SAMOSIR (19/8) – HKBP Distrik XXIV Tanah Jawa mengadakan kegiatan Rapat Pendeta Distrik yang bertempat di Sopo Toba Simarmata, Samosir. Kegiatan ini diikuti oleh 29 dari 32 pendeta HKBP yang ada di Distrik Tanah Jawa. Rapat ini dipimpin oleh Praeses HKBP Distrik XXIV Tanah Jawa, yaitu Pdt. Tonggo Sitompul, dan dikoordinasikan oleh Ketua Panitia, Pdt. Andi Napitupulu, S.Th.
Rapat Pendeta Distrik XXIV Tanah Jawa berlangsung hingga 19 Agustus 2025. Setibanya di Sopo Toba pada hari Minggu sore, 17 Agustus 2025, para peserta rapat pendeta (rapendis) mengadakan ibadah syukur atas perjalanan rombongan yang dipimpin oleh Pdt. Desy Elfrida Sibarani.
Pada hari Senin, 18 Agustus 2025, Rapat Pendeta Distrik XXIV Tanah Jawa dibuka dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Esron Ambarita dan Pdt. Janry Simanjuntak. Pdt. Ruty Nainggolan menjadi pengkhotbah sekaligus liturgis yang melayani Perjamuan Kudus. Dalam khotbah yang diambil dari nats 2 Korintus 5:17, pengkhotbah menekankan bahwa ciptaan baru ada “di dalam Kristus”. Ini berarti seseorang telah bersatu dengan Kristus melalui iman, mengalami identitas baru yang sepenuhnya terikat dengan Kristus. Pengkhotbah juga menekankan bahwa ada konsekuensi dari ciptaan baru, di mana kehidupan lama yang penuh dengan dosa, pandangan dunia yang berpusat pada diri sendiri, dan segala kebiasaan buruk telah ditinggalkan.
Transformasi HKBP: Ciptaan Baru dan Tugas Pendeta
Dalam Rapendis XXIV Tanah Jawa, Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. Rikson M. Hutahaean, M.Th., memberikan penjelasan mengenai tema dan subtema rapat. Beliau menjabarkan bahwa ciptaan baru adalah tentang perubahan radikal yang terjadi dalam hidup seseorang jika percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Ciptaan baru bukan proses perbaikan dari sesuatu yang buruk, melainkan pergantian dari yang tidak layak menjadi layak. Selanjutnya, beliau juga menjelaskan relevansi hal ini dengan program Transformasi HKBP Tahun 2024–2028 dan tugas pendeta yang tertuang pada Poda Tohonan Pendeta HKBP.
Dalam pemaparan materi yang dimoderasi oleh Pdt. Dr. Petrus Pardede, Sekjen HKBP menyebutkan bahwa transformasi mencakup proses yang kompleks dan multidimensional. Idealnya, ini mencakup perubahan dalam teologi, liturgi, struktur organisasi, pelayanan, dan pandangan terhadap dunia. Transformasi ini bukan sekadar modernisasi, tetapi upaya untuk membuat HKBP tetap relevan dengan kebutuhan jemaat di tengah tantangan zaman, tanpa kehilangan identitas teologis dan budayanya.
Aspek-Aspek Transformasi
1. Teologi dan Liturgi
- Teologi Inkulturasi: Upaya HKBP untuk menerjemahkan ajaran Kristen ke dalam konteks budaya Batak agar lebih mudah dipahami dan dihayati jemaat. Ini mencakup penggunaan bahasa Batak dalam ibadah, pengadaptasian musik dan seni tradisional, serta interpretasi Alkitab dari perspektif budaya Batak.
- Mengembangkan teologi yang relevan dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi oleh masyarakat Batak, seperti kemiskinan, ketidakadilan, lingkungan hidup, dan konflik sosial.
- Mendorong pemahaman yang lebih terbuka dan inklusif terhadap kelompok minoritas dan marginal, seperti perempuan, kaum muda, dan penyandang disabilitas.
2. Struktur Organisasi
- Desentralisasi Kebijakan: Memberikan otonomi yang lebih besar kepada gereja-gereja lokal dalam mengambil keputusan dan mengelola sumber daya.
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya gereja dengan menggunakan sistem informasi keuangan yang modern.
- Penguatan Peran Kaum Awam: Memberikan peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dan pelayanan gereja.
3. Pelayanan
- Pelayanan Holistik: Pelayanan yang mencakup kebutuhan spiritual, sosial, ekonomi, dan fisik jemaat. Ini mencakup pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup.
- Pelayanan Berbasis Komunitas: Mengembangkan pelayanan yang berakar pada kebutuhan dan potensi komunitas lokal.
- Pelayanan Inovatif: Mencari cara-cara baru dan kreatif untuk melayani jemaat dan masyarakat, seperti melalui media sosial, konseling daring (online), dan program pelatihan keterampilan.
Relevansi dengan Tugas Pendeta
Relevansi transformasi tersebut dengan tugas pelayanan pendeta adalah dengan memahami dan merespons secara positif terhadap transformasi ini. Dengan demikian, para pendeta HKBP dapat meningkatkan efektivitas pelayanannya dan membawa berkat bagi jemaat dan masyarakat. Oleh sebab itu, pendeta HKBP perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, serta mengembangkan sikap yang terbuka, inklusif, dan transformatif.
Pendeta juga dituntut untuk mampu menjadi Pemimpin Transformatif, Fasilitator, Pengkhotbah Kontekstual, serta Konselor dan Pembimbing. Dengan demikian, pendeta HKBP dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam mewujudkan visi Gereja HKBP yang relevan, kontekstual, dan transformatif.