhaladoan”
terang Pdt. Dr. Martongo Sitinjak.
Mari selalu mengingat
dan mengemban tugas pelayanan dalam tujuh Poda tohonan Sintua sebagai sebuah
hal yang di maksimalkan dalam setiap pelayanan di gerejaNya HKBP, yaitu :
Sessi ini di akhiri dengan nyanyian B.E No. 227
“Yesus ngolu ni Tondinghu”. Tondi ni Debata ma na mangolu jala mangula di
saluhut angka parhalado manghobasi huriaNa, harap Kepala Departemen Koinonia
HKBP. (RH)