Rapat Pendeta HKBP Distrik X Medan Aceh, Pdt Martongo Segarkan Ulang 7 Poda Tohonan Kependetaan


HKBP Distrik X Medan-Aceh melangsungkan
program Distrik dan HKBP secara hatopan, yaitu Rapat Pendeta HKBP Distrik pada Senin–Rabu
(19-21/8), di Hotel Sibayak, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.

Sebanyak 140 orang Pendeta dari 67
Resort dan lembaga juga kantor yang ada di Distrik X Medan-Aceh mengikuti Rapat
ini. Ceramah Tema dan Sub tema menjadi bagian dari diskusi dalam Rapat Pendeta
HKBP Distrik X Medan – Aceh, ditambah dengan pemaparan tentang isu-isu aktual pelayanan,
penerangan akan Teologi HKBP serta tentang ceramah materi pengajaran.

Pada Rapat Pendeta Distrik ini
Pdt. Dr. Martongo Sitinjak didaulat untuk menyampaikan dan memberi pecerahan
tentang Sub tema Rapat Pendeta HKBP :
Pendeta
HKBP Belajar dan bergegas melaksanakan tugas panggilannya agar iman tidak jatuh
pada era revolusi industri keempat.

Dalam pemaparan awal, Pdt. Dr.
Martongo Sitinjak menyerukan kepada peserta rapat
“mari belajar melaksanakan tugas panggilan”. Long life education harus
tertanam dalam setiap pelayan, sebab seruan belajar pada rapat Pendeta tahun
ini hendak mengingatkan pada upaya menyegarkan ulang arti dan makna panggilan kita
sebagai Pendeta.


Salah satu metode yang paling baik
dalam belajar adalah melakukan panggilan itu sendiri (doing teologi), sebab
panggilan bukanlah sekedar pengetahuan atau keahlian. Panggilan adalah kehidupan
dari pemangku panggilan itu sendiri. Kita dipanggil kepada tohonan yang sama
dari latar belakang berbeda, terangnya.

Pendeta HKBP juga harus bergegas (hobas)
dalam melaksanakan tugas panggilannya. Perlengkapan utama seorang pendeta
adalah mengenakan 7
Poda Tohonan
dalam dirinya untuk memimpin umat Tuhan dalam perang rohani menghadapi roh
zaman yang sedang berlangsung, maka perlengkapan tohonan kependetaan HKBP,
harus terus menerus dipelajari dan diinternalisasi ke dalam diri para Pendeta,
harap penceramah.

Pada perkembangan era revolusi
industri terkini, manusia menjadi/berusaha menjadi pusat dari segala sesuatu
(me centered). Namun, tantangan itu harus dihadapi oleh orang percaya dengan memusatkan
Kristus sebagai pusat dari kehidupan orang percaya (en Christo / Christ Centred).
Gereja harus setia pada panggilannya untuk menyatu dengan Kristus sebagai center
dari Kerajaan Allah, tutupnya.

Diskusi mengenai panggilan pelayanan
dan persiapan diri seorang pelayan menghadapi era revolusi industri menjadi
topik diskusi dari para peserta dalam sesi ini. Dalam diskusi ini, Pdt. Dr.
Martongo Sitinjak menegaskan bahwa dalam pelayanannya, seorang Pendeta harus
tetap berada dalam keutamaan misi penyelamatan manusia, tidak boleh
mengesampingkan missi Sorgawi “Allah menjadi manusia”, manusia menjadi hal
pokok dalam komunikasi Allah untuk keselamatan. Hubungan Allah dengan manusia harus
tetap dijaga dan di pelihara. Hubungan manusia dengan manusia tidak boleh
diganti menjadi manusia dengan teknologi.

Seusai
sessi, panitia dan peserta mengucapkan terimakasih kepada Bapak Pdt. Dr. Martongo
Sitinjak serta menyematkan ulos penghormatan. (RH)





Scroll to Top